Network
SRAGEN UPDATE — Yoo Ah In dilaporkan positif menggunakan kokain dan ketamin. Pada tanggal 1 Maret 2023, salah satu saluran berita di Korea Selatan melaporkan bahwa selain dinyatakan positif ganja dan propofol, sampel rambut pemain Hellbound, Yoo Ah In juga dinyatakan positif kokain dan ketamin.
Bulan lalu, polisi mulai menyelidiki Yoo Ah In atas penggunaan propofol secara ilegal.
Selain menanyai Yoo Ah In, mereka juga melakukan penggeledahan dan penyitaan di berbagai kantor dokter dan klinik di Seoul yang diduga telah memberikan obat tersebut secara ilegal kepada Yoo Ah In sejak tahun 2021.
Dilansir SragenUpdate.com dari Soompi.com sebagai bagian dari penyelidikan, Yoo Ah In menjalani tes urin dan tes rambut pada 5 Februari 2023.
Baca Juga: The Glory Season 2 Segera Tayang dan 3 Hal Menarik yang Harus Diperhatikan
Ternyata sampel urinnya dinyatakan positif ganja, yang ilegal untuk penggunaan rekreasi di Korea Selatan.
Tak lama kemudian, Layanan Forensik Nasional mengirimkan hasil tes rambut Yoo Ah In ke unit investigasi narkoba Badan Kepolisian Metropolitan Seoul.
Seperti yang dilaporkan sebelumnya, hasilnya menunjukkan bahwa ia dinyatakan positif propofol.
Namun, menurut laporan salah satu stasiun Televisi Korea Selatan, hasilnya juga menunjukkan bahwa Yoo Ah In juga menggunakan kokain dan ketamin.
Kabar ini pun semakin menambah daftar panjang kandungan narkoba yang terdapat pada tubuh aktor berusia 36 tahun itu.
Yoo Ah In terbukti menggunakan propofol dan ganja dalam hasil tes sebelumnya.
Polisi saat ini sedang dalam proses memeriksa catatan resep ketamin untuk mengetahui apakah aktor tersebut sering menggunakan obat tersebut.
Dan dilaporkan bahwa polisi berencana untuk memanggil Yoo Ah In kembali untuk diinterogasi sebagai tersangka paling cepat minggu depan.
Baca Juga: Lee Sun Bin Menjadi Cameo di Episode 5 Drakor The Heavenly Idol, Berperan Sebagai Pelatih Akting
Setelah kasus yang menimpa Yoo Ah In, Kementerian Korea Selatan meminta polisi menyelidiki daftar orang yang diduga menggunakan narkoba berdasarkan Sistem Manajemen Informasi Narkotika miliknya sendiri.
Sistem tersebut menampilkan informasi tentang fasilitas medis yang meresepkan dosis jauh lebih tinggi daripada rata-rata dan orang-orang yang diberikan dosis tersebut.***
