Mengenal Anggar, Cabang Olahraga yang Sudah Ada Sejak Zaman Penjajahan Belanda

- 8 Februari 2023, 18:42 WIB
Atlet anggar Kabupaten Sumedang Iqbal Zaelani Al Qusyaeri meraih medali emas pada cabor anggar pada Porprov Jabar 2022.
Atlet anggar Kabupaten Sumedang Iqbal Zaelani Al Qusyaeri meraih medali emas pada cabor anggar pada Porprov Jabar 2022. /kabar-priangan.com/DOK/

SRAGEN UPDATE – Anggar merupakan salah satu cabang olahraga yang saat ini masih berkembang di Indonesia.

Dilansir dari laman resmi KONI Kota Bandung, anggar adalah ilmu beladiri menggunakan senjata.

Lalu, berkembang menjadi seni budaya olahraga ketangkasan dengan senjata yang menekankan pada teknik kemampuan seperti memotong, menusuk atau menangkis senjata lawan dengan menggunakan keterampilan dalam memanfaatkan kelincahan tangan.

Baca Juga: UPDATE! Ranking BWF Pasca Thailand Masters 2023: Leo-Daniel Melesat ke Peringkat 10 Dunia

Jika menilik sejarah anggar, akan merujuk kepada penggunaan pedang.

Sejak dahulu kala, pedang diciptakan sebagai alat untuk melindungi diri.

Manusia menggunakan kekuatan dan ketangkasannya, memilih bahan dan alat, meningkatkan keterampilan dengan menggunakan kepandaiannya.

Semua itu merupakan latar belakang permainan anggar.

Anggar merupakan salah satu dari sedikit olahraga yang mengakui profesionalisme sebelum tahun 1980-an.

Bahkan pada peraturan – peraturan awal Olimpiade yang ditulis oleh Baron Pierre de Coubertin (presiden kedua dari International Olympic Committee), dengan jelas menyatakan bahwa pemain anggar profesional yang disebut dengan Masters diperbolehkan untuk ikut bertanding.

Anggar sendiri merujuk pada bahasa bahasa Perancis “en garde”, yang berarti dalam Bahasa Indonesia berarti “bersiap”.

Kata “en garde” digunakan sebelum permainan anggar dimulai, untuk memberi perintah “bersiap” kepada pemain.

Dalam bahasa Perancis sendiri anggar disebut sebagai escrime.

Baca Juga: 6 Pemain Utama Manchester United Absen Lawan Leeds United di Laga Kandang Liga Inggris

Walaupun kita menganggap anggar sebagai permainan yang menghibur, sebagai senjata, sebagai sarana pendidikan ataupun olahraga, ternyata anggar mempunyai perjalanan sejarah yang cukup panjang.

Kemampuan teknis, catatan pencapaian yang cukup panjang, di luar hal – hal tersebut adalah nilai – nilai yang terkandung dalam permainan anggar sendiri hingga kini masih diajarkan melalui praktik olahraga itu sendiri.

Anggar sendiri masuk ke Indonesia sejak zaman penjajahan Belanda. Para tentara Kerajaan Belanda membawa serta olahraga anggar masuk ke Indonesia.

Pada saat itu terdapat dua macam tujuan permainan anggar, yaitu untuk berkelahi dan olahraga.Kemampuan bermain anggar untuk berkelahi diwajibkan bagi setiap tentara Hindia Belanda (KNIL) dengan menggunakan kelewang (pedang) atau sangkur.

Sedangkan, permainan anggar untuk olahraga dipersilakan bagi para bintara, perwira, serta mahasiswa.

Untuk dapat meningkatkan kemampuan bermain anggar maupun olahraga lainnya, KNIL mendirikan sekolah olahraga militer.

Sekolah olahraga militer tersebut didirikan guna untuk mendidik para guru anggar, guru renang, dan guru olahraga lainnya.

Lembaga pendidikan militer tersebut didirikan di Bandung dan Magelang.

Pada masa penjajahan Jepang, tidak ada informasi yang masuk tentang perkembangan olahraga anggar di Indonesia.

Dalam masa perang kemerdekaan, banyak guru anggar yang berasal dari mantan instruktur militer Belanda yang menjadi instruktur di Akademi Militer Yogyakarta.

Mereka mengajarkan cara bermain anggar, baik untuk olahraga maupun berkelahi dengan menggunakan sangkur.

Olahraga anggar sendiri mulai diperkenalkan sebagai olahraga sejak Pekan Olahraga Nasional pertama yang diselenggarakan pada tahun 1948 di Solo.

Baca Juga: Pep Guardiola Diharapkan Tinggalkan Klub Jika Manchester City Terbukti Bersalah dan Dijatuhi Hukuman

Induk organisasi anggar sendiri bernama Ikatan Anggar Seluruh Indonesia (IKASI).

Anggar yang dipertandingkan pada olimpiade memainkan tiga nomor, yang dinamakan berdasarkan senjatanya:

  • Floret (foil) 

Pedang yang berbentuk langsing, lentur dan ringan, ujungnya datar atau bulat, tumpul dan berpegas. 

Bila ditusukkan dapat naik atau turun, beratnya 500 gram (5 ons). Pelindung tangan yang terdapat pada floret lebih kecil dibandingkan dengan Degen dan Sabel.

Ujungnya untuk menusuk dan bagian bawah pedang untuk menangkis dan menekan. 

Ada dua nomor yang dilombakan, Foil perorangan dan Foil Team

  • Sabel (sabre)

Pedang yang berbentuk segitiga dan sudutnya tidak tajam, seperti parang kecil, semakin keatas semakin pipih dan ujungnya ditekuk hingga tidak meruncing, beratnya 500 gram. 

Perlindungan penuh menutupi tangan sampai pangkal tangkai. 

Bagian atas pedang untuk memasang dan bagian bawah untuk menangkis, serta ujungnya untuk menusuk. 

Ada dua nomor yang dilombakan, Sabre perorangan dan Sabre Team.

  • Degen (epée)

Pedang berbentuk segitiga dan berparit, pada pangkalnya tebal dan samping keujung kecil, agak kaku. 

Ujungnya datar dan berpegas dengan pelindung tangan besar, beratnya 750-770 gram. Bagian bawah pedang untuk menangkis dan ujungnya untuk menusuk. 

Ada dua nomor yang dilombakan, Epée perorangan dan Epée Team.

Nah itu dia sedikit sejarah tentang olahraga anggar, kamu tertarik tidak nih gengs untuk mencobanya.***

Editor: Muhammad Emir Al-Azkiya

Sumber: KONI Kota Bandung


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah