Bagaimana Kalau Lupa Jumlah Hutang Puasa? Jelang Ramadhan 1443 H Tahun 2022 M

20 Januari 2022, 18:00 WIB
Perkiraan tanggal awal puasa 1 Ramadhan 2022 dan lebaran Idul Fitri 2022. /pexels.com/Naim Benjelloun

SRAGEN UPDATE - Rumah fiqih Indonesia mengulas mengenai bagaimana jika seseorang hutang puasa Ramadhan dan belum menggantinya kemudian lupa jumlah hutang puasa, Ramadhan 1443 H Tahun 2022 M.

Ahmad Sarwat, Lc., MA Mengulas pertanyaan tersebut dengan menjawab bagaimana seseorang membayar hutang puasa apabila jumlah hari puasa hutang tersebut dia lupa, Ramadhan 1443 H Tahun 2022 M.

Apakah orang tersebut harus membayar Fidyah ataukah orang tersebut harus membayarkan hutang puasa hutang seperti Puasa Daud atau dengan puasa Senin dan Kamis,  menjelang Ramadhan 1443 H Tahun 2022 M.

Baca Juga: Prediksi Persela Lamongan vs Persija Jakarta, Perebutan Poin Krusial Laskar Joko Tingkir dan Macan Kemayoran!

Nah, kalau masalah yang satu ini memang agak sulit juga menjawabnya. Sebab hutang kita kepada Allah SWT itu seharusnya kita catat baik-baik.

Maka cara yang paling masuk akal adalah dengan cara melakukan appraisal atau perkiraan. Cara ini biasa dilakukan oleh lembaga profesional untuk menaksir kira-kira nilai suatu asset. 

Biasanya perbankan menggunakan jasa ini untuk menaksir nilai suatu asset yang dijadikan jaminan.

Kalau dalam bahasa fiqihnya, kita bisa pakai istilah ijtihad. Maksudnya, orang yang berhutang ini dipersilahkan berijtihad untuk menghitung-hitung sendiri sesuai dengan perkiraannya.

Baca Juga: Kata-kata Mutiara Ali bin Abi Thalib Tentang Cinta, Penuh Inspirasi dan Kedewasaan!

Namanya cuma perkiraan, tentu tidak 100% akurat. Tetapi setidaknya ada dasar-dasar pijakan yang bisa dijadikan patokan dalam mengira-ngira jumlah hutang puasa.

Katakanlah misalnya dalam sekali Ramadhan ada kurang lebih 50% hari yang ditinggalkan tidak berpuasa. 

Maka kalau selama berturut-turut 5 tahun hal itu terjadi, kita bisa hitungan dengan mengalikan 15 hari selama 5 tahun. Hasil totalnya adalah 75 hari.

Buatlah list di atas catatan, isinya kolom nomor, hari ke berapa, dan tanggal pelaksanaan. Kemudian mulai lakukan qadha' puasa itu sehari demi sehari secara santai. 

Baca Juga: Suka Bingung Membaca Dzikir? Inilah 6 Cara Lengkap Membaca Tasbih Setelah Salat Wajib

Yang penting setiap kali selesai satu hari puasa, contrenglah catatan itu serta beri tanggal pelaksanaannya. Semua itu agar kita punya catatan pasti dan tahu progres jadwal pembayaran hutang kita kepada Allah SWT.

Dalam pelaksanaan teknisnya, boleh saja puasa qadha' itu dijatuhkan pada hari-hari khusus yang nilai pahalanya bisa dapat plus, seperti hari Senin atau Kamis. 

Atau boleh juga dijatuhkan pada tiap tanggal 13,14 dan 15 tiap bulan qamariyah, sebagaimana halnya puasa ayyamul biidh.

Dan kalau mau puasa berselang-seling seperti puasa Nabi Daud alaihissalam juga boleh, malah akan lebih bagus lagi.

Baca Juga: Bukan Tanpa Alasan, Fir’aun Bangun Piramida untuk Melihat Ini

Tetapi semua teknis di atas bukanlah aturan baku dalam mengqadha' puasa. Tidak mampu seperti itu juga tidak mengapa. 

Yang penting dan paling utama adalah bagaimana agar jumlah hutang puasa bisa tertutup hingga selesai.

Dan kalau mau memperbanyak nilai pahala puasa, silahkan rajin-rajin mengerjakan ibadah puasa sunnah. Apalagi kalau bisa lebih banyak bersedekah, tentu pahalanya akan kita nikmati sendiri di akhirat.

Baca Juga: Metaverse atau Dunia Virtual dari Sudut Pandang Islam Menurut Ustadz Adi Hidayat

Pesan saya, sebaiknya semua bisa selesai selagi kita masih segar bugar, sehat wal afiat dan tentu saja sebelum ajal datang menjemput. 

Sebab kalau terlanjur nikmat sehat ini dicabut satu per satu, apalagi kalau sudah dipanggil Allah, sementara masih ada sisa hutang yang belum terbayarkan, kita akan kerepotan sendiri nanti di hari perhitungan kelak.***

 

 

Editor: Arina Nihayati

Sumber: Rumah Fiqih Indonesia

Tags

Terkini

Terpopuler