SRAGEN UPDATE – Lailatul qadar merupakan suatu malam yang sangat dinanti-nantikan oleh umat Muslim pada bulan ramadhan.
Lailatul qadar memiliki banyak keutamaan dan keistimewaan, hal itulah yang mendorong umat Muslim untuk memperbanyak ibadah pada malam tersebut.
Lailatul qadar sering disebut sebagai malam yang mulia, lantas apakah sebenarnya makna dari malam yang mulia tersebut?
Dilansir dari buku Strategi Jitu Meraih Lailatul Qadar yang ditulis oleh Candra Nila Murti Dewojati dijelaskan bahwa hingga saat ini masih terjadi perselisihan mengenai penamaan lailatul qadar sebagai malam yang mulia.
Para ulama membahas makna lailatul qadar menjadi tiga pemikiran:
- Malam lailatul qadar merupakan malam ditetapkannya segala takdir manusia dimulai dari kehidupan, ajal, rezeki, dan semuanya untuk setahun ke depan
- Adanya kemuliaan, kehormatan, juga suasana malam didukung karena memang saat itu diturunkannya permulaan al-Qur’an . Para malaikat juga turun, ada juga yang menyebut malam itu menjadi malam turunnya keberkahan, rahmat, dan ampunan Allah
- Orang-orang yang dengan sukarela dan ikhlas menghidupkan malam lailatul qadar tanpa keluhan akan mendapatkan kemuliaan yang besar yang belum dimiliki sebelumnya
Dari segi makna, lailatul qadar saja sudah terjadi perbedaan, belum lagi masalah waktu terjadinya.
Terkait hal itu, berdasarkan hadis riwayat Bukhari dijelaskan bahwa saat Rasulullah menemui para sahabatnya, beliau ingin sekali menyebut secara detail tanggal terjadinya lailatul qadar.
Akan tetapi, Allah swt memberikan kuasa-Nya sehingga Rasulullah lupa menyebutkan waktu pasti terjadinya lailatul qadar.
Kendati demikian, saat itu Rasulullah hanya berpesan kepada para sahabat dan umatnya untuk meningkatkan amal ibadah pada 10 hari terakhir bulan ramadhan.
Hal itu sesuai dengan sabda Rasulullah saw yang diriwayatkan dari Aisyah ra, ia berkata:
“Nabi Saw jika memasuki sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan, beliau menghidupkan malam, membangunkan keluarganya, dan mengencangkan ikat pinggangnya.” (HR. Muslim)
Keterangan mengenai waktu terjadinya lailatul qadar juga dapat dilihat pada riwayat dari Ibnu Umar, ia berkata bahwa Rasulullah bersabda:
“Carilah lailatul qadar di sepuluh hari terakhir, jika salah seorang dari kalian merasa lemah, atau tidak sungguh, maka janganlah ia tertinggal di tujuh hari yang tersisa.” (HR. Bukhari Muslim)***