Mengenal Tradisi Baratan pada Malam Nisfu Syaban di Kabupaten Jepara

- 8 Maret 2023, 21:51 WIB
Mengenal Tradisi Baratan pada Malam Nisfu Syaban di Kabupaten Jepara
Mengenal Tradisi Baratan pada Malam Nisfu Syaban di Kabupaten Jepara /Pixabay/Mohamed_hassan

SRAGEN UPDATE – Nisfu Syaban ialah hari peringatan umat muslim yang jatuh pada pertengahan bulan Syaban, sebagai penanda akan datangnya bulan Ramadan.

 

Pada malam ini, umat muslim disunnahkan untuk banyak berdoa dan berdzikir, agar mendapat pengampunan dari Allah atas ditutupnya buku amal selama satu tahun.

Karena pada malam ke 15 Syaban ini, catatan amal perbuatan manusia akan dinaikkan ke hadapan Allah SWT.

Baca Juga: Sejarah Hari Perempuan Internasional dan Tema Hari Perempuan Internasional 2023

Dalam budaya masyarakat Jepara, khususnya di daerah sekitar perlintasan jalan raya Jepara-Kudus, Nisfu Syaban dirayakan dengan pawai Baratan.

Apa itu Tradisi Baratan?

Tradisi Baratan merupakan tradisi arak-arakan lampion (impes) setiap tanggal 15 Syaban atau 15 hari sebelum Ramadan.

Tradisi Baratan memiliki kaitan erat dengan peristiwa pembunuhan Sultan Hadlirin yang merupakan suami dari Ratu Kalinyamat, yang dibunuh oleh Arya Penangsang.

Ratu Kalinyamat sendiri merupakan sosok pemimpin Jepara di era penjajahan Portugis, ia adalah putri dari raja Demak yakni Sultan Trenggono.

Pada tradisi Baratan, kegiatan ini dilakukan dengan pawai membawa impes sebagai tanda kehormatan terhadap Sultan Hadlirin, dan bertepatan pula dengan malam Nisfu Syaban.

 

Kata “baratan” sendiri berasal dari bahasa Arab yaitu “bara’ah” yang berarti keselamatan atau keberkahan.

Sebelum pawai Baratan dimulai, sesudah Maghrib masyarakat membaca surat Yasin tiga kali dan membaca doa Nisfu Syaban terlebih dahulu, di masjid/mushola masing-masing.

Baca Juga: International Women's Day, Jurnalis Perempuan Inginkan Ruang Aman pada saat Bertugas

Dilanjut dengan makan puli bersama. Puli ialah makanan yang terbuat dari beras yang dicampur dengan bleng lalu ditumbuk halus, dimakan dengan kelapa yang sudah diparut.

Setelah selesai semua, barulah setelah sholat Isya, arak-arakan impes dilakukan sesuai dengan rute yang sudah ditentukan.

Demikian tradisi Baratan yang berasal dari Kabupaten Jepara.

Sebagai bangsa multikultural, masyarakat juga dapat ikut serta berpartisipasi dalam tradisi Baratan ini, guna melestarikan budaya di Indonesia.***

Editor: Inayah Nurfadilah

Sumber: Unisnu


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah