Kisah Lengkap Ali bin Abi Thalib: Asal-Usul, 5 Karomah yang Dimiliki, Sejarah Keislaman dan Kematiannya

27 April 2023, 15:31 WIB
Kisah Lengkap Ali bin Abi Thalib: Asal-Usul, 5 Karomah yang Dimiliki, Sejarah Keislman dan Kematiannya /tangkap layar twitter @PretiWn/

SRAGEN UPDATE - Ali bin Abi Thalib merupakan salah satu tokoh penting dalam sejarah Islam. Selain menjabat sebagai khalifah setelah Utsman bin Affan, Ali juga memiliki kedekatan yang erat dengan Rasulullah sebagai menantunya dan ponakannya.

Selain itu, Ali juga dikenal sebagai sahabat paling cerdas di antara para sahabat Nabi, bahkan dijuluki sebagai Babul Ilmi atau Gerbang Pengetahuan.

Ali merupakan orang pertama dari kalangan anak-anak yang masuk Islam, dan sangat mendukung dakwah Rasulullah. Selain itu, ia juga berperan penting dalam sejarah Islam, seperti saat membela Islam dalam peristiwa perang Uhud dan perang Hunain.

Di bawah ini dipaparkan kisah lengkap Ali bin Abi Thalib dari mulai asal-usul, sejarah keislaman, 5 karomah yang dimiliki, dan peristiwa kematiannya.

Baca Juga: Kisah Nabi Muhammad SAW Menikah dengan Khadijah binti Khuwailid, Bangsawan Quraisy yang Kaya Raya

Kisah ini didapatkan SragenUpdate.com dari buku “40 Sahabat Nabi yang Memiliki Karomah”:

Asal-Usul Ali 

Ali adalah putra dari pasangan Abu Thalib dengan Fathimah sa pada hari Jumat, 13 Rajab 23 SH (29 tahun setelah Nabi lahir), bertepatan dengan tahun 599 M. Dari pihak ayah, nasab Ali bertemu dengan Nabi Muhammad saw., pada Abdul Muthalib, sementara dari pihak ibu pada Hasyim bin Abdu Manaf. Ali adalah keponakan Nabi dan dari suku Bani Hasyim, yang dipercaya menjadi penjaga Kakbah, jabatan mulia yang sangat dihormati di seluruh Jazirah Arab. Ali adalah anak bungsu dari enam bersaudara, yakni 'Thalib, Agil yang menjadi mualaf pada saat penaklukan Mekah, Ja'far sahabat yang termasuk paling dini masuk Islam, Fakhitah atau Ummu Hani', dan Jumanah, istri Abu Sufyan bin Al-Haris.

Ali memiliki beberapa julukan, di antaranya adalah "karrama Allahu wajhahu" (semoga Allah memuliakan wajahnya) karena semasa hidupnya ia tidak pernah menyembah berhala atau sujud kepada berhala. Rasulullah saw., pernah bersabda mengenai dirinya, "Berikan izin kepadanya dan kabarkanlah bahwa ia dijamin masuk surga."

Kemudian Abu Al-Hasan, Abu Al-Sabthain, dan Abu Turab. Julukan yang terakhir ini berawal ketika Nabi Muhammad saw., datang ke rumah Ali, namun pada saat itu Ali tidak ada di rumah. Beliau bertanya kepada Fathimah mengenai keberadaan Ali dan diberitahukan oleh Fathimah bahwa mereka sedang ada masalah. Nabi menyuruh seseorang untuk mencari Ali dan orang itu bilang bahwa Ali sedang tidur di masjid. Nabi kemudian datang ke masjid, sementara Ali sedang dalam keadaan tidur tanpa memakai baju, sehingga badannya berlumuran debu. Beliau mengusap debu itu dari badan Ali dan berkata, "Bangun Abu turab, bangun Abu Turab.”

Keislaman Ali

Sejak kecil, Ali sudah tinggal bersama Nabi Muhammad saw. Itulah sebabnya ia terselamatkan dari kebiasaan-kebiasaan jahiliah: menyembah berhala, minum minuman keras, pergi ke tempat-tempat hiburan, dan lain-lain. Ketika suku Quraisy mengalami krisis pangan, Abu Thalib memiliki banyak tanggungan anak. Nabi saw., berinisiatif membantu mereka dengan mengajak pamannya yang kaya di antara bani Hasyim, yaitu Abbas bin Abdul Muthalib. Kata Nabi, "Paman, Abu Thalib memiliki banyak keluarga yang harus ditanggungnya. Padahal, seperti engkau lihat sendiri, kita semua sedang mengalami kesultan hidup. Bagaimana kalau kita menemui Abu Thalib dan membantunya meringankan bebannya. Aku akan mengasuh salah satu anaknya, dan engkau juga akan mengasuh satu anaknya."

Abbas menerima ajakan Nabi tersebut. Mereka berdua pun pergi ke rumah Abu Thalib. Setelah bertemu Abu 'Thalib, mereka berdua berkata, "Kami berdua ingin membantumu meringankan beban keluargamu dengan mengasuh anak-anakmu sampai keadaan yang sulit ini pulih kembali." Abu 'Thalib menjawab, "Tinggalkan Agil bersamaku di sini. Masing-masing kalian boleh memilih selain dia."

Setelah itu, Nabi membawa Ali sedangkan Abbas membawa Ja'far untuk dirawat dan dididik. Sejak itu, Ali hidup bersama Nabi Muhammad hingga Allah mengangkat beliau menjadi Nabi dan Rasul. Ali mengikuti beliau, beriman kepada beliau, dan membenarkan risalah beliau. Sedangkan Ja'far tinggal bersama Abbas sampai ia masuk Islam dan bisa hidup mandiri. Menurut sejarah, Ali adalah orang pertama yang masuk Islam dari kalangan anak-anak. la masuk Islam sat mash berusia 10 tahun (ada yang mengatakan umur 13 tahun), yakni satu hari setelah Nabi diangkat menjadi rasul (610 M atau tahun 12 SH). Anas bin Malik mengatakan bahwa risalah kenabian Muhammad dimulai pada hari Senin, sementara hari Selasa berikutnya, Ali masuk Islam.

Baca Juga: Kisah Lengkap Irbadh bin Sariyah, Sahabat Nabi yang Mendapat Karomah Berupa Bercakap-cakap dengan Malaikat

Awalnya, ketika Nabi saw., dan Khadijah sedang melaksanakan salat, Ali menyelonong masuk. Anak itu tertegun berdiri menunggu salat selesai. Usai salat, ia menanyakan apa yang ia lihat. Lalu dijawab oleh Nabi, "Kami sujud kepada Allah. Ali, ini adalah agama Allah yang dipilihnya sendiri, dan Dia mengutus rasul-Nya untuk membawa agama ini. Aku mengajakmu untuk beriman dan menyembah Allah yang tiada sekutu bagi-Nya dan supaya kamu meninggalkan Latta dan Uzza." Setelah itu, Nabi Muhammad membacakan beberapa ayat suci Al-Qur'an. Menanggapi ayat itu, Ali berkata, "Aku tidak pernah mendengar bacaan ini sebelumnya. Aku tidak berhak memutuskan masalah ini. Berilah aku waktu untuk member tahu ayah dan merundingkan masalah ini."

Nabi khawatir Ali akan membongkar rahasia beliau sebelum Ali benar-benar menyepakati tawarannya, maka dikatakan kepada Ali, "Ali, jika engkau belum siap memeluk Islam, rahasiakan masalah ini!"

Semalaman, Ali gelisah memikirkan masalah itu. Tetapi, esok harinya ia memberi tahu kepada Nabi saw., dan istrinya bahwa ia akan mengikuti mereka berdua tapa harus minta pendapat ayahnya, Abu 'Thalib. Dalam hal ini ia bertutur, "Allah menjadikanku tanpa harus berunding dengan Abu Thalib. Apa gunanya aku berunding dengan dia untuk menyembah Allah."

Alilah orang pertama yang ikut salat berjemaah bersama Nabi saw. ketika belum ada seorang pun dari kaum laki-laki yang beriman kepada beliau. Semenjak masuk Islam, Ali menjadi manusia paling beriman, paling bertakwa, dan paling takut kepada Allah. Ali selalu menangis ketika mengingat Allah. Tangisan dan rasa takut pada dirinya disebabkan dua hal; panjang angan-angan dan nafsu yang menguasai dirinya. la pernah berkata, "Panjang angan-angan akan menjadikan seseorang lupa akan akhirat. Sementara mengikuti hawa nafsu akan menghalangi seseorang dari kebenaran. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya dunia telah pergi dan akhirat akan segera tiba. Setiap wanita yang memiliki beberapa anak hendaknya anak-anak tersebut dijadikan anak akhirat, dan jangan dijadikan anak dunia. Hari ini adalah hari amal bukan hari perhitungan dan besok adalah hari perhitungan bukan hari amal.

Karomah Ali

  1. Berbincang dengan ahli kubur

Sa'ad bin Al-Musayyab bercerita bahwa a pernah berziarah di makam Madinah bersama Ali. Pada saat melewati makam tersebut, a mendengar Ali mengucapkan salam, "Assalamu'alaikum warahmatullah wabarakatuh, wahai penghuni kubur. Kalian dulu yang menceritakan kabar kalian atau kami yang bercerita dulu?’

Tiba-tiba ia mendengar suara, 'Wa'alaikassalam warahmatullah wabarakatuh, ya amirulmukminin. Beri tahu kami apa yang terjadi sepeninggal kami!' Ali menjawab, 'Istri-istri kalian menikah lagi, harta kalian telah dibagi (sebagai warisan), anak-anak kalian telah menjadi yatim dan rumah yang kalian bangun telah ditempati musuh-musuh kalian. Itulah kabar dari kami. Lalu, bagaimana kabar kalian?'

Mereka menjawab, 'Kain kafan telahsobek, rambut-rambut menjadi berantakan, kulit tercabik-cabik, mata turn ke pipi, mulut mengeluarkan nanah bercampur darah. Apa yang kami perbuat (di dunia) telah kami dapatkan balasannya dan apa yang kami tinggalkan (di dunia), benar-benar kami merasa merugi. Kami sedang menunggu nasib dengan perbuatan-perbuatan kami'.

Baca Juga: Kisah Lengkap Imran bin Hushain, Sahabat Nabi SAW yang Mendapat Karomah Berupa Dikunjungi Malaikat Setiap Hari

Kumail juga pernah bercerita, 'Aku pernah berjalan-berjalan bersama Ali bin Abi Thalib, hingga tiba di lingkungan makam. la lalu mendekati makam tersebut, dan berkata, 'Wahai penghuni kubur, wahai yang berbau busuk, wahai yang sedang berada dalam ketakutan, bagaimana kabar kalian? Kabar kami untuk kalian adalah bahwa harta kalian telah dibagi-bagikan, anak-anak kalian telah menjadi yatim dan istri-istri kalian telah menikah lagi. Inilah kabar kami, lalu bagaimana kabar kalian?'

Ia lalu menoleh ke arah saya dan berkata, 'Wahai Kumail, jika mereka diperbolehkan (dapat) menjawab, maka mereka akan berkata, 'Sebaik-baik bekal adalah takwa. Setelah berkata demikian, ia menangis dan berkata kembali kepada saya, 'Wahai Kumail, kuburan adalah tempat penyimpanan amal, dan engkau akan tahu kebaikan jika engkau telah mati.’

     2. Tahan panas dan dingin

Suatu hari di saat musim dingin, Ali keluar dari rumah hanya memakai sarung dan baju yang kainnya tipis. Sementara pada musim panas, ia hanya memakai quba' (baju luar) dan pakaian tebal. Lalu orang-orang berkata kepada Abdurrahman bin Abi Laila, "Jika kamu berkata kepada ayahmu, maka dia akan begadang bersamanya." Aku kemudian berkata kepada ayahku, "Ayah, orang-orang melihat sesuatu dari amirulmukminin yang tidak pernah mereka tahu sebelumnya.

"Apa itu?" tanya Abu Laila.

Abdurrahman menjawab, "Saat cuaca sangat panas, ia keluar mengenakan quba' (baju luar) yang disubal dan pakaian tebal dan ia tidak memedulikannya. Dan saat cuaca sangat dingin, ia hanya memakai baju tipis dan ia tidak memedulikannya, juga tidak takut kedinginan. Apa Anda pernah mendengar itu? Orang-orang menyuruhku agar Anda menanyakan kepada amirulmukminin saat Anda begadang (bertemu) dengannya."

Ketika Abu Laila begadang bersama Ali, ia bertanya, "Wahai amirulmukminin, orang-orang menanyakan sesuatu tentang Anda."

"Apa itu?" tanya Ali.

"Saat cuaca sangat panas, Anda keluar mengenakan quba' (baju luar) yang disubal dan pakaian tebal. Dan saat cuaca sangat dingin, Anda memakai baju tipis dan tidak memedulikannya, juga tidak takut kedinginan," kata Abu Laila menjawab pertanyaan Ali.

Ali bertanya, "Hai Abu Laila, apa engkau ikut bersama kami saat perang Khaibar?" Abu Laila menjawab, "Ya, demi Allah aku ikut bersama kalian."

Ali berkata lagi, "Sesungguhnya Rasulullah mengirim Abu Bakar. Bersama pasukannya, Abu Bakar melaksanakan tugas itu, namun a dapat dikalahkan dan kembali kepada Rasulullah. Kemudian, Rasulullah mengirim Umar, tetapi ia juga kalah sehingga kembali ke Rasulullah dengan tangan kosong. Maka, Rasulullah bersabda, "Sungguh aku akan memberikan bendera ini kepada seorang laki-laki yang mencintai Allah dan Rasul-Nya. Melalui dirinya, Allah akan memberikan kemenangan. Dan dia seorang laki-laki yang pantang mundur. Rasulullah mengirim seseorang untuk memanggilku. Maka, aku menemui beliau yang saat itu sedang sakit mata sehingga tidak bisa melihat apa-apa.

Baca Juga: Kisah Lengkap Abu Abbas, Sahabat Nabi yang Mendapat Karomah Berupa Tongkat yang Bercahaya untuk Membantunya

Beliau lalu meludahi kedua mataku dan berdoa, "Ya Allah, lindungi Ali dari hawa panas dan dingin!" Saat itulah, aku tahan udara panas dan dingin.”

    3. Allah langsung menjawab doa Ali untuk menyambungkan tangan budak yang          terputus

Ali bin Abi Thalib pernah mengadili seorang budak hitam yang tertangkap basah saat mencuri. Ali lalu menginterogasi budaknya, dan akhirnya budak itu mengakui bahwa a memang telah mencuri. Sebagai hukumannya, Ali memotong tangannya sebagai balasan atas apa yang telah ia perbuat. Budak itu pun berlalu dari hadapan Ali. Saat perjalanan pulang, budak itu berpapasan dengan Salman dan Ibnu Al-Kawwa' Ibnu Al-Kawwa' bertanya, "Siapa yang memotong tanganmu?" Budak itu menjawab, "Amirulmukminin, pemimpin kaum muslimin, menantu Rasulullah, dan suami yang meninggalkan kehidupan duniawi.”

Ibnu Al-Kawwa' bertanya keheranan, "Dia telah memotong tanganmu tetapi engkau tetap memujinya?"

"Bagaimana aku tidak memujinya, telah memotong tanganku sesuai hukum dan telah menyelamatkanku dari api neraka."

Mendengar hal itu, Salman kemudian member tahu Ali. Maka, Ali memangggil budaknya itu dan meletakkan tangannya ke lengannya, lalu menutupinya dengan sapu tangan sambil berdoa. Setelah itu, kami mendengar suara dari langit, "Angkat sapu tangan dari tangannya." Kami pun mengangkat sapu tangan itu, tiba-tiba tangan budak itu sembuh (tersambung kembali).”

     5. Allah mengijabah doa Ali untuk menyembuhkan kelumpuhan seorang laki-laki

Suatu malam, Ali bersama kedua anakya, Hasan dan Husain mendengar seseorang bersenandung:

Wahai Zat yang mengabulkan doa orang yang terzalimi

Wahai Zat yang memusnahkan penderitaan, bencana, dan sakit Utusan-Mu tertidur di rumah Rasulullah sedang orang-orang kafir mengepungnya Engkau Zat Yang Mahahidup lagi Mahategak, tidak pernah tertidur Dengan kemurahan-Mu, ampuni dosa-dosaku Wahai Zat tempat harapan makhluk di Masjidilharam Jika ampunan-Mu tak dapat diharapkan oleh orang yang salah Lalu siapa yang akan mencurahkan nikmat kepada orang-orang yang durhaka.

Kemudian Ali menyuruh orang untuk mencari pelantun syair itu. Tak lama kemudian pelantun syair itu menghadap Ali sambil menveret tubuh sebelah kanannya seraya berkata, "Aku ya amirulmukminin."

Lalu Ali bertanya, " Aku telah mendengarkan syairmu. Apa yang terjadi denganmu?"

Baca Juga: Berikut Kisah 3 Perempuan Muslimah Inspiratif yang Perlu Kamu Ketahui, Siapa Saja Mereka?

Laki-laki itu menjawab, "Dulu, aku senang bermain musik dan berbuat kemaksiatan, padahal ayahku sudah sering memperingatkanku bahwa Allah memiliki kekuasaan dan siksaan yang pasti akan ditimpakan kepada orang-orang suka berbuat zalim. Karena ayah terus-menerus memperingatkanku, aku memukulnya. Karena itu, ayahku bersumpah akan mendoakan keburukan kepadaku, kemudian ia pergi ke Mekah untuk meminta pertolongan Allah. Di Mekah ia berdoa, dan belum selesai berdoa, tiba-tiba tubuh sebelah kananku menjadi lumpuh. Aku menyesal atas semua kemaksiatan yang telah aku perbuat, maka aku memohon belas kasihan dan kerelaan ayahku sehingga ia berjanji akan mendoakan kebaikan untukku jika Ali mau mendoakanku. Aku kendarai unta betinanya, dan ia berlari sangat kencang sehingga terlempar di antara dua batu besar, lalu mati."

Ali berkata, "Allah akan meridhaimu, jika ayahmu ridha kepadamu."

Pelantun syair itu menjawab, "Demi Allah, demikianlah yang terjadi." Ali berdiri untuk melaksanakan salat beberapa rakaat, kemudian berdoa kepada Allah dengan sangat pelan, lalu berkata, "Hai orang yang diberkahi, bangunlah!"

la pun berdiri, berjalan dan kembali pulih seperti dulu. Ali berkata, "Jika engkau tidak bersumpah kalau ayahmu akan memberikan ridhanya kepadamu, maka aku tidak akan mendoakan kebaikan untukmu.”

      6. Kuat mengangkat air dari sumur

Dari kitab lain juga mengisahkan karomah Ali yang lain, yaitu bisa mengangkat air dari sumur. Berawal dari menyaksikan wanita tua yang kesulitan mengangkat air dari sumur. Ali dengan jiwa penolongnya yang luar biasa, berinisiatif membantu wanita tersebut, dan bisa mengangkat air dengan wadah yang besar, meskipun dirinya sedang berpuasa.

Kematian Ali

Ali wafat di tangan Ibnu Muljam dan teman-temannya. Mereka duduk di samping pintu yang biasa dilalui Ali. Ketika Ali keluar, ia membangunkan orang-orang untuk salat seraya berkata, "Salat... salat!"

Dengan cepat, Syabib menyerang dengan pedang dan memukulnya tepat mengenai leher Ali. Kemudian Ibnu Muljam menebaskan pedangnya ke atas kepala Ali. Darah pun mengalir membasahi jenggotnya. Pada saat menebaskan pedangnya, Ibnu Muljam berkata, "Tidak ada hukum kecuali milik Allah, bukan milikmu dan bukan milk teman-temanmu, hai Ali."

la lalu membaca surah Al-Bagarah ayat 207. Ali berteriak, "Tangkap mereka!”

Wardan melarikan diri, namun berhasil dikejar ole seorang laki-laki dari Hadramaut dan berhasil membunuhnya. Adapun Syabib berhasil menyelamatkan diri dan selamat dari kejaran orang-orang. Sementara Ibnu Muliam sendiri berhasil ditangkap. Ali kemudian menyuruh Ja'dah bin Hubairah untuk mengimami salat Subuh. Ali dibopong ke rumahnya. Digiring pula Ibnu Muljam kepadanya dalam keadaan dibelenggu tangannya ke belakang pundak.

Baca Juga: Kisah Lengkap Abdullah bin Amr, Sahabat Nabi SAW yang Mendapat Karomah Jenazahnya Bisa Membaca Alquran

Ali berkata kepadanya, "Apa yang mendorongmu melakukan ini?"

Ibnu Muljam menjawab, "Aku telah mengasah pedang ini selama 40 hari. Aku memohon kepada Allah agar aku dapat membunuh dengan pedang ini makhluk-Nya yang paling buruk."

Ali menimpali, "Menu rutku engkau harus terbunuh dengan pedang itu. Dan menurutku engkau adalah orang yang paling buruk." la berkata lagi, "Jika aku mati, maka bunuhlah orang ini, dan jika aku selamat, maka aku lebih tahu bagaimana aku harus memperlakukan orang ini.

Tidak lama setelah itu, Ali wafat tepatnya tanggal 20 Ramadan 40 H/24 Januari 661 M, dalam usia 63 tahun. 17 Jenazahnya dimakamkan di Kufah di samping masjid Al-Jama'ah di Rahbah, dekat Abwab Al-Kindah sebelum orang-orang pulang dari melaksanakan salat Subuh.

Ibnu Sa'ad dalam kitabnya mengatakan bahwa ketika Ali berteriak seperti itu Ummu Kulsum, putrinya datang menemui Ali. Kemudian ia berkata kepada Ibnu Muljam, "Hai musuh Allah, engkau telah membunuh amirulmukminin."

“Aku tidak membunuh orang kecuali dia hanyalah bapakmu," jawab Ibnu Muljam. Kata Ummu Kulsum lagi, "Aku sangat berharap amirulmukminin tidak apa-apa." Ibnu Muliam bertanya, "Kenapa engkau menangis. Demi Allah, aku telah merendam pedang ini dengan racun selama satu bulan. Setelah aku mati nanti, semoga Allah menjauhkan dan membunuhnya."***

Editor: Muhammad Emir Al-Azkiya

Sumber: Buku 40 Sahabat Nabi yang Memiliki Karamah

Tags

Terkini

Terpopuler