Kapalnya membawa 200 awak dan modal yang cukup banyak. Selain itu, Kaytsu pun menjadi Kepala Masyarakat Tionghoa yang ada di Banten.
la bahkan berkontribusi juga membangun benteng-benteng pertahanan di pesisir pantai Kesultanan Banten.
Sekitar tahun 1656 M, Kaytsu diutus untuk berdialog dengan Kapitan Bingam dari VOC. la pun menjadi tokoh dalam perjanjian damai antara Banten dan VOC.
2. Membangun rumah penerimaan tamu asing
Pada tahun 1661 M, Kaytsu mendirikan sebuah rumah bata bertingkat. dekat dengan pos dagang Inggris dan sungai.
Rumah ini adalah pusat penerimaan tamu asing sekaligus markas Syahbandar. Sultan Ageng Tirtayasa kadang mengunjungi rumah ini dengan kereta yang sangat bagus.
Baca Juga: Damai dengan Rizky Billar, Lesti Kejora Kembali Muncul dan Foto Bersama Para Rekan Artis
Selama bertahun-tahun berikutnya, Kaytsu selalu menjadi teman diskusi Sultan Ageng Tirtayasa tentang strategi membuat Kesultanan Banten berjaya.
Kaytsu juga mengkader bawahannya yang bernama Tantseko, seorang Tionghoa. Kelak. Tantseko juga menjadi muslim dan menjadi Syahbandar setelah Kaytsu wafat.
- Membangun armada
Pada suatu waktu, VOC melancarkan blokade terus-menerus terhadap Banten. Akhirnya, kapal-kapal Tiongkok yang tadinya berlabuh di Banten pun pindah berlabuh ke Batavia (saat ini Jakarta).