SRAGEN UPDATE - Pemerintahan Amerika Serikat di bawah Presiden Joe Biden telah mendorong negara-negara Arab untuk berpartisipasi dalam pasukan penjaga perdamaian yang akan ditempatkan di Jalur Gaza setelah konflik berakhir.
Financial Times melaporkan hal ini pada Rabu, mengutip beberapa narasumber yang mengetahui masalah tersebut.
Mesir, Uni Emirat Arab, dan Maroko sedang mempertimbangkan inisiatif ini. Pemerintahan Biden tidak ingin menempatkan pasukan AS di Gaza, menurut laporan tersebut, dengan mengutip pejabat dari negara-negara Barat dan Arab.
Negara-negara Arab lainnya, termasuk Arab Saudi, dilaporkan menolak gagasan mengerahkan pasukan mereka karena mereka tidak ingin dianggap bersekongkol dengan Israel.
Pada bulan Maret, situs berita AS Axios melaporkan bahwa Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant telah menyarankan pembentukan unit militer multinasional dengan pasukan Arab untuk meningkatkan hukum dan ketertiban di Gaza serta memastikan pengiriman bantuan kemanusiaan yang aman.
Pada tanggal 6 Mei, angkatan bersenjata Israel (IDF) melancarkan operasi kontraterorisme di timur Rafah di perbatasan dengan Mesir, dan mengambil alih perbatasan di sisi Gaza.
Pekan lalu, media Israel melaporkan bahwa kabinet militer Israel telah menyetujui perluasan operasi darat.
Pihak berwenang Israel mengatakan operasi tersebut bertujuan untuk melenyapkan sisa batalion gerakan Palestina Hamas di Jalur Gaza.
Di samping itu, Mesir menyalahkan Israel atas penutupan perlintasan perbatasan Rafah di selatan Jalur Gaza selama serangan militer di wilayah tersebut.