Prasangka sebagai Penentu Kebahagiaan Seseorang, Berikut Penjelasannya Secara Ilmiah

- 16 April 2023, 21:17 WIB
Prasangka sebagai Penentu Kebahagiaan Seseorang, Berikut Penjelasannya Secara Ilmiah
Prasangka sebagai Penentu Kebahagiaan Seseorang, Berikut Penjelasannya Secara Ilmiah /Freepik/Tirachardz/

SRAGEN UPDATE - Prasangka dapat dijadikan sebagai penentu kebahagiaan seseorang, berikut penjelasannya secara ilmiah.

 

Kebahagiaan, kesenangan, kesedihan, kekecewaan, dan juga kemarahan merupakan produk mental yang diproduksi oleh otak.

Respons seorang manusia terhadap kondisi yang dihadapinya tergantung kepada persepsi yang dihasilkan oleh kerjasama antara sistem memori-emosi di sistem limbik dan lobus frontalis di kulit otak.

Baca Juga: Pemain Taxi Driver 2 Ucapkan Kata Penutup Mereka untuk Rayakan Berakhirnya Drama

Stimulun kebahagiaan akan memicu diproduksinya hormon ketenangan (serotonin), kegembiraan (endorfin), dan hormon motivasi (dopamin) yang akan membuat hidup lebih indah.

Bagaimana jika data lingkungan yang diterima menurut persepsi kita buruk?

Persepsi yang buruk cenderung terjadi karena pengalaman, hasil belajar, dan kemampuan untuk memperkirakan.

Seseorang yang terbiasa flu pada saat kehujanan ketika melihat langit mendung dan akhirnya terjadi hujan moodnya akan berubah menjadi tidak baik karena dia tahu dia akan flu.

Akan tetapi seseorang yang biasa saja dan tetap sehat walaupun hujan tidak menutup kemungkinan akan senang ketika hujan turun karena menikmatinya.

 

Terlebih untuk seseorang yang pada waktu hujan turun mulai bekerja, misalnya anak-anak tukang ojek payaung.

Mereka akan bahagia saat turun hujan karena usaha mereka akan laku dan mendapatkan uang.

Baca Juga: Bandara Lombok Siapkan Pelayanan Vaksin dan Operasikan Posko Terpadu Jelang Mudik Lebaran 2023

Tentu banyak faktor yang memengaruhi kesehatan dan kesakitan seseorang, salah satunya faktor psikologis.

Seseorang yang memiliki kemampuan untuk mempersepsikan setiap masalah sebagai stimulus yang ambang batas toleransinya masih bisa dicapai akan melahirkan jalur optimistik.

Barisan sedih, kecewa, dan putus asa yang semula mendorong mereka untuk menyerah, tetapi karena ada yang merangsang sistem neurohormonal yang bersifat membahagiakan membuat seseorang tersebut mencari penyelesaian (solusi) terhadap masalah yang dialaminya.

Secara sederhana, kurang bahagianya seseorang terkait erat dengan proses pembentukan persepsi yang mempengaruhi cara bertindak.

Jika persepsi didominasi oleh pengaruh batang otak dan korpus amigdala di sistem limbik, yang akan terjadi yaitu ketakutan, kekhawatiran, dan aneka pikiran negatif yang tidak beralasan.

 

Hal ini juga yang menyebabkan profesi seperti dokter, pengacara, atau akuntan memiliki derajat kebahagiaan yang lebih tinggi karena profesi tersebut mendapatkan akreditasi yang lebih tinggi di masyarakat.

Seseorang ada yang lebih takut ada stigma dan pemikiran masyarakat.

Baca Juga: Berikut 5 Ruas Tol yang Memberikan Diskon untuk Tarif Awal dan Akhir Mudik Lebaran 2023

Padahal jika diperhatikan, uang belanja rumah tangga antara dokter dan yang bukan dokter hampir sama.

Apabila seseorang bisa keluar dari kondisi mencekam semacam ini tentu seseorang akan menjadi lebih produktif dan santai menjalani kehidupan.***

Editor: Inayah Nurfadilah

Sumber: Mengapa Banyak Larangan, Hikmah dan Efek Pengharaman


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x