SRAGEN UPDATE – Semua orang di dunia selalu memimpikan kebahagiaan, bahkan tak jarang ada yang sampai mencari cara untuk menjadi bahagia.
Tak sedikit orang yang terobsesi mengejar kebahagiaan, merasa dirinya selalu dilingkupi kesedihan dan penderitaan.
Namun jika kamu ingin bahagia, jangan mengejar kebahagiaan. Penjelasan dari psikolog mengenai hal tersebut akan dibahas di artikel ini.
Sebagaimana SragenUpdate.com lansir dari laman Psychology Today, sebuah studi baru yang diterbitkan dalam Current Opinion in Behavioral Sciences menjelaskan bahwa secara obsesif berfokus pada kebahagiaan mungkin malah menjadi hambatan.
“Orang yang menghargai kebahagiaan pada tingkat ekstrem cenderung tidak mencapai kebahagiaan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang,” kata Felicia Zerwas, seorang psikolog dari University of California.
“Salah satu alasan mengapa para ilmuwan berpikir bahwa menghargai kebahagiaan mungkin menjadi bumerang adalah bahwa hal itu dapat membuat orang merasa lebih kecewa pada saat ketika kebahagiaan paling dalam jangkauan,” ujarnya.
Untuk menjelaskan paradoks ini, Zerwas mengutip sebuah penelitian di mana para peneliti menunjukkan kepada satu kelompok peserta sebuah artikel surat kabar palsu yang berfokus pada kebahagiaan.
Di mana itu untuk mendorong penilaian kebahagiaan, sementara kelompok lain membaca tentang topik yang tidak terkait dengan kebahagiaan.
Studi ini menemukan bahwa orang-orang yang diinduksi untuk menghargai kebahagiaan kurang bahagia daripada orang-orang di kelompok lain.