SRAGEN UPDATE – Laporan terbaru dari Rusia pada Kamis, 12 Januari lalu mengenai subvarian COVID-19.
Kasus tersebut pertama menjangkit dengan jenis baru subvarian COVID-19 baru XBB.1.5 yang disebut “Kraken”.
Diketahui sebelumnya pada subvarian dari COVID-19 Omicron telah lebih dominan menyebar secara global.
Dari kasus tersebut para petugas medis telah memberikan suntikan vaksin untuk pencegahan dan penanganan lebih lanjut.
Virus tersebut baru-baru ini menyebar di Amerika Serikat dan Kasusnya menyebar hingga ke negara-negara Eropa dan juga ditemukan di Inggris.
Pasien Pertama yang diketahui terjangkit varian kraken tersebut tinggal di wilayah Penza.
Dari keterangan badan pengawas kesehatan negara Rospotrebnadzor bahwa varian terbaru ini sangat menular.
Dari penjelasan otoritas, subvarian baru ini tidak menyebabkan kematian yang lebih serius dan infeksi lebih lanjut.
Baca Juga: 5 Bukti Kebenaran Rumor Kencan Vernon SEVENTEEN dengan Stylist TXT, Nomor 4 Paling Cocok
Namun terdapat bukti bahwa varian kraken ini menyebar dengan cepat dan lebih menular.
Menurut Rozpotrebnadzor subvarian BA.5 dari Omicron saat ini menjadi paling dominan di Rusia.
Dari keterangan badan tersebut mencatat 4.675 kasus baru COVID-19 di Rusia, termasuk 48 kasus yang menyebabkan kematian.
Dalam sehari terakhir totalnya menjadi di atas 20 juta kasus dan 394.260 lebih kematian.
Baca Juga: 5 Drakor dengan Rating Tinggi yang Berlatarkan Masyarakat Kelas Atas, The Penthouse Paling Memukau
Secara keseluruhan kasus infeksi varian baru “Kraken” telah ditemukan di 38 negara.
Dari beberapa negara tersebut persentase tertinggi dilaporkan di Amerika Serikat sebanyak 82,2 persen.
Jumlah tersebut berdasarkan perhitungan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Rabu, 11 Januari.
Keterangan lebih lanjut diberikan oleh WHO dimana menyangkut perkembangan varian baru virus COVID-19 tersebut.
Baca Juga: Selamat! 6 Tanda Seseorang Akan Kaya Raya, Jika Pernah Bermimpi Seperti Ini
“Berdasarkan karakteristik genetik dan perkiraan tingkat perkembangan awal, subvarian XBB.1.5 dapat mendorong peningkatan insiden kasus infeksi.” Kata WHO.***