Usaha Pejuang Hamas Tahan Zionis Israel agar Tak Masuk ke Kamp Pengungsi

- 20 November 2023, 22:11 WIB
Usaha Pejuang Hamas Tahan Zionis Israel agar Tak Masuk ke Kamp Pengungsi
Usaha Pejuang Hamas Tahan Zionis Israel agar Tak Masuk ke Kamp Pengungsi /

SRAGEN UPDATE - Hingga saat ini, Pejuang Hamas terus melawan pasukan Israel yang berusaha masuk kamp pengungsi terbesar di Gaza pada Minggu di tengah kabar dari pejabat AS dan Israel akan semakin dekatnya kesepakatan pembebasan beberapa sandera yang ditahan.

Terdapat sekitar 240 orang disandera menyusul serangan mematikan Hamas ke Israel pada 7 Oktober yang mendorong Israel menyerang wilayah kecil Palestina itu untuk memusnahkan kelompok Islam tersebut.

Pada akhir bulan lalu, tank dan pasukan Israel berhasil menyerbu Gaza dan sejak itu mereka merebut kendali atas wilayah yang luas di bagian utara, barat laut, dan timur sekitar Kota Gaza, kata militer Israel.

Namun, Hamas dan saksi mata mengungkapkan bahwa kaum militan melancarkan perang gerilya di daerah padat perkotaan di utara, termasuk sebagian Kota Gaza dan kamp pengungsi Jabalia serta kamp pengungsi Shati yang berada di daerah pantai yang luas.

Baca Juga: Wendy Red Velvet dan Eunseok RIIZE akan Menjadi Pengisi Suara Karakter di ‘Trolls Band Together’

Meskipun pertempuran di lapangan berkecamuk, dalam wawancara pada program acara "This Week" di ABC, duta besar Israel untuk Amerika Serikat, Michael Herzog, berkata bahwa Israel berharap sejumlah besar sandera dibebaskan oleh Hamas dalam beberapa hari mendatang.

Pada 15 November yang lalu, Reuters melaporkan bahwa mediator Qatar telah berusaha untuk membuat kesepakatan antara Israel dan Hamas dengan menukar 50 sandera sebagai imbalan atas gencatan senjata tiga hari.

Hal yang mereka lakukan tersebut akan membantu meningkatkan pengiriman bantuan darurat untuk warga sipil Gaza.

Saat itu, seorang pejabat yang mendapat penjelasan tentang pembicaraan tersebut mengatakan garis besarnya telah disepakati namun pihak Israel masih merundingkan rinciannya.

Pada Minggu kemarin, Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengatakan kepada wartawan bahwa ia tidak mengetahui  kapan sandera-sandera itu akan dibebaskan.

Baca Juga: JTBC Ungkap Season Ketiga dari ‘Strong Woman Do Bong Soon’ dan ‘Strong Girl Namsoon’ dalam Tahap Perencanaan

“Saya ingin memastikan mereka keluar dan kemudian saya akan memberitahu Anda,” kata dia dalam acara liburan pra-Thanksgiving di Virginia bersama personel militer AS.

Dalam konferensi pers di Doha, pada Minggu kemarin, Perdana Menteri Qatar Sheikh Mohammed Bin Abdulrahman al-Thani, menyatakan hambatan utama untuk kesepakatan saat ini sangat kecil, mengingat sebagian besar masalah yang tersisa adalah soal praktis dan logistik.

Di samping itu, seorang pejabat Gedung Putih juga mengatakan bahwa perundingan yang sangat rumit dan sangat sensitif itu telah mengalami kemajuan.

Pembicaraan tersebut bertepatan dengan persiapan Israel memperluas serangannya terhadap Hamas hingga bagian selatan Gaza, di mana hal tersebut ditandai dengan meningkatnya serangan udara terhadap sasaran-sasaran yang dianggap Israel sebagai sarang Hamas.

Namun pada Minggu kemarin, sekutu utama Israel yakni Amerika Serikat, memperingatkan agar tidak memulai operasi tempur di wilayah selatan sampai para perencana militer mempertimbangkan keselamatan warga sipil Palestina.

Di sisi lain, penduduk Gaza yang mengalami trauma untuk berpindah-pindah sejak awal perang pun berlindung di rumah sakit atau berjalan tertatih-tatih dari utara ke Selatan.

Baca Juga: ‘Kolaborasi’ Muncul dengan Pesat Sebagai Strategi Baru untuk Kesuksesan K-pop di Kancah Internasional

Namun sayangnya dalam beberapa kesempatan mereka terpaksa kembali lagi demi menghindari serangan.

Pemerintahan Hamas di Gaza mengatakan sedikitnya 13.000 warga Palestina telah tewas akibat  pemboman zionis Israel, termasuk sedikitnya 5.500 anak-anak.

“Jumlah korban warga sipil di Gaza sangat mengejutkan dan tidak dapat diterima," kata Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres.

Hingga akhirnya Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres kembali menyerukan gencatan senjata kemanusiaan segera pada Minggu.

Senentara itu telah terjadi pertempuran sengit semalam antara Hamas dan pasukan Israel yang berusaha maju ke Jabalia yang merupakan kamp yang dihuni hampir 100.000 orang, yang mana hal tersebut dilaporkan oleh para saksi mata.

Bahkan kata petugas medis Palestina, bombardemen yang terus-terusan dilakukan Israel di Jabalia telah menewaskan banyak warga sipil.

Pihak Israel sendiri mengatakan bahwa serangan tersebut telah menewaskan banyak militan yang bersembunyi di wilayah tersebut.

Pada Minggu kemarin melalui media sosial dalam bahasa Arab, militer Israel mendesak penduduk di beberapa sudut Jabalia agar mereka mengungsi ke selatan untuk menjaga keselamatan mereka.

Baca Juga: Berlibur di Korea Selatan pada Musim Dingin, Berikut 4 Makanan yang Cocok Dicoba untuk Musim Dingin

Israel juga mengatakan akan menghentikan aksi militer dari jam 10 pagi sampai jam 2 siang waktu setempat.

Namun setelah waktu yang diberikan itu berakhir, bombardemen dari negara Zionis itu Kembali dilakukan sehingga 11 warga Palestina di Jabalia tewas akibat serangan udara Israel terhadap sebuah rumah.

Hal tersebut telah disampaikan langsung kementerian kesehatan di kantong Palestina.

Karena pemboman berulang kali dilakukan Israel terhadap Gaza Selatan, maka warga Palestina menjadikan janji-janji keamanan Israel merupakan hal yang tak masuk akal.***

Editor: Inayah Nurfadilah

Sumber: Antara News


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah