Kisah Lengkap Umar bin Khattab, Sahabat Nabi SAW: Asal-Usul, Keislaman, 6 Karomah yang Dimiliki, & Kematiannya

27 April 2023, 15:48 WIB
Kisah Lengkap Umar bin Khattab, Sahabat Nabi SAW: Asal-Usul, Keislaman, 6 Karomah yang Dimiliki, & Kematiannya /Freepik/camel.

SRAGEN UPDATE - Di bawah ini terdapat kisah lengkap dari salah satu sahabat Nabi Muhammad paling dekat dan termasuk Khulafaur Rasyidin, Umar bin Khattab, mulai dari asal-usul dirinya, sejarah keislamannya, 6 karomah yang dimiliki, dan kematiannya.

Karomah yang Allah anugerahkan kepada Umar yaitu tentang kasyf (ketersingkapan), yang mana Umar mengetahui hal-hal ghaib, padahal orang-orang lain dan sahabat Nabi SAW yang lain tidak mengetahui.

Berikut kisah lengkap Umar bin Khattab, yang mendapat julukan Al Faruq dari Rasullah SAW, dilansir SragenUpdate.com dari buku 40 Sahabat Nabi yang Memiliki Karomah:

Asal-Usul Umar bin Khattab

Baru-baru ini, seorang penulis asal Amerika, Michael H. Hart, orang yang paling berpengaruh sepanjang sejarah dunia, me nempatkan Umar pada posisi ke-51 dalam urutan tersebut. la menulis bahwa keberhasilan Umar sangat mengagumkan.

Setelah Nabi Muhammad ditempatkan pada posisi pertama, Umar juga merupakan salah satu figur utama dalam penyebaran Islam. Tanpa jasanya dalam menaklukkan daerah-daerah yang saat itu belum dikuasai Islam, diragukan bahwa Islam dapat tersebar luas seperti sekarang ini. Bahkan sebagian besar wilayah yang berhasil ia tundukkan, tetap bertahan sebagai daerah Arab hingga sekarang. Karena itulah, oleh dunia Barat Umar dijuluki Saint Paul of Islam.

Umar lahir di Mekah, pada tahun 41 SH atau sekitar tahun 581 M dari keturunan bani Adi, salah satu rumpun suku Quraisy, suku terbesar dan paling disegani di Mekah saat itu. Ayahnya bernama Al-Khaththab, seorang yang berperangai keras dan kasar. Sementara ibunya bernama Hantamah binti Hisyam bin Al-Mughirah Al Makhzumiyyah, kakak dari Mughirah bin Hisyam.

Baca Juga: Kisah Lengkap Abu Bakar dan 4 Karomah yang Dianugerahkannya, Sahabat Nabi Muhammad SAW Paling Dekat

Nasab Umar bertemu Nabi Muhammad saw., pada kakek ke-9, Ka'ab bin Lu'ai.

Al-Faruq adalah julukan Umar yang ia dapatkan beberapa saat setelah ia masuk Islam. Diriwayatkan bahwa ketika Umar masuk Islam, ia bertanya kepada Nabi Muhammad saw., "Bukankah kita dalam kebenaran, baik kita hidup maupun mati?"

Nabi saw., menjawab, "Benar kalian dalam kebenaran baik mati maupun hidup."

"Jika demikian, mengapa kita bersembunyi? Mengapa kita menyembunyikan agama kita padahal kita dalam kebenaran dan mereka dalam kebatilan?" tanya Umar.

Nabi saw., menjawab, "Kita masih sedikit, engkau lihat sendiri bagaimana kita diperlakukan."

Umar berkata, "Demi Tuhan yang mengutusmu. Tidak ada satu tempat yang aku pernah duduk di sana dalam kekufuran, kecuali aku akan duduk lagi di sana dalam keimanan."

Atas desakan Umar, Nabi dan kaum muslim keluar menuju Masidilharam dalam dua barisan. Umar berada dalam satu barisan dan Hamzah dalam barisan yang lain.

Ketika mereka masuk ke Masjidilharam, kaum musyrik terperanjat dan sangat bersedih dan ketika itu jugalah Umar digelari Nabi saw., dengan Al-Faruq, karena sikapnya ini merupakan salah satu sikap yang memisahkan atau membedakan antara yang hak dan yang batil.

Usia Umar ketika itu diperkirakan 26 tahun, sedang jumlah kaum muslim-dalam riwayat Al-Waqidi-sebanyak 50 orang, riwayat terbanyak 56 orang, 10 atau 11 di antaranya adalah wanita.

Kisah Keislaman Umar

Keislaman Umar dikisahkan Imam Ahmad bin Hanbal sebagai berikut:

"Umar masuk Islam berawal dari Islamnya Fatimah, adiknya dan suaminya, serta Nu'aim bin Abdillah An-Nahham, seorang laki-laki keturunan bani Adi bin Ka'ab. Mereka merahasiaka keislamannya, karena takut dengan Umar. Sementara Khabbab bin Al-Art sedang membawa lembaran-lembaran Al-Qur'an untuk mengajari Fathimah.

Pada suatu hari, Umar keluar dengan menghunus pedangnya bermaksud membunuh Nabi Muhammad. Ada yang memberitahukan kepada Umar bahwa Nabi sedang berkumpul bersama sahabat-sahabat-nya di sebuah rumah di Shafa. Jumlah mereka kurang lebih 40 orang, baik laki-laki maupun perempuan. Saat itu, Nabi Muhammad didampingi pamannya, Hamzah bin Abdul Muthalib, Ali bin Abi Thalib, dan Abu Bakar.

Pada perjalanan menuju ke Shafa, ia bertemu dengan Na 'im bin Abdullah. Na'im bertanya kepada Umar, "Apa yang kau inginkan, Wahai Umar?"

Umar menjawab, "Aku menginginkan Muhammad. Orang murtad itu telah memecah belah suku Quraisy, meracuni pikiran mereka, mencaci maki agaima mereka, dan mencerca Tuhan mereka. Karena itulah, aku ingin membunuhnya."

Na'im menimpali perkataan Umar tadi, "Engkau telah tertipu oleh dirimu sendiri wahai Umar. Lihatlah orang-orang dari bani Abdi Manaf telah meninggalkanmu berjalan di atas bumi, sementara engkau ingin membunuh Muhammad?"

Baca Juga: Kisah Lengkap Ali bin Abi Thalib: Asal-Usul, 5 Karomah yang Dimiliki, Sejarah Keislaman dan Kematiannya

Na'im lalu menyuruh Umar untuk kembali ke rumahnya dan melihat apa yang sedang terjadi di rumahnya. Umar bertanya, "Apa yang terjadi dengan keluargaku?"

Na' im menjawab, "Adik iparmu, juga keponakanmu dan adikmu, Fathimah telah memeluk Islam, mengikuti agama Muhammad."

Umar bergegas mendatangi Said bin Zaid dan adiknya yang saat itu sedang belajar Al-Qur'an kepada Khabbab bin Al-Art. Mendengar kedatangan Umar, Khabbab bersembunyi di sebuah ruangan kecil. Sementara Fathimah menyembunyikan lembaran-lembaran itu.

Ketika sudah sampai di rumah, Umar mendengar suara Khabbab yang sedang mengajarkan Al-Qur'an kepada Fathimah dan suaminya. Umar lalu menanyakan suara yang didengarnya itu, "Aku mendengar suara."

Fathimah dan suaminya menjawab, "Kamu tidak sedang mendengar apa-apa."

Umar menimpali, "Jangan bohong, demi Tuhan, aku dengar kabar kalau kalian telah mengikuti agama Muhammad."

Umar lantas memukul adik iparnya, Said bin Zaid. Fathimah yang saat itu ingin melindungi suaminya, dipukul juga oleh Umar hingga berdarah. Ketika Umar terus melakukan pemukulan terhadap suami dan dirinya, Fathimah akhirnya mengaku bahwa dia dan suaminya telah memeluk Islam dan beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.

Melihat adiknya berdarah, Umar menyesal dan berputus asa. la lalu meminta kitab yang baru saja a dengar itu karena penasaran dengan ajaran yang dibawa Muhammad. Fathimah menolak karena khawatir kakaknya akan merobek-robek lembaran-lembaran Al-Qur'an itu.

"Jangan takut," kata Umar sambil bersumpah atas nama tuhannya akan mengembalikan lembaran-lembaran itu setelah membacanya.

Fathimah berkata, "Hai saudaraku, kamu itu kotor karena kemusyrikanmu. Tidak boleh menyentuh kitab itu kecuali orang yang bersuci."

Umar kemudian mandi dan Fathimah memberikan kitab itu padanya. Ketika dia membaca surat Thaha ayat 14 Umar memuji dan memuliakan isinya.

"Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah salat untuk mengingat Aku.”

Mendengar Umar berkata seperti itu, Khabbab keluar dari persembunyiannya dan berkata, "Wahai Umar, demi Allah aku sangat berharap engkaulah orang yang didoakan Rasulullah.

Aku mendengar beliau berdoa, 'Ya Allah, kuatkan Islam dengan Islamnya Abi Al-Hakam bin Hisyam atau Umar bin Khaththab."

Baca Juga: Kisah Nabi Muhammad SAW Menikah dengan Khadijah binti Khuwailid, Bangsawan Quraisy yang Kaya Raya

Umar lalu meminta Khabbab untuk memberi tahu keberadaan Rasulullah saw. Khabbab pun memberi tahu bahwa Rasulullah sedang berada di sebuah rumah di Shafa bersama dengan sahabat-sahabatnya yang lain. Umar mengambil pedangnya dan menyarungkannya kembali lalu menuju rumah tersebut, kemudian mengetuk pintunya.

Ketika ada salah seorang melihat Umar datang dengan pedang terhunus dari celah pintu rumahnya, ia kaget kemudian member tahu Rasulullah. Hamzah bin Abdul Muthalib berkata, "Kalau dia menginginkan kebaikan, maka kita akan menerimanya, tetapi kalau menginginkan kejelekan, maka kita akan membunuhnya dengan pedangnya.

Rasulullah kemudian menemui Umar dan menanyakan maksud kedatangannya, "Apa yang membuatmu datang menemuiku wahai putra Al-Khaththab? Demi Allah, aku tidak melihat engkau akan berhenti (dari kekafiran) sampai Allah menurunkan bencana besar kepadamu.”

Umar menjawab, "Rasulullah, aku datang kepadamu untuk beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, serta ajaran yang Ia bawa dari Allah."

Mendengar pernyataan Umar seperti itu, Rasulullah bertakbir sehingga diketahui ole sahabat-sahabat beliau bahwa Umar telah meniadi muslim.

Namun, ada cerita lain dari Ibnu Ishag bahwa keislaman Umar berawal ketika ia melihat Nabi Muhammad saw., salat di masjid.

Pada masa jahiliah, Umar adalah seorang pecandu minuman keras. Bahkan, ia dan teman-temannya mempunyai tempat khusus untuk berpesta miras.

Suatu hari, ia pergi ke tempat itu, tapi ternyata tempat itu kosong. la segera menuju ke kios penjual miras untuk membeli minuman haram tersebut. Tapi sayang, barang haram yang ia cari telah habis.

Umar kemudian menuju ke Kakbah dan berkeliling tujuh kali sebelum kembali ke rumah. Usai thawaf, Umar mendatangi sebuah masjid dan melihat Nabi sedang salat dan membaca Al-Qur'an. Di dalam hatinya ia berucap, "Sungguh aku sangat berharap dapat menguping Muhammad sampai aku mendengar apa yang ia baca."

Baca Juga: Berikut Kisah 3 Perempuan Muslimah Inspiratif yang Perlu Kamu Ketahui, Siapa Saja Mereka?

Umar kemudian mendekat. Karena takut Nabi akan terkejut melihatnya, ia masuk di balik kain kakbah, lalu berjalan berlahan-lahan hingga berdiri menghadap Nabi. Tidak ada batas antara Umar dan Nabi saat itu kecuali kain Kakbah. Umar menguping lantunan ayat suci Al-Qur'an yang dibaca Nabi.

Cukup lama Nabi membaca Al-Qur'an, sampai-sampai hati Umar tersentuh. la menangis dan sadar bahwa selama ini a salah dan Nabi Muhammad-lah yang benar. Islam sudah masuk ke dalam hati Umar. Sementara ia masih dalam posisinya menunggu sampai Nabi selesai dari salatnya.

Usai salat, Nabi pulang menuju rumahnya. Umar segera mengikuti beliau sampai ke rumah. Mendengar suara gerak-gerik Umar, beliau sudah mengenalnya dan dikiranya Umar menyusul untuk menyakiti beliau.

Maka, Nabi menghardiknya seraya berkata, "Hai putra Al-Khaththab, apa maksud kedatanganmu?"

Umar menjawab, "Saya datang untuk beriman kepada Allah dan Rasul-Nya serta kepada segala yang datang dari Allah." Nabi membaca takbir dan hamdalah. Setelah itu, beliau bersabda, "Umar, Allah telah member petunjuk kepadamu."

Beliau lalu mengusap dada Umar dan mendoakannya agar tetap tabah. Umar pergi meninggalkan Nabi sebagai orang yang sudah beriman kepada agama-Nya.

Umar Pernah Bimbang

Suatu ketika, saat Umar sibuk dengan pekerjaannya, seseorang mendatanginya dan berkata, "Si fulan telah menzalimiku. Engkau hendaknya menuntut balas untukku."

Umar segera mengambil cambuk dan memukul orang itu sambil berkata, "Ketika kusediakan waktu untukmu, engkau tidak datang. Sekarang aku sedang sibuk dengan urusan lain, engkau datang dan memintaku untuk menuntutkan balas.'

Orang itu pun pergi. Lalu Umar menyuruh seseorang untuk memanggil kembali orang tersebut. Setelah datang, Umar memberikan cambuk kepadanya dan berkata, "Balaslah aku!"

Jawab orang itu, "Aku telah memaafkan mu karena Allah."

Umar segera pulang ke rumahnya dan mengerjakan salat dua rakaat. Lalu ia berbicara kepada dirinya sendiri, "Hai Umar, dulu kamu rendah, sekarang Allah meninggikan derajatmu. Dulu, kamu sesat, lalu Allah memberimu hidayah. Dulu kamu hina, lalu Allah memuliakanmu, dan Dia telah menjadikanmu sebagai raja bagi manusia. Sekarang telah datang seorang laki-laki yang mengadukan nasibnya dan berkata, "Aku telah dizalimi, balaskanlah untukku, tetapi kamu telah memukulnya. Kelak pada hari kiamat, apa jawabanmu di hadapan Tuhanmu?"

Baca Juga: Kisah Lengkap Irbadh bin Sariyah, Sahabat Nabi yang Mendapat Karomah Berupa Bercakap-cakap dengan Malaikat

Karomah Umar

  1. Tak Hanya Manusia, Setan pun Takut kepada Umar

Kekuatan firasat Umar Umar memiliki kisah karamah yang cukup terkenal. Di antaranya adalah kekuatan firasatnya, kemampuannya berkomunikasi dan berinteraksi dengan dunis Iblis dan keturunan-keturnannya, berdialog denga orang yang sudah meninggal, dan lain-lain.

Firasat yang dimaksud di sini adalah tersingkapnya keyakinan dan kemampuan melihat hal-hal gaib. Ia adalah kemampuan untuk melihat hal-hal tersembunyi, meski ia berada di luar objek. Sedangkan kasfy adalah ketersingkapan mata batin sehingga bisa melihat objek yang sangat jauh sekalipun.

Abdullah bin Umar berkata, "Aku tidak mendengar Umar mengatakan, "'Aku menyangka seperti ini,' kecuali hal itu akan terjadi sesuai sangkaannya. Suatu saat, Umar sedang duduk-duduk, tiba-tiba ada seorang laki-laki tampan bernama Sawad bin Qarib lewat. Umar lalu mengatakan, 'Sangkaanku salah. Kalau tidak, orang ini berada dalam agamanya pada zaman jahiliah, atau orang ini adalah dukun pada zaman jahiliah. Suruh orang itu kemari.'

Umar lalu menukas, 'Aku hanya ingin memastikan.' Orang itu lantas mengatakan, 'Aku dulu adalah dukun orang-orang jahiliah.'

Umar bertanya, 'Apa berita yang menakjubkan yang dibawa oleh jinmu kepadamu ketika engkau mash menjadi dukun?'

Pria itu lalu bercerita 'Suatu hari, saat aku berada di pasar, seseorang peramal wanita yang terlihat ketakutan datang kepadaku.' la mengatakan padaku, 'Apakah engkau tidak mengetahui jin dan segala kejahatannya, keputusannya dan ketakutannya?'

Umar menjawab, ‘Ya benar. Saat aku tidur di antara berhala-berhala mereka, seseorang datang tergesa-gesa dengan membawa seekor anak sapi dan menyembelihnya. Tiba-tiba, terdengar teriakan. Tak pernah terdengar suara sekeras itu sebelumnya. Suara itu mengatakan, 'Wahai Jalih, agama baru telah muncul. Seorang fasih menyerukan, Tidak ada Tuhan selain Allah.'

Masyarakat gempar. Aku lantas berkata kepada diriku sendiri untuk tidak pergi sampai aku mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.

Suara itu berkata lagi, 'Wahai Jalih, agama baru telah muncul. Seorang pria fasih menyerukan, Tidak ada Tuhan selain Allah.' Aku lantas beranjak pergi. Tak lama kemudian orang-orang menyebut pria fasih itu.

Rasulullah saw., pernah bersabda mengenai dirinya yang artinya: "Tidak berjalan Umar di suatu lorong, melainkan setan memilih jalan lain (agar ia tidak berpapasan dengan Umar)." (HR. Bukhari dan Muslim).

Abu Wa'il meriwayatkan dari Abdullah bin Umar, ia berkata, "Setan pernah bertemu dengan seorang laki-laki dari kalangan sahabat Nabi Muhammad saw. Setan tiba-tiba menyerang dan orang muslim itu pun melawan lalu menggigit jempolnya. Katanya kepada sahabat itu, 'Lepaskan aku. Akan aku ajari kamu satu ayat yang jika didengar oleh salah satu dari bangsa kami, niscaya ia akan lari terbirit-birit.' Sahabat Nabi tersebut kemudian melepaskannya. Namun, setan tadi tidak mau mengajarkan ayat yang telah ia janjikan. Sebaliknya, a justru melakukan penyerangan kembali. Maka, orang Islam itu melakukan perlawanan dan menggigit jempolnya sambil berkata, 'Beri tahu aku mengenai ayat itu!'

Baca Juga: Kisah Lengkap Hanzhalah, Sahabat Nabi yang Mendapat Karomah Berupa Jenazahnya Dimandikan Malaikat

Akan tetapi, setan tetap menolak memberi tahu. Baru setelah tiga kali, ia mau mengajarkannya. la berkata, 'Ayat itu ada dalam surah Al-Baqarah

ۚ لَا تَأْخُذُهُۥ سِنَةٌ وَلَا نَوْمٌ ۚ لَّهُۥ مَا فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَمَا فِى ٱلْأَرْضِ مَن ذَا ٱلَّذِى, ‘

Abdullah bin Umar ditanya tentang kejadian itu, 'Wahai Abu Abdurrrahman, siapa laki-laki itu?’, dan dijawab, 'Siapa lagi kalau bukan Umar."

Abdullah bin Mas'ud mengisahkan peristiwa serupa. Riwayat itu bunyinya sebagai berikut: "Salah seorang dari kalangan sahabat Nabi saw., bertemu dengan seorang laki-laki dari bangsa Jin. Sahabat Nabi tersebut diserang, sehingga ia pun melakukan perlawanan. Laki-laki dari bangsa jin itu berhasil dikalahkan, lalu ia berkata, ‘Lepaskan aku!' Sahabat Nabi tersebut kemudian melepaskannya. la melakukan penyerangan kembali, tetapi ia berhasil dikalahkan lagi. Kemudian sahabat Nabi tadi berkata kepadanya, 'Aku melihatmu begitu kecil dan lemah. Seolah-olah kedua tanganmu seperti dua kaki anjing. Apakah bangsa jin memang seperti itu? Atau sebagian dari mereka sama seperti kamu?’

la menjawab, 'Tidak, demi Allah, sesungguhnya di antara mereka, akulah yang memiliki tubuh besar. Akan tetapi, beri aku kesempatan ketiga. Jika engkau berhasil membantingku (mengalahkanku), maka aku akan mengajarkan sesuatu yang bermanfaat untukmu.' Sahabat Nabi tersebut memberinya kesempatan lagi, dan jin tadi dapat dikalahkan lagi. Maka, ia berkata, 'Kemari, ajari aku!' Jin tadi bertanya, Apa kamu pernah membaca ayat Kursi?' 'Ya, pernah', jawab sahabat Nabi.

“Jika engkau membacanya di dalam rumah, setan akan keluar sambil kentut seperti kentutnya himar. Dia tidak akan berani masuk lagi sampai pagi tiba,” kata jin itu kepada sahabat Nabi.

Seorang laki-laki bertanya kepada Ibnu Mas'ud, Abu Abdurrahman, siapakah laki-laki itu?'

Abdullah bin Mas'ud berpaling, lalu menemui laki-laki itu seraya berkata, 'Laki-laki itu tidak lain adalah Umar. '

  1. Mengetahui Hal Ghaib Lainnya dan Suara Umar Terdengar Padahal Jaraknya Jauh

Suatu hari, Umar melintasi pemakaman Baqi' Al-Ghargad dan mengucapkan salam, 'Assalamu alaikum ya ahl al-kubur. Kabar yang kami bawa bahwa istri-istri kalian menikah lagi, rumah kalian telah dihuni dan harta kalian telah dibagi (sebagai warisan).' Kemudian, terdengar suara, 'Kabar dari kami bahwa apa yang kami lakukan (di dunia) telah kami dapatkan balasannya, apa yang kami infakkan telah membuat kami beruntung dan apa yang kami tinggalkan mambuat kami merugi."'

Kasyf (ketersingkapan)

Ketika sedang menyampaikan khotbah Jumat di atas mimbar Nabi, tiba-tiba Umar berhenti lalu berkata, "Hai Sariyah (Sariyah bin Zanim), gunung, gunung! Barangsiapa yang memelihara serigala, maka ia telah berbuat zalim." Orang-orang saling memandang antara yang satu dan yang lain. Ali menenangkan mereka, "Yang dikatakan Umar pastilah benar."

Usai salat, Ali bertanya kepada Umar tentang ucapannya tadi, "Apa yang terlintas dalam pikiran Anda ketika menyampaikan khotbah tadi?"

Umar balik bertanya, "Apa aku menyampaikan sesuatu?"

Baca Juga: Kisah Lengkap Imran bin Hushain, Sahabat Nabi SAW yang Mendapat Karomah Berupa Dikunjungi Malaikat Setiap Hari

Ali pun menjelaskan, “Anda mengatakan, ‘Hai Sariyah, gunung, gunung! Barang siapa yang memelihara serigala, maka ia telah berbuat zalim.”

Umar menjawab, "Terlintas dalam pikiranku bahwa orang-orang musyrik akan mengalahkan saudara-saudara kita, dan Sariyah bersama pasukannya sedang melewati sebuah gunung. Jika mereka berlindung ke gunung itu, mereka akan dapat membunuh setiap orang yang melewati gunung itu. Namun, jika melewati gunung itu adalah kaum musyrikin, maka mereka akan binasa (kalah). Ole karena itu, terlontarlah seruan seperti yang engkau dengar."

Abdullah meneruskan ceritanya, "Satu bulan kemudian, seorang pembawa kejutan datang menginformasikan tentang kemenangan mereka. la bercerita bahwa pada hari dan jam yang sama, yakni ketika mereka melintas ke gunung, mendengar suara mirip suara Umar yang menyeru, 'Hai Sariyah, gunung, gunung! Mendengar seruan itu, kami segera pergi ke gunung sehingga Allah memberi kemenangan kepada kami.”

Mengomentari riwayat ini, Syekh Muhammad Amin Al-Kurdi mengatakan bahwa dalam peristiwa yang dialami Umar, terkandung dua karamah. Pertama, al-kasyf (ketersingkapan) baginya tentang keadaan Sariyah dan sahabat-sahabatnya seta posisi musuh. Kedua, sampainya suara Umar kepada Sariyah meski ia berada di neger yang jauh.

  1. Dapat Membuat Air Sungai Nil Naik 16 Hasta

Selain mengangkat Sariyah bin Zanim, Umar juga mengirim Amr bin 'Ash untuk menjajah Mesir. Ketika itu, penduduk Mesir memiliki tradisi mempersembahkan gadis perawan untuk menjadi tumbal. Saat memasuki bulan Bu'nah yang merupakan salah satu bulan penanggalan orang Ajam, para penduduk berbondong-bondong menemui Am bin 'Ash. Mereka berkata, "Wahai amir (gubernur), sungai Nil kami tidak mengalirkan arus kecuali dengan sebuah tradisi."

"Tradisi apa itu?" tanya Amr. Mereka menjawab, "Lewat pukul 12 malam dari bulan ini, kami mencari seorang gadis perawan yang hidup di antara kedua orangtuanya. Kami berusaha agar kedua orang tua gadis itu merelakan anaknya tersebut kami bawa. Setelah itu, kami akan menghiasinya dengan perhiasan dan pakaian yang paling indah, kemudian kami melemparkannya ke sungai Nil."

Kata Amir kepada mereka, "Tradisi semacam ini tidak ada di dalam Islam. Islam menghancurkan tradisi sebelumnya."

Akhirnya penduduk Mesir tidak bisa berbuat apa-apa sejak bulan Bu'nah, Adip, dan Misrah. Sementara sungai Nil tidak sedikit pun mengalirkan air sehingga mereka berniat mengungsi dari Mesir.

Melihat kejadian itu, Amr bin 'Ash segera melayangkan surat kepada Umar memberitahukan kejadian di Mesir. Umar langsung membalas surat Amr bin Ash yang isinya, "Engkau benar, Islam telah menghancurkan tradisi sebelumnya. Aku kirimkan sepucuk surat ini kepadamu. Lemparkan ia ke dalam sungai Nil, jika suratku sudah kamu terima. Sesampainya surat itu kepadanya, Amr bin 'Ash segera mem bukanya. Di dalam surat itu tertulis:

"Dari hamba Allah, Umar amirulmukminin kepada sungai Nil milik penduduk Mesir. Amma ba' du. Jika engkau mengalir karena keinginanmu sendiri, maka tidak perlu kau mengalir. Tetapi, jika engkau mengalir atas perintah Allah yang Maha Esa dan Maha Perkasa, maka kami mohon kepada Allah yang Maha Esa dan Mahaperkasa agar Dia mengalirkanmu."

Maka segera Amr bin 'Ash melemparkan surat itu ke dalam sungai Nil, satu hari sebelum terjadinya Perang Salib. Saat itu, penduduk Mesir sudah bersiap-siap mengungsi dan meninggalkan Mesir, karena kemaslahatan hidup mereka bergantung pada sungai Nil. Pagi harinya, bertepatan dengan terjadinya Perang Salib, Allah mengalirkan arus sungai Nil setinggi 16 hasta dan menghilangkan tradisi yang biasa di lakukan oleh penduduk Mesir.

Baca Juga: Kisah Lengkap Abu Abbas, Sahabat Nabi yang Mendapat Karomah Berupa Tongkat yang Bercahaya untuk Membantunya

  1. Menenangkan Bumi Ketika Terjadi Gempa

Pernah terjadi gempa bumi besar di Madinah, sampai-sampai gunung hampir runtuh mengenai tanah. Segera Umar memukulkan ambing yang dibawanya ke tanah dan berkata,' "Tenanglah. Saya orang yang adil. Jika saya tidak bisa berbuat adil, maka celakalah Umar."

Tak lama kemudian, bumi menjadi tenang dan tidak pernah ada lagi gempa bumi setelah itu.

  1. Menenangkan Api Ketika Peristiwa Api Menyambar Tahunan

Selain gempa bumi, di Madinah juga pernah ditimba musibah musiman (tahunan) berupa api yang menyambar-nyambar. Para penduduk melaporkan kejadian itu kepada Umar. Umar lalu menyuruh pembantunya membawa serempang miliknya dan berpesan jika api itu datang, ia disuruh memantulkan serempang itu ke mukanya dan mengatakan, "Wahai api, ini adalah serempang Umar," maka api itu akan kembali ke tempat asalnya. Ketika api itu datang, orang-orang berteriak, lalu sang pembantu membawa serempang Umar keluar menuju luar Madinah dan memantulkan ke mukanya sebagaimana perintah Umar.

Pembantu itu menuruti perintah majikannya, lalu berkata, "Wahai api, kembalilah. Ini adalah serempang Umar bin Khaththab." Api itu benar-benar kembali dan tidak pernah muncul kembali.

Kematian Umar

Pada suatu hari, Umar jatuh sakit, dan dokter memberikan resep madu kepadanya. Sebenarnya tersimpan banyak sekali madu di Baitul Mal, tetapi ia tidak mengambil setetes pun, kecuali jika mendapat izin dari dewan rakyat. Istrinya, Ummu Kulsum suatu ketika menghadiahkan beberapa botol minyak wangi kepada ratu Romawi. Sebagai balasannya, ratu Romawi mengisi botol-botol parfum itu dengan batu-batu permata yang sangat mahal harganya. Ketika Umar mengetahuinya, ia mengirimkan permata-permata itu ke Baitul Mal.

Ibnu Katsir menceritakan kisah kematiannya sebagai berikut: "Ketika Umar selesai melaksanakan ibadah haji pada tahun 23 H, ia sempat berdoa kepada Allah di Abthah, mengadu kepada Allah tentang usianya yang telah senja, kekuatannya telah melemah, sementara rakyatnya tersebar luas, dan ia takut tidak bisa menjalankan tugasnya dengan baik.

la berdoa kepada Allah agar ia mewafatkannya dan berdoa agar Allah memberikan syahid kepadanya serta dimakamkan di neger hijrah (Madinah). Allah benar-benar mengabulkan do Umar dan memberikan kedua permohonannya tersebut, yakni mati syahid di Madinah.

Ketika Umar melaksanakan salat Subuh di mihrab pada hari Rabu tanggal 25 Zulhijjah 23 H, Abu Lu'lu'ah Fairuz-seorang Zoroastrianis, yang beragama Majusi dan tinggal di Romawi menikamnya dengan belati yang memiliki dua mata. Abu Lu'lu'ah menikamnya sebanyak tiga kali (ada yang mengatakan enam kali) di antaranya di bawah pusar hingga terputus urat-urat dalam perutnya. Akhirnya, Umar jatuh tersungkur dan menyuruh Abdurrahman bin Auf agar menggantikannya sebagai imam salat. Abu Lu'lu'ah kemudian berlari ke belakang, sambil menikam seluruh orang yang dilaluinya. Pada peristiwa itu, sebanyak 13 orang terluka dan enam orang dari mereka tewas. Segera Abdurrahman bin Auf menangkapnya dengan melemparkan burnus (baju panjang yang memiliki penutup kepala) untuk menjeratnya. Kemudian Abu Lu'luah bunuh diri.

Baca Juga: Kisah Lengkap Abdullah bin Amr, Sahabat Nabi SAW yang Mendapat Karomah Jenazahnya Bisa Membaca Alquran

Umar segera dibawa ke rumahnya, sementara darah mengalir deras dari luka-lukanya. Peristiwa itu terjadi sebelum matahari terbit. Umar berkali-kali jatuh pingsan dan sadar, kemudian orang-orang mengingatkannya untuk salat, ia sadar lalu berkata, "Ya, aku akan salat dan tidak ada bagian dari Islam bagi orang yang meninggalkan salat." Umar kemudian salat.

Selesai salat, ia bertanya, "Siapa yang menikamku?" Mereka menjawab, "Abu Lu'lu'ah, budak Al-Mughirah bin Syu' bah." "Alhamdulillah, yang telah menentukan kematianku adalah tangan seseorang yang tidak beriman dan tidak pernah sujud kepada Allah," katanya menimpali jawaban mereka.

Umar wafat tiga hari setelah peristiwa itu. Jenazahnya dikebumikan pada hari Ahad, awal bulan Muharram 24 H dan dikebumikan di kamar Nabi di samping Abu Bakar, setelah mendapat izin dari sayyidah Aisyah. Menurut Al-Wagidi yang dikutip oleh Ibnu Katsir, Umar wafat pada pada hari Rabu, 25 Dzulhijjah 23 H/7 November 644 M. Masa kepemimpinannya berjalan selama 10 tahun 5 bulan 21 malam.

Kematian Umar disambut dengan senandung puisi oleh bangsa jin. Diriwayatkan oleh Malik bin Dinar ia berkata, "Sebuah suara terdengar dari gunung Tabalah saat Umar terbunuh, "Yang ingin menangisi Islam, tangisilah Umar, hampir saja mereka binasa (mati), padahal Islam baru saja (muncul), dunia telah berpaling, sehingga kebaikannya pun ikut berpaling, sungguh, bosan orang yang meyakini janji-Nya, mereka melihat, tetapi tak satu pun bisa mereka lihat." Al-Kandahlawi.***

Editor: Muhammad Emir Al-Azkiya

Sumber: Buku 40 Sahabat Nabi yang Memiliki Karamah

Tags

Terkini

Terpopuler