Kisah Lengkap Abu Bakar dan 3 Karomah yang Dianugerahkannya, Sahabat Nabi Muhammad SAW Paling Dekat

- 30 Maret 2023, 14:12 WIB
Kisah Lengkap Abu Bakar dan 3 Karomah yang Dianugerahkannya, Sahabat Nabi Muhammad SAW Paling Dekat
Kisah Lengkap Abu Bakar dan 3 Karomah yang Dianugerahkannya, Sahabat Nabi Muhammad SAW Paling Dekat /facebook/udin/

SRAGEN UPDATE - Siapa yang tak kenal dengan Abu Bakar? Dengan julukan Assidiq yang diberikan Rasulullah SAW kepadanya, Abu Bakar menjadi sahabat paling dekat dengan Rasulullah.

Sebagai sahabat terdekat Nabi SAW dan khalifah pertama, Allah menganugerahkan karomah kepada bapak dari Aisyah RA tersebut sangat banyak.

Di antara karomah tersebut adalah memiliki kurma yang banyak, makanan yang disediakannya kepada orang-orang tak pernah habis, dsb.

Berikut kisah lengkap Abu Bakar dan karomahnya sebagaimana SragenUpdate.com rangkum dari buku 40 Sahabat Nabi yang Mendapat Karomah:

Asal-Usul Abu Bakar dan Kisah Keislamannya 

Abdullah (Abu Bakar) adalah anak pertama dari pasangan Utsman (Abu Quhafah) bin Amir, mantan jahili yang masuk Islam dan di akhir kehidupannya mengalami kebutaan, dengan Ummu Al-Khair, Salma binti Shakhr. Ia lahir pada 49 SH atau sekitar tahun 573 M di Mekah. Jadi, ia lebih tua tiga tahun dari Nabi Muhammad.

la adalah keturunan kabilah bani Taim, salah satu rumpun suku Quraisy dan bertemu nasab dengan Nabi pada Murrah bin Kaab bin Lu'ai.

Baca Juga: Kisah Lengkap Zaid bin Kharijah, Sahabat Nabi SAW yang Mendapat Karomah Berbicara Ketika Sudah Meninggal

Atig adalah julukan Abu Bakar ketika mash kecil, karena dari pihak ibunya tidak pernah ada anak laki-laki yang hidup. Lalu ibunya bernazar jika ia melahirkan anak laki-laki akan diberi nama Abdul Kakbah dan akan disedekahkan kepada Kakbah.

Ketika bayi Abu Bakar lahir dalam keadaan selamat dan tumbuh menjadi besar, ia diberi nama Atig, seolah ia telah dibebaskan dari kematian. Sementara menurut keterangan dari Aisyah, dinamakan Atiq karena tubuhnya akan selamat dari amukan api neraka.

Aisyah berkata, "Demi Allah, pada saat saya di rumah di suatu hari, sedangkan Rasulullah saw., bersama para sahabat berada di beranda rumah dengan dibatasi oleh kain pembatas antara saya dan mereka. Kemudian Abu Bakar muncul. Melihat kedatangan Abu Bakar, Rasulullah saw., bersabda, 'Barangsiapa yang ingin melihat orang yang dijauhkan (atiq) dari api neraka, maka hendaklah ia melihat Abu Bakar."

Nama yang diberikan oleh keluarganya adalah Abdullah, tapi nama Atiq mengalahkan kemasyhuran nama Abdullah. Maka sejak itu, ia terkenal di kalangan sahabat dengan sebutan Atiq.

Namun julukan Atiq mash kalah dengan kemashuran nama Abu Bakar. Menurut Ali At-Thantawi, kata Abu Bakar diambil dari lafal bakr, yang berarti unta muda. Jamaknya adalah abkur. Orang-orang Arab menjulukinya Abu Bakar karena ia adalah pemimpin kabilah besar (bani Taim).

Sedangkan julukan Ash-Shiddiq a dapatkan karena setiap kali Nabi Muhammad saw., mengabarkan sesuatu, Abu Bakar selalu menjadi orang yang paling pertama membenarkan dan mengimaninya. Karena ia begitu yakin bahwa Nabi tidak berbicara berdasarkan hawa nafsunya.

Kondisi demikian membuat dirinya dijuluki Ash-Shiddiq (orang yang selalu membenarkan). Dia semakin terkenal dengan julukan itu setelah peristiwa Isra Mikraj.

Ketika itu sekelompok orang musyrik mendatanginya dan mempertanyakan, "Apa pendapatmu tentang cerita temanmu itu? Dia mengaku telah diperjalankan tadi malam ke Baitul Maqdis.”

Abu Bakar balik bertanya, "Dia mengatakan itu?" Mereka mengiyakan. Abu Bakar menjawab, "Kalau begitu dia benar. Seandainya dia mengatakan hal yang lebih dari itu tentang kabar dari langit, saya pasti akan membenarkannya, baik yang lalu maupun yang akan datang.”

Nabi Muhammad saw., pernah memublikasikan julukan tersebut di tengah-tengah khalayak ramai, yaitu pada saat beliau menaiki Gunung Uhud bersama Abu Bakar, Umar, dan Utsman. Saat itu Gunung Uhud bergetar. Maka Nabi saw., berkata, "Tenanglah wahai Uhud, di atasmu hanyalah seorang Nabi, seorang Shiddiq, dan dua orang syahid."

Muhammad bin Abdullah sangat mencintai Abu Bakar karena selain cerdas, Abu Bakar adalah teman dekatnya. Mereka adalah sahabat dekat dari sejak kecil sampai dewasa, terutama ketika Muhammad menikah dengan Khadijah binti Khuwailid dan kemudian tinggal serumah.

Beberapa sumber berbeda pendapat, sampai berapa jauh eratnya persahabatan itu sebelum Muhammad menjadi Nabi. Ada yang menyebutkan bahwa persahabatan itu sudah begitu akrab sejak Muhammad belum menjadi Nabi, dan bahwa keakraban itu pula yang membuat Abu Bakar cepat-cepat menerima Islam.

Ada juga sumber lain menyebutkan bahwa akrabnya hubungan itu baru kemudian dan bahwa keakraban pertama itu lebih hanya karena bertetangga dan adanya kecenderungan yang sama. Mereka yang mendukung pendapat in mengatakan mungkin karena keenderungan Nabi Muhammad yang suka menyendiri selama bertahun-tahun sebelum beliau menjadi rasul.

Setelah Allah mengangkatnya menjadi rasul, beliau teringat pada Abu Bakar dengan otaknya yang jenius itu. Lalu Nabi mengajak Abu Bakar menganut ajaran tauhid, dan tanpa ragu Abu Bakar pun menerima ajakan itu. Sejak itulah hubungan mereka bertambah akrab.

Bahkan karena cepatnya, Nabi Muhammad saw., sampai mengatakan: "Tak seorang pun yang pernah kuajak memeluk Islam yang tidak tersendat-sendat dengan begitu berhati-hati dan ragu, kecuali Abu Bakar bin Abi Quhafah. la tidak menunggu-nunggu dan tidak ragu ketika kusampaikan kepadanya."

Baca Juga: Kisah Lengkap Abu Umamah Al-Bahili, Sahabat Nabi SAW yang Mendapat Karomah Berupa Mendapat 300 Dinar

Kecerdasan yang Allah anugerahkan kepada Abu Bakar akhirnya mengantarkannya kepada Islam. Karena seringnya bertafakur tentang Tuhan dan persahabatannya yang begitu dekat dengan Nabi Muhammad saw., sehingga Abu Bakar tidak merasa ragu menerima Islam ketika pertama kali disampaikan Nabi Muhammad saw., kepadanya.

Keislamannya tersebut kisahkan sebagai berikut:

"Sebelum kembali ke Tanah Haram, aku mendengar percakapan antara Umayyah bin Abi Ash- Shalt dan Zaid bin Amr bin Nufail, seorang jahili yang tidak pernah menyembah berhala dan bertegang teguh pada agama hanif. Umayyah bertanya kepada Zaid, "Apakah sekarang sudah saatnya Nabi yang ditunggu-tunggu telah datang?"

Zaid menjawab, "Ya, benar." Abu Bakar kemudian pergi ke Yaman -sebelum Muhammad diangkat menjadi Nabi dan menemui seorang laki-laki tua dari suku Azd yang rajin membaca kitab-kitab klasik juga mengajar banyak murid.

Belum sampai mengutarakan niatnya, lelaki tua itu bertanya kepada Abu Bakar, "Hai Fulan, apa engkau penduduk Tanah Haram?"

Abu Bakar menjawab, "Benar, aku datang dari Tanah Haram."

la bertanya lagi, "Apa engkau dari suku Quraisy?" "Benar, aku orang Quraisy." la bertanya lagi, "Apa engkau dari suku Taim?"

"Benar sekali, aku dari suku Taim bin Murrah. Namaku Abdullah, putra dari Utsman, keturunan Kaab bin Sa'ad bin Taim bin Murrah."

Ia kemudian berkata, "Satu lagi yang akan aku tanyakan."

"Apa itu?" tanya Abu Bakar.

Laki-laki tua itu menjawab, "Aku ingin melihat perutmu!"

"Untuk apa engkau ingin melihat perutku?"

Laki-laki tua itu mengatakan, "Aku temukan dalam ilmuku bahwa akan ada seorang Nabi yang diutus di Tanah Haram. la dibantu seorang pemuda dan seorang paruh baya. Sahabatnya yang muda itu berani berjuang dan menjadi pelindungnya. Sementara yang paruh baya berkulit putih, berbadan kurus, ada tahi lalat di perutnya, dan terdapat tanda-tanda di paha bagian kirinya."

Baca Juga: Kisah Lengkap Amir bin Fuhairah, Sahabat Nabi SAW yang Mendapat Karomah Berupa Jenazahnya Diangkat ke Langit

Abu Bakar memperlihatkan perutnya dan laki-laki tua itu melihat tahi lalat hitam di atas pusar seraya berkata, "Demi Tuhan yang menguasai Kakbah, engkaulah orang itu. Aku ingin menyampaikan sesuatu kepadamu, dan lakukanlah!"

Abu Bakar bertanya, "Apa itu?"

Laki-laki itu menjawab, "Janganlah berpaling dari petunjuk Tuhan. Berpegang teguhlah pada jalan yang benar. Takutlah kepada Tuhan dari setiap apa yang Dia anugerahkan kepadamu!"

Abu Bakar meneruskan ceritanya:

"Aku tinggal di Yaman (beberapa hari) untuk urusan bisnis. Lalu aku menemui laki-laki tua itu untuk berpamitan."

la bertanya kepadaku, "Berkenankah engkau menyampaikan syairku sebagai pujian untuk Nabi yang ditunggu-tunggu itu?" dan "Baiklah," ujarku.

Laki-laki itu kemudian membacakan beberapa syair. Setibanya Mekah, Abu Bakar disambut Uqbah bin Abi Mu aith dan beberapa pemuda Quraisy lainnya. la bertanya mengenai kondisi Mekah selama ia berada di Yaman. Mereka menjawab bahwa anak yatim asuhan Abu Thalib mengaku bahwa dirinya adalah seorang Nabi.

Abu Bakar lalu meninggalkan mereka dan bertanya tentang keberadaan Nabi Muhammad saw. Seseorang memberitahukan bahwa Nabi sedang berada di rumah sayidah Khadijah, istrinya.

Abu Bakar segera mendatangi rumah sayyidah Khadijah, dan Nabi sendiri yang membukakan pintu dan keluar menemui Abu Bakar. Abu Bakar lantas bertanya, "Hai Muhammad, engkau telah mengotori kedudukan kelu- argamu dan meninggalkan agama nenek moyangmu."

Nabi Muhammad saw., bersabda, "Hai Abu Bakar, aku adalah utusan Allah yang diutus kepadamu dan seluruh umat manusia. Maka, berimanlah kepada Allah."

Abu Bakar bertanya, "Apa buktinya kalau engkau adalah seorang rasul?" Nabi menjawab, "Orang tua yang pernah engkau temui di Yaman."

Abu Bakar bertanya lagi, "Banyak sekali orang tua yang aku temui di Yaman."

Nabi menjawab, "Orang tua yang mengirimkan beberapa syair kepadamu."

Abu Bakar bertanya keheranan, "Siapa yang memberitahumu, Wahai Kekasihku?"

Nabi menjawab, "Malaikat yang menemui nabi-nabi sebelumku."

Abu Bakar lalu meminta Nabi untuk mengulurkan kedua tangannya, kemudian bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan-Nya.

Sesuai kesepakatan ahlu sunnah wal jama' ah, Abu Bakar adalah orang paling utama di antara seluruh manusia di dunia ini selain para Nabi. Keyakinannya sangat tinggi, sehingga Nabi Muhammad saw., sendiri telah memberi kabar gembira bahwa ia akan menjadi pemimpin satu jemaah di surga kelak. Semua pintu surga akan memanggil namanya dan menyampaikan kabar gembira kepadanya.

Baca Juga: Kisah Lengkap Safinah, Sahabat dan Budak Nabi SAW yang Mendapat Karomah Berupa Dibantu oleh Harimau

Nabi saw., pernah bersabda, "Orang yang paling dulu masuk surga dari kalangan umatku adalah Abu Bakar."

Meski demikian, Abu Bakar justru berkata, "Seandainya aku menjadi sebatang pohon yang akhirnya ditebang. "

Umar pernah berkomentar mengenai keteguhan iman Abu Bakar: "Jika keimanan Abu Bakar ditimbang dengan keimanan seluruh penduduk bumi, maka akan lebih berat keimanan Abu Bakar." (HR. Ahmad) .

Suatu ketika, pernah terjadi kesalahpahaman antara Rabiah Al-Aslami dengan Abu Bakar. Abu Bakar telah berbicara kasar kepada Rabi'ahtetapi Rabi'ah diamkan saja. Ketika Abu Bakar menyadari kesalahannya, ia berkata kepada Rabi'ah, "Ucapkanlah kata-kata kasar kepadaku sehingga menjadi balasan bagiku." Namun Rabi'ah menolaknya.

Abu Bakar berkata, "Kamu harus mengucapkannya. Jika tidak aku akan adukan kepada Nabi." Rabi' ah tetap tidak menjawab apa pun. lalu Abu Bakar bangun dan pergi meninggalkan Rabi' ah. Ketika itu, beberapa orang bani Aslam yang menyaksikan kejadian tersebut berkata, "Orang ini aneh sekali, ia sendiri yang memulainya dan ia sendiri yang mengadukannya kepada Nabi."

Kata Rabiah, "Tahukah kamu siapa dia? Dia Abu Bakar. Jika ia marah, Nabi tentu akan marah kepadaku, dan murka beliau adalah murka Allah. Jika demikian, siapakah yang dapat menyelamatkan kehancuran Rabi'ah?"

Lalu Rabi'ah pergi menemui Nabi dan menceritakan kejadian tersebut. Sabda beliau, "Baik, benar kamu tidak membalas dan tidak menjawabnya, tetapi sebaiknya kamu berkata, 'Semoga Allah memaafkanmu wahai Abu Bakar." Inilah bentuk nyata ketakwaan Abu Bakar kepada Allah. Hanya karena sepotong kalimat yang sepele, Abu Bakar demikian takut akan balasannya di akhirat. la sangat cemas dan khawatir sehingga ia sendiri yang minta dibalas, lalu mengadukannya kepada Nabi agar Rabi'ah membalas perbuatannya.

Karomah Abu Bakar 

Karamah Abu Bakar sangat banyak, di antaranya disebutkan di dalam kitab Al-Muwattha' sebagai berikut:

  1. Karomah Mengetahui akan Meninggal dan Mengetahui Jenis Kelamin Bayi Kharijah

Dari sayyidah Aisyah, beliau berkata, "Abu Bakar Ash-Shiddiq memiliki kurma sebanyak 20 wasaq dari hasil berkebunnya di hutan. Ketika ia hampir wafat, ia berwasiat, "Anakku, demi Allah, tidak ada orang yang paling aku cintai ketika aku kaya selain dirimu, dan tidak ada yang paling aku hormati ketika aku miskin selain engkau. Aku hanya bisa memberimu 20 wasaq kurma. Jika engkau telah memanennya dan mengumpulkannya, maka kurma itu menjadi hakmu. Tapi hari ini, 20 wasaq kurma itu adalah harta warisan untuk dua saudara laki-laki dan dua saudara perempuanmu. Bagilah sesuai aturan dan petunjuk Al-Qur'an."

Sayyidah Aisyah bertanya, "Ayah, demi Allah, jika terjadi ini dan itu, aku akan memberikannya untuk Asma, lalu kepada siapa lagi aku harus memberikannya?"

Abu Bakar menjawab, "Untuk bayi yang ada di dalam perut binti Kharijah, sungguh aku melihatnya ia berjenis kelamin perempuan. "

Baca Juga: Kisah Lengkap Khuhaib bin Adi, Sahabat Nabi SAW yang Mendapat Karomah Berupa Jenazahnya Bersenandung Syair

Tajuddin As-Subki (w. 771 H) mengatakan bahwa wasiat Abu Bakar kepada putrinya, Aisyah dimaksudkan bahwa Abu Bakar memiliki dua kelebihan (baca; karomah) di luar kemampuan manusia biasa.

Pertama, Abu Bakar tahu bahwa ia akan meninggal ketika sakit, seperti dalam pernyataannya, "Akan tetapi pada hari ini, 20 wasaq kurma adalah harta warisan."

Kedua, Abu Bakar memberitahukan bahwa jenis kelamin bayi yang akan lahir adalah perempuan.

Tujuan Abu Bakar menjelaskan rahasia itu adalah untuk meminta kelegaan hati sayyidah Aisyah agar ia menghibahkan warisannya dan ia sendiri tidak menerima warisan itu, memberitahukannya tentang kadar ukuran yang tepat supaya putrinya menjadi orang yang tsigah (bisa dipercaya), memberi tahukannya bahwa 20 wasag kurma adalah harta warisan, dan bahwa ia memiliki dua saudara laki-laki dan dua saudara perempuan.

Adapun yang menunjukkan bahwa Abu Bakar meminta kelegaan hati sayyidah Aisyah adalah apa yang ia sampaikan di awal bahwa tidak ada orang yang paling ia sayangi ketika kaya selain Aisyah. Sedangkan ungkapannya bahwa warisan itu untuk dua saudara laki-laki dan dua saudara perempuanmu mengindikasikan bahwa mereka bukan orang asing atau kerabat jauh.

  1. Karomah Sembuh dengan Amat Cepat Ketika Sakit

Suatu hari, Nabi Muhammad saw., menjenguk Abu Bakar yang sedang sakit, dan beliau melihat betapa berat sakit yang diderita Abu Bakar.

Beliau keluar dan menemui Aisyah untuk memberi tahu keadaan Abu Bakar, ayahnya. Tiba-tiba saja Abu Bakar meminta izin untuk masuk. Hal itu membuat Nabi takjub, sebab betapa cepatnya Allah memberikan kesembuhan kepadanya. Abu Bakar berkata, "Saat Anda keluar, saya terserang kantuk berat, kemudian Jibril mendatangi saya. Ia memasukkan obat melalui hidung saya, selanjutnya saya bangkit dan saya merasa telah sembuh.”

  1. Karomah Makanan Jamuan untuk Tamu Tidak Habis-habis, Bahkan Bertambah Banyak

Nabi Muhammad pernah menawarkan kepada sahabat-sahabatnya untuk menjamu ahl as-suffah. Nabi mengatakan bahwa siapa yang memiliki makanan cukup untuk dua orang, maka ajaklah tiga orang. Lalu yang memiliki makanan cukup untuk tiga orang, ajaklah lima orang, dan begitu seterusnya.

Kemudian Abu Bakar mengajak tiga orang untuk makan di rumahnva. Sementara Nabi sendiri menjamu sepuluh orang.

Abdurrahman, putra Abu Bakar berkata, "Ketiga orang itu adalah aku, ayahku, dan ibuku."

Baca Juga: Kisah Lengkap Hujr bin Adi, Sahabat Nabi SAW yang Mendapat Karomah Berupa Doa yang Langsung Dikabulkan

Perawi mengatakan, "Aku tidak tahu apakah Abdurrahman menyebutkan istri dan pembantunya yang bekerja di rumahnya dan di rumah Abu Bakar."

Kemudian Abu Bakar menikmati makan malamnya di rumah Nabi dan singgah di sana beberapa jam hingga waktu salat Isya. Lantas Abu Bakar kembali sampai Nabi menyelesaikan makan malamnya. Kemudian Abu Bakar pulang ke rumah setelah lewat malam sebagaimana yang Allah kehendaki.

Istri Abu Bakar bertanya, "Apa yang bisa kau suguhkan untuk tamumu?" Abu Bakar bertanya, "Apa- kah kamu telah menjamu mereka untuk makan malam?"

Sang istri menjawab, "Mereka menolak karena menunggu kedatangan Anda."

Keluarga Abu Bakar sudah berusaha menjamu mereka namun mereka tetap menolak, hingga mereka sendiri merasa kewalahan mempersilakan tamu-tamunya. Setelah itu, aku (Abdurrahman) pergi dan bersembunyi. Maka, Abu Bakar berkata, "Hai Ghunsar." Abu Bakar mencaci dan mencela Abdurrahman dan mempersilakan para tamuna makan.

Abu Bakar berkata lagi, "Demi Allah, aku tidak akan memberi makan Abdurrahman selamanya."

Salah seorang tamunya berujar, "Demi Allah, setiap kami mengambil sesuap makanan, makanan itu menjadi bertambah banyak dari bawah dengan yang lebih banyak hingga mereka merasa kenyang, tetapi makanan itu justru menjadi lebih banyak dari sebelumnya.

Abu Bakar melihat makanan itu tetap seperti semula, dan ternyata makanan itu memang bertambah banyak, lalu ia bertanya kepada istrinya, "Ukhti bani Firas, apa yang terjadi sebenarnya?"

Sang istri menjawab, "Aku tidak tahu. Tapi sungguh makanan ini menjadi tiga kali lebih banyak dari sebelumnya."

Abu Bakar menyantap makanan itu, lalu berkata, "Ini pasti ulah setan" (maksudnya sumpahnya untuk tidak memberi makan Abdurrahman). Abu Bakar menyantapnya lagi lalu membawa makanan itu kepada Rasulullah saw., dan meletakkan nya di hadapan beliau.

Baca Juga: 5 Pesan Khalifah Ali bin Abi Thalib, Cocok Dijadikan Renungan dan Pengingat Hidup Terutama Saat Sedih

Pada waktu itu, sedang ada perjanjian antara kami dan Ashab Ash-Shuffah. Kami lalu berpencar menjadi 12 kelompok dan setiap dari mereka membawa sekian orang yang jumlahnya hanya Allah yang tahu. Mereka semua menikmati makanan yang dibawa Abu Bakar.

Demikian kisah Abu Bakar dan 4 karomah yang Allah anugerahkan kepadanya. Semoga bermanfaat.***

Editor: Muhammad Emir Al-Azkiya

Sumber: Buku 40 Sahabat Nabi yang Memiliki Karamah


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x