Kisah Lengkap Sabit bin Qais, Sahabat Nabi yang Mendapat Karomah Berupa Jenazahnya Bersaksi atas Rasulullah

- 30 Maret 2023, 14:19 WIB
Kisah Lengkap Sabit bin Qais, Sahabat Nabi yang Mendapat Karomah Berupa Jenazahnya Bersaksi atas Rasulullah
Kisah Lengkap Sabit bin Qais, Sahabat Nabi yang Mendapat Karomah Berupa Jenazahnya Bersaksi atas Rasulullah /YouTube Berbagi Kisah

SRAGEN UPDATE - Tidak hanya kepada Hanzhalah dan Abdullah bin Amr saja yang mendapat karomah jenazahnya bisa berbicara, melainkan Sabit bin Qais pun demikian.

Jenazahnya bersaksi atas kehadiran Rasulullah serta sahabat-sahahabt Rasulullah yang lainnya.

Kesaksiannya tersebut diceritakan oleh Ubaidillah Al Anshari ketika menurunkan jenazah Sabit ke bawah liang lahat.

Berikut kisah lengkap Sabit bin Qais, sahabat Nabi Muhammad SAW yang mendapat karomah berupa jenazahnya berbicara dan bersaksi atas Rasulullah sebagaimana SragenUpdate.com rangkum dari 40 Sahabat Nabi yang Mendapat Karomah:

Asal-Usul Sabit

Sabit adalah anak dari Qais bin Syammas. Ibunya berasal dari suku 'Thayyi', ada yang mengatakan dari suku Kabsyah, putri dari Wagid. Sabit menikah dengan Jamilah, putri Abdullah binUbay bin Salul, dan dikarunia seorang anak yang diberi nama Muhammad.

Semua anak Sabit, baik dari buah pernikahannya dengan Jamilah maupun dari istrinya yang lain meninggal dunia pada saat terjadinya penyerangan terhadap kota Madinah oleh Yazid bin Mu'awiyyah pada tahun 60 H, atau yang dikenal dengan yaum al-harrah.

Baca Juga: Kisah Lengkap Abu Bakar dan 3 Karomah yang Dianugerahkannya, Sahabat Nabi Muhammad SAW Paling Dekat

Sabit adalah orang yang genius, orator ulung, dan lantang bicaranya. Jika ia berbicara, orang-orang yang sedang bicara akan dibuat diam dan orang yang mendengar akan terpesona.

Awal Mula Keislaman Sabit

Kisah keislamannya berawal ketika ia mendengar bacaan ayat-ayat suci Al-Qur'an yang dIlantunkan oleh dai muda tersohor asal Mekah, Mush'ab bin Umair.

la terharu mendengar suara Mush'ab dengan nada yang sedih namun indah didengar, sampai membekas ke dalam relung hati Sabit bin Qais.

Maka, Allah kemudian membuka hatinya untuk segera beriman dan memuliakan kedudukannya di bawah bendera Islam.

Ketika Rasulullah SAW hijrah ke Madinah, Sabit menyambutnya dengan penuh hormat bersama sekelompok orang dari kaumnya.

Setelah itu, ia menyampaikan orasi yang diawali dengan memuji Allah dan kepada Nabi-Nya, serta ditutup dengan mengatakan, "Wahai Rasulullah, kami berjanji akan melindungimu, sebagaimana kami melindungi diri kami, anak-anak kami, dan istri-istri kami. Jika kami melakukan itu, apa yang akan kami dapatkan?" Rasulullah SAW menjawab, "Surga."

Mendengar jawaban Rasulullah seperti itu, wajah mereka tampak berseri-seri karena merasa bahagia.

Mereka lalu mengatakan, "Rami ridha ya Rasulullah, kami richa ya Rasulullah." Sejak saat itulah, Rasulullah mengangkatnya sebagai juru bicara beliau, sebagaimana Hasan bin Sabit sebagai penyair beliau."

Pada tahun wufud (datangnya utusan-utusan dari berbagai penjuru semenanjung Arabia) tahun 9 H, datanglah delegasi Bani Tamim ke Madinah.

Sebab kedatangan mereka adalah karena Uyainah bin Hashn Al-Fazari membawa sekelompok orang dari mereka. Mereka datang dengan beberapa pemuka mereka, seperti Al-Zabargan bin Badr dan Amru bin Al-Ahtam bersama rombongan yang berjumlah sekitar 70 atau 80 orang.

Baca Juga: Kisah Lengkap Zaid bin Kharijah, Sahabat Nabi SAW yang Mendapat Karomah Berbicara Ketika Sudah Meninggal

Mereka lalu masuk masjid ketika Bilal sedang mengumandangkan azan Zuhur. Orang-orang menunggu Rasulullah.

Hal ini membuat Bani Tamim tidak sabar dan langsung memanggil-manggil Rasulullah dari balik kamarnya sebanyak tiga kali, "Hai Muhammad, keluarlah (pada kami)!"

Teriakan mereka cukup mengganggu Rasulullah sehingga beliau segera keluar menemui mereka. Beliau disambut dengan ucapan, "Sesungguhnya pujian kami adalah hiasan dan celaan kami adalah noda. Kami adalah suku Arab yang paling mulia."

Rasulullah menyahut, "Bohong. Pujian Allahlah yang merupakan hiasan dan celaan-Nya adalah noda. Dan Yusuf bin Ya'gub lebih mulia dari kalian."

Mereka mengatakan, "Kami datang kepada Anda untuk membangga-banggakan diri kepada Anda, maka izinkanlah penyair dan orator kami menyampaikannya."

Rasulullah SAW berkata, "Telah aku izinkan orator kalian, bicaralah!"

Utharid bin Qaffal berdiri, seraya berkata, "Segala puji bagi Allah yang memiliki kemuliaan atas kami dan Dia adalah keluarga kami yang yang menjadikan kami raja-raja serta menganugerahi kami harta kekayaan, juga menjadikan kami sebagai orang Timur yang paling mulia, siapa manusia yang seperti kami?" Saya ucapkan ini agar Anda menghadirkan ujaran yang sama, dan perintahkan orang yang lebih mulia daripada kami."

Utharid bin Qaffal kemudian duduk. Rasulullah langsung berkata kepada Sabit bin Qais, "Berdiri dan jawablah!" Sabit bangkit menjawab, "Segala puji bagi Allah. Merupakan sebuah kemuliaan-Nya tersendiri menjadikan kami sebagai raja-raja dan memilih generasi yang kami tinggal sebagai rasul yang paling mulia nasabnya. la adalah pilihan Allah di antara seluruh umat manusia. Berimanlah kepadanya orang-orang Muhajirin. Mereka adalah manusia yang paling baik status dan ketampanannya, juga manusia yang paling baik perbuatannya dan responsnya terhadap Allah. Kami adalah kaum Anshar, penyokong Allah dan pem- bantu Rasul-Nya. Barangsiapa yang beriman kepada Allah da rasul-Nya, maka dicegahlah kami untuk mengambil harta benda dan darahnya. Dann barang siapa yang kafir, maka demi Allah a akan kami perangi selama-lamanya, sementara peperangan mereka atas kami hanyalah sepele. Saya ucapkan ini seraya memohon ampunan kepada Allah.

Baca Juga: Kisah Lengkap Zaid bin Kharijah, Sahabat Nabi SAW yang Mendapat Karomah Berbicara Ketika Sudah Meninggal

Setelah itu, Al-Zabargan bin Badr berdiri dan berkata, "Hai fulan, berdiri dan senandungkan bait-bait yang akan dikenang keutamaanmu dan keutamaan kaummu di dalamnya.”

Si fulan pun menyenandungkan sembilan bait yang diawali, "Kami adalah orang-orang mulia, tidak ada mahkluk hidup pun yang menyalami kami. Dari kami segenap raja dan pada kami tegak segala transaksi jual-beli." Begitu ia selesai, Rasulullah langsung berkata kepada Hasan bin Sabit, "Berdirilah dan jawablah laki-laki itu!" la pun menyampaikan sebuah kasidah yang terdiri atas 12 bait. Dan ketika ia selesai, Al-Agra' bin Habis berkata, "Matilah laki-laki ini. Sungguh oratornya lebih fasih daripada orator kita dan penyairnya pun lebih penyair dari penyair kita, bahkan suara mereka lebih lantang daripada suara kita." Setelah itu, mereka masuk Islam dan Rasulullah menghadiahi mereka dengan hadiah-hadiah yang bagus.

Karomah Sabit bin Qais

Peristiwa Karomah Sabit bin Qais Berlangsung Pada saat Perang Yamamah, Sabit bin Qais melihat serangan yang cukup sengit dari pasukan Musailamah Al-Kaddzab terhadap pasukan kaum muslimin di awal peperangan. Maka, ia berteriak dengan suara yang lantang, "Demi Allah, bukan seperti ini kami perang bersama Rasylullah." Kemudian, ia pergi tidak jauh dan kembali dengan memakai obat pengawet dan memakai kain kafan, lalu berteriak kembali, "Ya Allah, aku melepaskan diri kepada-Mu dari apa yang mereka (pasukan Musailamah) bawa, dan saya memohon ampun dari apa yang telah mereka perbuat, yakni lembeknya orang-orang Islam dalam berperang.”

Tidak lama kemudian, Salim mantan budak Nabi Muhammad ikut bergabung dengan membawa bendera kaum Muhajirin. Mereka berdua lalu menggali lubang, kemudian masuk ke dalam sambil berdiri dan mengembalikan pasir galian tersebut sampai menutupi setengah badan mereka. Mereka berdiri layaknya anak bukit yang kuat dan kokoh, setengah badan mereka terkubur di dalam pasir dan berada di lubang paling dalam. Bagian atasnya hanya kelihatan dada, kening, dan kedua tangannya siap menghadapi pasukan penyembah berhala dan para pendusta. Mereka terus menghantamkan pedang kepada siapa saja dari pasukan Musailamah yang mendekati mereka, hingga pada akhirnya mereka berdua terbunuh sebagai syahid di galian tersebut. Peristiwa itu terjadi pada tahun 12 H atau bulan Desember 632 M.

Ketika jenazah Sabit dimakamkan, Abdullah bin Ubaidillah Al-Anshari melihat dan mendengar jenazah Sabit berbicara. Dalam hal ini, ia bercerita:

“Aku ikut menyaksikan pemakaman Sabit yang tewas dalam Perang Yamamah. Ia adalah juru bicara sahabat Anshar dan Nabi Muhammad SAW memberi persaksian bahwa Sabit adalah penduduk surga. Ketika kami memasukkan jenazahnya ke dalam kubur, kami mendengar ia mengatakan, 'Muhammad adalah utusan Allah, Abu Bakar adalah orang tepercaya, Umar adalah seorang yang syahid dan Utsman adalah orang yang baik dan penyayang. Kami melihatnya, padahal ia sudah meninggal.”***

Editor: Muhammad Emir Al-Azkiya

Sumber: Buku 40 Sahabat Nabi yang Memiliki Karamah


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x