Gaya Hidup Stoikisme: Filosofi Kuno Rasa Modern yang Cocok bagi Si Mahasiswa Overthinker

22 Oktober 2022, 06:42 WIB
Ilustrasi. Gaya Hidup Stoikisme: Filosofi Kuno Rasa Modern yang Cocok bagi Si Mahasiswa Overthinker /SAMUEL SANTOSO/UNPAR/

SRAGEN UPDATE - Kamu sering overthinking masalah akademik? Sulit menemukan ketenangan dalam hidup?

Mungkin ini saatnya kamu mempelajari tentang Stoikisme, filosofi kuno tentang hidup tenang dan sederhana.

Bagi mahasiswa, masalah-masalah terkait akademik, pengembangan diri, dan gambaran masa depan dapat menjadi sumber dari overthinking yang membuat mereka berlarut-larut dalam kegelisahan akan suatu hal yang belum terjadi.

Berikut beberapa prinsip filosofi Stoikisme yang dapat diterapkan mahasiswa jika ingin hidup lebih tenang dan jauh dari overthinking:

Baca Juga: 5 Cara Keluar dari Zona Nyaman, Mulai dari Melakukan Hal yang Berbeda Tiap Hari hingga Belajar Menjadi Kreatif

  1. Fokus pada apa yang dapat dikendalikan, bukan sebaliknya

Hal-hal seperti perasaan orang lain serta apapun yang belum terjadi merupakan contoh hal yang tidak bisa kita kontrol.

Stoikisme mengajarkan untuk tetap fokus pada apa-apa saja yang bisa kita kendalikan sepenuhnya, seperti pikiran, perasaan, tindakan, dan persepsi kita sendiri.

Hal ini disebut sebagai dikotomi kontrol.

Dengan tidak terlalu mengkhawatirkan hal-hal yang tidak bisa kita kontrol dan yang belum tentu terjadi, maka perasaan gelisah dan stress dapat diminimalisir.

  1. Bayangkan kemungkinan terburuk yang bisa terjadi

Expect the worstand learn from it. Seneca, sang filsuf Stoa, mengajarkan kita untuk berani membayangkan skenario terburuk dari apa yang telah direncanakan sebagai bentuk persiapan diri.

Baca Juga: RM BTS Terima Hadiah dari Pharrell Williams, ARMY: Apa Mereka akan Berkolaborasi

Misalnya, kamu harus menampilkan presentasi di depan kelas dan telah membekali diri dengan materi dan latihan yang baik.

Pikirkan hal-hal buruk apa saja yang bisa terjadi saat kamu melakukan presentasi di kemudian hari, contohnya, lupa materi, gugup, atau tidak bisa menjawab pertanyaan.

Dengan bayangan seperti ini, kamu jadi bisa mempersiapkan diri dan tidak terkejut ketika hal tersebut benar-benar terjadi.

Meskipun tampak seperti langkah pesimis, cara ini sebenarnya bermanfaat untuk meningkatkan keberhasilan karena kita telah berhasil berdamai dengan skenario terburuk yang mungkin terjadi.

Dengan tidak meninggikan ekspektasi, kita jadi lebih bisa menikmati setiap proses dengan santai dan tak terburu-buru.

Baca Juga: Jadwal Denmark Open 2022: Marcus-Kevin dan Fajar Rian Jumpa Wakil Malaysia di Semifinal

  1. Melihat masalah dari sudut pandang orang lain

Ketika kita bingung harus melakukan apa saat dihadang oleh masalah dalam hidup, Stoikisme mengajarkan kita untuk mencoba membayangkan jika orang lain juga mengalami masalah yang sama.

Cara lain bisa dilakukan dengan membayangkan menukar peran, misalnya bahwa temanmu adalah orang yang mendapat masalah, dan ia meminta nasihat darimu.

Pikirkan apa nasihat yang akan kamu berikan kepadanya.

Biasanya, kita lebih lancar memikirkan solusi untuk orang lain daripada untuk diri sendiri.

Kendalikan emosi dan pikiranmu seolah-olah kamu adalah “teman” yang menghadapi masalah tersebut.

  1. Lihat sisi baik dan positif dari semua hal

Meskipun terdengar klise, cara ini sangat membantu memperbaiki persepsi dalam menghadapi masalah.

Baca Juga: (Spoiler) Drama Alchemy of Souls Season 2 Tanggal Tayang, Jung So Min Tidak Akan Bergabung?

Misalnya, ketika mendapat nilai ujian yang kurang memuaskan, kamu merasa kurang pandai dan tidak bisa mengikuti pelajaran dengan baik.

Ini lalu membuatmu marah dan semakin malas untuk mempelajari materi bersangkutan.

Sebaliknya, jika melihat sisi baiknya, nilai jelek tersebut bisa menjadi motivasi kamu untuk memperdalam materi, lebih sering berdiskusi dan membangun relasi dengan dosen, atau bahkan mengenal senior yang pernah ikut di mata kuliah yang sama.

Dengan begitu, kamu akan semakin berkembang dan merasa lebih percaya diri.

Kita tidak bisa menentukan mana peristiwa yang “baik” dan “buruk” dalam hidup.

Setiap kejadian memiliki konsekuensi yang tak terduga.

Baca Juga: Dicoret dari Skuad Manchester United Melawan Chelsea, Cristiano Ronaldo Buka Suara: Saya Adalah Orang Yang….

  1. Pecah tujuanmu, lakukan apa yang bisa dilakukan saat ini

Stoikisme mengarahkan kita untuk fokus pada satu tindakan di satu waktu. One task at a time.

Jika kamu punya suatu tujuan besar, pecahlah tujuan tersebut menjadi tujuan-tujuan yang lebih kecil untuk mengurangi beban dan tekanan.

Misal, daripada berpikir “Aku harus masuk UGM", lebih baik fokus pada hal-hal kecil untuk meraihnya.

Pecah tujuan tersebut menjadi, “Aku harus belajar untuk SBMPTN”, “Aku harus rajin mencari info terkait ujian masuk”, dan lain-lain.

  1. Niatkan dirimu untuk menjadi lebih baik

Untuk menerapkan prinsip Stoikisme dan mencapai ketenangan, kamu harus memiliki niat yang kuat dan ketekunan.

Baca Juga: RM BTS Terima Hadiah dari Pharrell Williams, ARMY: Apa Mereka akan Berkolaborasi

Jangan mudah teralihkan pada hal-hal kurang penting yang justru membuatmu gelisah tak karuan.

Terus fokus pada dirimu sendiri, jangan membandingkan dengan progress orang lain.

Motivasi tidak bertahan selamanya, tapi prinsip dan niat bisa bertahan lebih lama.

Sebagai kesimpulan, Stoikisme mengajarkan manusia untuk bisa fokus pada kontrol diri sendiri, dan tidak mengkhawatirkan apa yang ada di luar kendali kita.

Kunci dari permasalahan hidup adalah persepsi kita sendiri.

Bagaimana menyikapinya dan perasaan apa yang ingin kamu rasakan, semua ada di bawah kendalimu.

So, sekarang jadi sadar, kan, kalau gak semua hal harus kamu pikirkan?

Baca Juga: Kerap Tuai Hujatan Bobotoh, Dedi Kusnandar Miliki Statistik yang Melebihi Ciro Alves di Persib Bandung

Mahasiswa sudah punya banyak tugas dan kegiatan, kamu tidak perlu menyibukkan diri dengan pikiran-pikiran yang tidak perlu lagi.

Siapa sangka, filosofi kuno Yunani dan Roma bisa membantu kehidupan mahasiswa zaman sekarang?***

Editor: Inayah Nurfadilah

Tags

Terkini

Terpopuler