Baca Juga: Drama Korea Mr. Queen: serial populer yang mampu meningkatkan citra negara Koera selatan
Jika otoritas guru berada lebih tinggi dari pada muridnya, maka fasilitator berada di posisi yang sejajar. Peran itu menunjukkan pada upaya memfasilitasi murid untuk memperoleh sesuatu sesuai kehendak, minat, dan bakat mereka. Fasilitator bisa menawarkan bantuan dengan merancang suatu kegiatan dengan membentuk pola hubungan yang kolaboratif untuk mencapai tujuan yang telah diharapkan.
Baca Juga: Dugaan Terorisme Munarman, SPDP telah sampai Kejagung
Hubungan kolaboratif tidak mungkin dibangun dengan pola aturan-konsekuensi-hukuman karena akan menimbulkan keterpaksaan. Maka dibutuhkan pendekatan lain yang lebih supportif dan mudah diterima oleh murid. Satu dari cara yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan contoh sosok yang bisa diteladani.
Baca Juga: Siapakah Sosok yang Dapat Menanamkan Budaya Literasi Siswa di Sekolah?
Fasilitator literasi hendaknya mejadi sosok inspiratif yang gemar membaca. Untuk menjadi sosok yang perlu diteladani, maka fasilitator literasi juga harus harus memahami pentingnya budaya membaca. Di kelas, guru tidak sekadar mengawasi aktivitas membaca siswa. Mereka juga memegang buku, ikut membaca.
Baca Juga: Wafatnya Ulama Karismatik, Aceh Berduka Cita
Atmosfer kegiatan belajar-mengajar segera terlihat jelas. Murid dan guru berada dalam posisi setara, yaitu sama-sama menimba ilmu dari buku. Untuk bisa menjadi teladan membaca, guru bisa mencari dan mempelajari referensi melimpah tentang kegiatan membaca dari perpustakaan dan internet, kemudian mempraktikkannya di depan kelas.
Ia pun terus meningkatkan kemampuan membaca dan membaginya ke murid misalnya cara memahami sebuah bacaan dan meringkasnya ke dalam beragam jenis tulisan.***