Gelombang Panas di Eropa Menewaskan 1700 Orang, Apakah Indonesia Akan Terkena Dampaknya?

29 Juli 2022, 20:51 WIB
Gelombang Panas di Eropa Menewaskan 1700 Orang, Apakah Indonesia Akan Terkena Dampaknya? /

SRAGEN UPDATE - Belakangan ini Eropa tengah diterjang gelombang panas atau heatwave. Bahkan hingga 1.700 orang meninggal akibat fenomena ini.

Tak hanya menjadi rekor suhu terpanas dalam sejarah, tapi benua biru juga diterjang bencana kebakaran hutan hingga membuat mobilitas di kawasan sekitar terganggu.

Sebenarnya apakah fenomena ini? Mengapa bisa separah ini? Apakah fenomena ini akan berdampak ke Indonesia? Simak penjelasan berikut.

Hal itu semua diakibatkan oleh satu hal, yaitu heatwave atau gelombang panas. Umumnya gelombang panas didefinisikan sebagai periode berkepanjangan suhu permukaan tinggi abnormal daripada suhu biasanya.

Baca Juga: Berikut Kronologi Video Viral Tiktok Seorang Kakek yang Membawa Kepala Putus, Mengerikan

Gelombang ini seringkali muncul saat musim panas. Ketika muncul, tekanan tinggi di atmosfer menekan udara yang lebih hangat ke permukaan bumi.

Dan ternyata tekanan ini yang membuat sistem cuaca berubah, mulai dari berkurangnya angin hingga naiknya suhu.

Lalu mengapa gelombang panas ini menjadi sering terjadi dan semakin memburuk tiap tahun?.

Hal itu disebabkan oleh krisis iklim. Berdasarkan studi yang diunggah di situs World Weather Attribution, para peneliti menyimpulkan bahwa krisis iklim membuat gelombang panas semakin tidak terkendali dan akan sering terjadi.

Baca Juga: Indonesia Siap Latihan Militer Bersama Super Garuda Shield Pada Agustus Mendatang

Krisis iklim sangat berkaitan dengan pemanasan global. Pemanasan global ini yang membuat suhu bumi menjadi lebih panas setiap tahun.

Pada bulan Mei lalu, suhu bumi naik 0,26 derajat Celcius dibanding rata-rata suhu tahun1990 sampai 2020.

Itulah mengapa gelombang panas tidak hanya terjadi di Eropa saja. Negara lain seperti Amerika Serikat, China, India, dan juga Pakistan ikut diterjang gelombang panas ini.

Lalu mengapa gelombang panas di Eropa lebih menjadi sorotan? Hal itu karena negara Eropa sering menjadi heatwave hotspot. 

Pertama, yaitu tekanan udara yang rendah. Kondisi ini terjadi di beberapa negara di Eropa contohnya Inggris.

Ketika musim panas tiba, aliran udara di Inggris akan terhenti di lepas perairan atau cutoff low.

Baca Juga: Tiba di Korea Selatan, Presiden Jokowi dan Ibu Iriana Disambut Dita Karang SECRET NUMBER

Hal ini karena tidak ada keseimbangan antara dua suhu di daratan dan di lautan, sehingga terdapat tarik menarik suhu supaya menyeimbangkan benturan tersebut.

Kedua, perubahan aliran angin. Kal Kornhuber, peneliti asal Columbia University menilai bahwa perubahan aliran angin yang bergerak cepat, ikut dalam menaikkan intensitas dan frekuensi heatwave di Eropa dalam 4 dekade terakhir.

Dalam penelitian terbarunya, ia menemukan gelombang panas di Eropa terjadi saat arus jet terbelah jadi dua, meninggalkan area angin berkekuatan lemah dan udara bertekanan tinggi di antara dua cabang.

Hal ini bisa memicu terjadinya penumpukan panas yang ekstrem. Lalu penelitian ini diperkuat dengan hasil studi Efi Rousi, peneliti dari Postdam Institute for Climate Research, Jerman.

Baca Juga: Sejumlah Wilayah Semenanjung Malaysia Alami Gangguan Pasokan Listrik atau Blackout, Ini Penyebabnya

Rousi mengatakan bahwa beberapa daerah di Eropa tengah didominasi “arus jet ganda” dalam 2 pekan terakhir, sehingga bisa membuat suhu panas bertahan lebih lama.

Ketiga, suhu panas di wilayah Samudra Arktik di Kutub Utara. Hal ini juga mempunyai peran membuat Eropa menjadi langganan heatwave.

Meningkatnya suhu di Arktik membuat penurunan angin saat musim panas, yang mana berdampak terhadap cuaca panas berkepanjangan.

Indonesia dan beberapa negara Asia Tenggara lainnya juga bisa terkena dampak dari fenomena tersebut.

Menurut ahli iklim dari Singapore University of Social Sciences, Koh Tie Yong, menjelaskan bahwa negara-negara di Asia Tenggara berada di daerah tropis, di mana cara kerja cuacanya berbeda dengan negara Eropa.

Baca Juga: WHO : Wabah Cacar Monyet Menjadi Keadaan Darurat Kesehatan Global

Namun tetap saja, kenaikan suhu global bisa membuat daerah-daerah ini juga semakin panas. 

Salah satu penyebab terjadinya pemanasan global adalah penggunaan AC. Ahli lingkungan dari University of Oxford Radhika Khosia telah mewanti-wanti untuk mengurangi penggunaan AC, yang mana dapat mendorong emisi gas rumah kaca dan membuat dunia semakin panas.***

 

Editor: Arina Nihayati

Sumber: instagram najwa shihab

Tags

Terkini

Terpopuler