SRAGEN UPDATE - Pada tanggal 6 Januari 2023 kemarin negara Turki dan Suriah dilanda gempa dahsyat dengan kekuatan magnitudo 7,8.
Sampai saat ini, para tim penyelamat dan pihak berwajib masih melakukan proses evakuasi terhadap korban gempa sampai saat ini.
Di samping itu, suhu dingin juga melanda wilayah Turki dan Suriah sehingga hel tersebut menambah sengsara para penyintas korban.
Pada Kamis pagi, 9 Januari 2023 waktu Turki di Gaziantep, AFP melaporkan bahwa suhu udara telah meningkat hingga 5 derajat Celcius.
Sehingga kondisi tersebut tentunya menambah derita bagi para penyintas karena mereka tidak lagi memiliki rumah untuk kehangatan.
Bahkan, sebagian dari mereka lebih memilih untuk berjalan-jalan daripada berdiam diri di tenda darurat ataupun mobil yang saat ini menjadi tempat tinggal sementara mereka.
“Ketika kami duduk, itu menyakitkan, dan saya khawatir ada orang yang terjebak di bawah reruntuhan,” ucap Melek Halici yang merupakan salah seorang penyintas.
Melek membungkus putrinya yang berumur dua tahun dengan selimut saat mereka menyaksikan tim penyelamat bekerja sampai larut malam.
Baca Juga: Frank Hoogerbeets Peneliti Asal Belanda Yang Meramalkan Gempa Bumi Turki - Suriah
Korban tewas akibat gempa kemungkinan akan meningkat tajam mengingat upaya penyelamatan mendekati tanda 72 jam di mana hal itu dianggap oleh para ahli bencana sebagai periode yang paling memungkinkan untuk menyelamatkan nyawa.
Hingga hari ini, pejabat dan petugas medis menyatakan bahwa korban tewas akibat gempa telah mencapai 15.383 jiwa yang mana terdiri atas 12.391 orang Turki dan 2.992 orang Suriah.
Pada hari Rabu kemarin, presiden turki recep tayyip erdogan mengakui kekurangan mereka usai kritik atas respon pemerintahnya terhadap gempa yang merupakan salah satu paling mematikan dalam abad ini.
Erdogan mengunjungi salah satu tempat yang paling terpukul yaitu pusat gempa Kahramanmaras saat kritik meningkat tajam.
Baca Juga: Aktor Yoo Ah In Diselidiki Atas Penggunaan Propofol Secara Ilegal
Maka dari itu, Erdogan kemudian mengakui adanya masalah dalam respon pemerintah Turki.***