SRAGEN UPDATE - Arfianto Purbolaksono, Manajer Riset dan Program The Indonesian Institute (TII), menegaskan bahwa debat antara calon presiden dan wakil presiden dalam Pemilu 2024 bukanlah panggung untuk bermain kata atau sekedar mempertontonkan keterampilan retorika kepada masyarakat.
Menurut Arfianto, debat capres-cawapres merupakan sebuah acara yang diselenggarakan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) dengan tujuan memfasilitasi pasangan calon (paslon) untuk menyampaikan rencana kebijakan mereka mengenai arah visi dan misi Indonesia ke depan.
Hal tersebut dilakukan bertujuan agar fokus pada gimmick politik tidak diperlukan.
Lebih lanjut, Arfianto menyatakan bahwa melalui debat tersebut, diharapkan masyarakat dapat memahami dengan jelas gagasan yang ditawarkan oleh para calon presiden dan wakil presiden.
"Dari debat itu, diharapkan masyarakat dapat mengetahui secara gamblang gagasan yang ditawarkan oleh para calon presiden dan calon wakil presiden," Ucap Arfianto.
Dia menambahkan bahwa ketiga pasangan calon tersebut harus mampu menyajikan program kerja yang konkret dan terukur, sehingga masyarakat dapat mengetahui apa yang akan mereka peroleh jika memilih salah satu paslon.
Arfianto menekankan pentingnya kampanye yang bersifat informatif dan edukatif agar dapat memberikan pemahaman dan memberdayakan masyarakat dengan lebih baik.
Dia juga menegaskan bahwa debat tidak seharusnya diisi dengan gimmick atau pertunjukan belaka, melainkan harus menggali isu-isu aktual serta menyajikan solusi konkret terkait permasalahan yang dihadapi.
"Debat jangan diisi oleh sekedar gimik gemoy, curhat adanya tekanan, atau memamerkan kemampuan bersilat lidah maupun berbalas pantun," tegas Arfianto.