LENGKAP! 4 Puisi Cinta Jalaluddin Rumi, Dijamin Bikin Meleleh dan Cocok Dilantunkan untuk Orang Tersayang

- 8 Februari 2022, 15:22 WIB
Ilustrasi puisi. 3 Puisi Cinta Hari Valentine Cocok Ditijukan Untuk Orang Tercinta: Cinta Tentang Kita, Tentang Aku yang Mencintaimu
Ilustrasi puisi. 3 Puisi Cinta Hari Valentine Cocok Ditijukan Untuk Orang Tercinta: Cinta Tentang Kita, Tentang Aku yang Mencintaimu /Freepik
 
SRAGEN UPDATE – Puisi cinta bisa menjadi salah satu media ungkapan perasaan untuk orang tersayang atau sekadar sebagai penenang diri. Tapi jika tak bisa membuatnya, Jalaluddin Rumi mungkin bisa membantumu dengan karyanya.
 
Siapa yang belum tahu Jalaluddin Rumi sang ahli puisi cinta? Ia adalah tokoh sufi sekaligus pujangga dari Persia yang sangat berpengaruh pada jamannya.
 
Jalaluddin Rumi sebagai tokoh sufi karena dianggap memiliki hati yang suci dan bersih. Selain berpuisi, ia juga dikenal sebagai ulama besar yang terkenal dalam sejarah Islam di dunia.
 
Bernama lengkap Maulana Jalaluddin Rumi Muhammad Bin Hasin Al Khatabi Albakri, ia lahir pada 30 September 1207 Masehi di Balkh; kota kecil di Khurasan—Afghanistan. Lalu, Jalaluddin Rumi meninggal pada 17 Desember 1273 Masehi di Konya—Turki.
 
Puisi cinta adalah karya peninggalan Jalaluddin Rumi yang cukup membekas di hati orang-orang yang mengenalnya. Bagi yang belum tahu berikut ini 4 puisi Jalaluddin Rumi.
 
1. Nyanyian Seruling Bambu
 
Dengarkan nyanyi sangsai seruling bambu mendesah selalu
 
Sejak direnggut dari rumpun rimbunnya dulu
 
Alunan lagu pedih dan cinta membara
 
Rahasia nyanyianku, meski dekat, tak seorang pun bisa mendengar dan melihat
 
Oh, andai ada teman tahu isyarat
 
Mendekap dengan segenap jiwanya dengan jiwaku
 
Ini nyala cinta yang membakarku, ini anggur cinta yang mengilhamiku
 
Sudilah pahami betapa para pecinta terluka
 
Dengar, dengarkanlah rintihan seruling!
 
 
2. Saatnya untuk Pulang
 
Malam larut, malam memulai hujan
 
Inilah saatnya untuk kembali pulang
 
Kita sudah cukup jauh mengembara
 
Menjelajah rumah-rumah kosong
 
Aku tahu: teramat menggoda untuk ditinggalkan saja
 
Aku tahu: bahkan lebih pantas untuk menuntaskan malam di sini bersama mereka
 
Tapi aku hanya ingin kembali pulang
 
Sudah kita lihat cukup destinasi indah
 
Dengan isyarat dalam ucap mereka
 
Inilah rumah Tuhan
 
Melihat butir padi seperti perangai semut tanpa ingin memanennya
 
Biar tinggalkan saja sapi menggembala sendiri
 
Dan kita pergi ke sana; ke tempat semua orang sungguh menuju
 
Ke sana, ke tempat kita leluasa melangkah telanjang
 
 
3. Aku Mencintaimu dalam Diam
 
Aku memilih mencintaimu dalam diam
 
Karena dalam diam tak ada penolakan
 
Aku memilih mencintaimu dalam kesepian
 
Karena dalam kesepian tidak ada orang lain yang memilikimu, kecuali aku
 
Aku memilih memujamu dari kejauhan
 
Karena kejauhan melindungiku dari rasa sakit
 
Aku memilih menciummu dalam angin
 
Bukankah bibirku juga akan merasakan kelembutan dari angin?
 
Aku memilih memilikimu dalam mimpi
 
Karena dalam mimpiku kau takkan pernah berakhir
 
Aku ingin melihatmu, tahu suaramu, mengenalimu ketika kau pertama kali datang mendekat
 
Merasakan aromamu, ketika aku memasuki ruangan yang baru saja kau tinggalkan
 
Mengetahui langkah tumitmu dan ayunan kakimu
 
Menjadi hafal akan caramu mengerutkan bibirmu dan membiarkannya terbuka, sedikit terbuka
 
Ketika aku mendekat dan mengecupmu
 
Aku ingin merasakan kebahagiaan ketika kau berbisik… “lagi”
 
 
4. Pernyataan Cinta
 
Bila tak kunyatakan keindahan-Mu dalam kata, kusimpan kasihmu dalam dada
 
Bila kucium harum mawar tanpa cinta-Mu, segera saja bagai duri bakarlah aku
 
Meskipun aku diam tenang bagai ikan, tapi aku gelisah pula bagai ombak dalam lautam
 
Kau yang telah menutup rapat bibirku, tariklah misaiku ke dekat-Mu
 
Apakah maksud-Mu? Mana ku tahu?
 
Aku hanya tahu bahwa aku siap dalam iringan ini selalu
 
Kukunyah lagi memamah kepedihan mengenang-Mu
 
Bagai unta memamah biak makanannya, dan bagai unta yang geram mulutku berbusa
 
Meskipun aku tinggal tersembunyi dan tidak bicara, dihadirat kasih aku jelas nyata
 
Aku bagai benih di bawah tanah, aku menanti tanda musim semi
 
Hingga tanpa nafasku sendiri aku dapat bernafas wangi
 
Itulah 4 puisi cinta Jalaluddin Rumi, ulama sekaligus pujangga terkenal pada jamannya. Mana yang menurutmu paling bikin meleleh?***

Editor: Yesa Novianti Putri Ashari


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x