SRAGEN UPDATE - Presiden Jovenel Moïse, 53, ditembak mati dalam serangan semalam di kediaman pribadinya di ibu kota Haiti, Port-au-Prince. Istrinya, Martine, juga terluka dan menerima perawatan, menurut laporan sejumlah media internasional.
Sekretaris Jenderal PBB António Guterres mengecam keras insiden tersebut, menurut pernyataan yang dikeluarkan oleh Juru Bicaranya, Stéphane Dujarric.
"Sekretaris Jenderal menyerukan kepada semua warga Haiti untuk menjaga tatanan konstitusional, tetap bersatu dalam menghadapi tindakan menjijikkan ini dan menolak semua kekerasan", katanya.
Guterres telah menyampaikan belasungkawa terdalamnya kepada rakyat dan pemerintah Haiti, dan kepada keluarga mendiang Presiden. PBB akan terus berdiri bersama Pemerintah dan rakyat Haiti, lanjut pernyataan itu.
Haiti adalah negara termiskin di benua Amerika, dan telah mengalami tantangan politik, ekonomi dan kemanusiaan yang serius dalam beberapa tahun terakhir.
Enam perdana menteri telah ditunjuk sejak mendiang Presiden menjabat, dengan yang ketujuh ditunjuk minggu ini yang belum dilantik.
Bulan lalu, pejabat tinggi PBB di Haiti, Helen La Lime, memberi pengarahan kepada Dewan Keamanan tentang kondisi sosial ekonomi yang memburuk di negara itu, meningkatnya kekerasan geng, lonjakaan kasus COVID-19, dan “polarisasi politik Haiti yang terus tumbuh”.
Dia mengatakan meskipun beberapa upaya mediasi yang dilakukan pemerintah Haiti, "krisis politik yang mengakar yang telah mencengkeram negara itu selama empat tahun terakhir, tidak menunjukkan tanda-tanda mereda", sementara retorika yang digunakan oleh beberapa pemimpin politik semakin berkembang, sengit.