Mengenal Sosok Abdurrahman Wahid, Gus Dur, Sang ‘Bapak Tionghoa’ Indonesia

4 Januari 2023, 06:06 WIB
Mengenal Sosok Abdurrahman Wahid, Gus Dur. Sang ‘Bapak Tionghoa’ Indonesia /facebook/adib/

Sragen Update - K.H Abdurrahman wahid atau biasa disapa dengan nama Gus Dur. Lahir 4 agustus 1940 di Denanyar, Jombang, Jawa Timur dengan nama Abdurrahman Ad-dakhil.

Beliau merupakan anak pertama dari enam bersaudara. Gus Dur sendiri memiliki keturunan darah biru atau darah Kyai yang mana ayahnya itu bernama Wahid Hasyim.

Baca Juga: Akibat Kematian Massal Ikan Keramba di Boyolali, Kerugian Ditaksir Lebih dari Rp6 Miliar

Putra dari K.H Hasyim Asy’ari, pendiri Nahdlatul Ulama (NU) sekaligus ulama besar dengan julukan Hadrotusy Syaikh.

  1.       Jejak Pendidikan

Gus Dur kecil diajari oleh kakeknya cara membaca Al-Quran. Kemudian setelah kakeknya wafat, beliau pindah ke Jakarta Bersama ayahnya, Wahid Hasyim.

Pendidikan formal pertama Gus Dur yaitu sekolah dasar (SD).

Kemudian melanjutkan Pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi yaitu Sekolah Menengah Pertama (SMEP).

Baca Juga: Akibat Kematian Massal Ikan Keramba di Boyolali, Kerugian Ditaksir Lebih dari Rp6 Miliar

Kisah yang unik terjadi saat beliau sekolah di SMEP, yaitu sejak kecil belai suka membaca, mendengarkan radio, dan menonton bioskop.

Saat SMEP beliau sering mendengarkan radio Voice of America dan BBc London.

Karena itu, gurunya mengetahui bahwa Gus Dur memiliki kemampuan berbahasa inggris yang bagus dan memberikannya buku yang berjudul ‘what is to be done’.

Setelah itu, beliau mengenal ‘Das Kapital Karl Marx’, Filsafat seperti Thales, Plato dan seterusnya. Wajar saja beliau mempunyai wawasan yang luas.

Kemudian beliau melanjutkan Pendidikan di Pondok Pesantren Tegalrejo, Magelang, Jawa Tengah. Pesantren itu dipimpin oleh K.H Chudhari yang sangat beliau kagumi dan sayangi.

Baca Juga: 5 Fakta Menarik The Glory, Salah Satunya Mengangkat Isu Bullying

Dari K.H Chudhari lah beliau diajarkan suluk sufi, sehingga kemudian beliau sangat suka berziarah ke makam para wali di Indonesia.

Gus Dur kemudian melanjutkan studinya ke Al-Azhar Cairo, Mesir. Tetapi bukannya langsung kuliah, beliau masuk ke Madrasah Aliyah.

Sehingga beliau merasa bosan karena harus mengulang-ulang mata pelajaran. Maka kemudian Gus Dur sering bepergian ke perpustakaan hanya untuk mencari buku yang ia kehendaki.

Pada tahun 1966 beliau pindah ke Irak dan meneruskan studinya di Universitas Baghdad. Beliau juga mengikuti organisasi ‘Departemen of Religion’. Beliau pun lulus pada tahun 1970.

Baca Juga: H-19 Tahun Baru Imlek, Mari Mengenal Sejarah Singkat Tahun Baru Imlek di Indonesia

  1.       Julukan Bapak Tionghoa Indonesia

Pada saat Gus Dur menjabat sebagai presiden. Beliau memiliki sifat yang pluralis. Beliau sangat memperhatikan Bhineka Tunggal Ika.

Maka pada saat tumbangnya Orde Baru, Gus Dur menghapus aturan diskriminasi terhadap orang Tionghoa pada masa kepemimpinan Soeharto.

Yang tercatat instruksi presiden (inpres) tahun 1967 no 14. Dari pencabutan inpres tersebut, Gus Dur mengeluarkan keputusan presiden (Keppres) tahun 2000 no 6.

Dalam keputusan tersebut, orang Tionghoa diperbolehkan merayakan upacara-upacara keagamaan mereka secara terbuka dan ditetapkannya Hari Raya Imlek sebagai Hari Libur Nasional.

Baca Juga: Fokus Utama Pelatih Timnas Indonesia Shin Tae Yong Saat Semifinal AFF 2022 di SUGBK Nanti

Selain daripada keputusan itu, beliau juga memiliki nasab keturunan dari China. hal ini diungkapkannya dalam sebuah wawancara.

Gus Dur menyatakan bahwa dirinya berasal dari keturunan putri Cempa yang menjadi selir raja di Indonesia.

Pengakuan imi juga ditegaskan oleh kyai Said Aqil dalam bukunya ‘Gus Dur Bapak Tionghoa’. Yakni beliau keturunan dari Raden Rachmat Sunan Ampel dan ayahnya bernama Tan Kim Han.

Baca Juga: Rose BLACKPINK Menjadi Model Untuk Koleksi Tiffany Lock yang Baru

Keturunan putri Cempa dari salah satu dari dua anaknya yang bernama Tan Eng Han dan Tan A Hok.***

Editor: Kiki Widayanti

Tags

Terkini

Terpopuler