Ekspor Minyak Sawit Indonesia Mengekang, Biodiesel Berencana Menekan Pasokan Vegoil Dunia

16 Januari 2023, 21:20 WIB
Ekspor Minyak Sawit Indonesia Mengekang, Biodiesel Berencana Menekan Pasokan Vegoil Dunia //Pixabay/tristantan /

SRAGEN UPADATE — Langkah pengekspor minyak sawit utama Indonesia untuk membatasi pengiriman dan meningkatkan konsumsi biodiesel dalam negeri, diatur untuk menekan pasokan minyak nabati global yang sudah melemah oleh produksi yang lebih rendah di Asia Tenggara dan Amerika Latin.

Pembelian vegoil (minyak nabati), termasuk konsumen yang sensitif terhadap harga di Asia Selatan dan Afrika, akan menanggung beban kendala sisi penawaran yang datang tepat saat permintaan diperkirakan akan meningkat, dengan China melonggarkan kontrol COVID-19 dan India meningkatkan pembelian.

Pembatasan baru Indonesia merupakan tantangan lain bagi negara-negara pengimpor makanan yang terluka akibat inflasi panas tahun lalu.

Baca Juga: Pada Tahun 2022, Ekspor Album K-pop Korea Mencapai Rekor Tertinggi hingga Rp3,5 Triliun

Hal ini yang mendorong harga bahan pokok utama gandung, jagung, dan kedelai ke level tertinggi sepanjang masa atau beberapa tahun.

“Penerapan mandat B35 di Indonesia pada tahun 2023 pasti mengubah situasi SND atau Supply and Demand(penawaran dan permintaan) minyak sawit global,” kata Oscar Tjakra, Analis Senior Riset Pangan dan Agribisnis di Rabobank, dikutip dari Reuters.

“Saya sekarang memperkirakan penawaran dan permintaan minyak sawit global akan mengalami sedikit defisit,” lanjutnya.

Mandat B35 Indonesia, yang tertinggi di dunia, menetapkan solar yang dijual di Indonesia mulai 1 Februari harus mengandung 35 persen metil ester asam lemak berbasis kelapa sawit.

Baca Juga: 15 Fakta Menarik Tentang Islam yang Tidak Banyak Orang Tahu

Sebagai perbandingan, Malaysia telah menerapkan sebagian mandat pencampuran biodiesel 20 persen dan negara-negara lain memiliki langkah-langkah yang menyerukan persentase satu dan dan dua digit kandungan bio untuk solar atau bensin.

Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia mengatakan mandat B35 akan menggunakan 11,44 juta ton minyak sawit tahun ini, naik dari 9,6 juta pada tahun 2022 di bawah ukuran B30 negara.

Indonesia, produsen lebih dari separuh pasokan minyak sawit global, juga memperketat aturan perdagangan tahun ini, yang memungkinkan eksportir untuk mengirimkan hanya enam kali lipat volume penjualan minyak sawit domestik mereka, kurang dari delapan kali rasio kuartal keempat 2022.

“Ekspor minyak sawit Indonesia pasti akan turun karena output akan menurun, konsumsi dalam negeri akan meningkat,” kata Fadhil Hasan, seorang pejabat Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI).

Baca Juga: 11 Fakta di Dunia yang Belum Kamu Ketahui, Simak Penjelasannya di Bawah Ini!

GAPKI memperkirakan Indonesia memproduksi 51,3 juta ton minyak sawit pada tahun 2022 dan mengrkspor 33,7 juta.

Pada 2023, produksi minyak sawit diperkirakan mencapai 50,82 juta ton dan ekspor 26,42 juta.

Pada hari Kamis, Malaysia mengatakan dapat menghentikan ekspor minyak kelapa sawit ke Uni Eropa sebagai tanggapan atas undang-undang baru Uni Eropa yang bertujuan melindungi hutan dengan mengatur penjualan produk secara ketat.

Menurut Direktur Jenderal Dewan Minyak Sawit Malaysia, Ahmad Parveez Ghulam Kadir, patokan masa depan minyak sawit Malaysia diperkirakan berkisar antara 4.000-4.200 ringgit (Rp14,02 juta – Rp14,702 juta) per ton tahun ini.

Baca Juga: Dulu Diingatkan Sekarang Tersadar, Venna Melinda: Ferry Irawan Bukan Imam yang Baik

Itu lebih rendah dari rekor rata-rata 4.910 ringgit atau sekitar 17 juta rupiah pada tahun 2022, dengan harga yang cenderung lebih tinggi karena gangguan pasokan dan distribusi minyak nabati akibat invasi Rusia ke Ukraina.

Tapi itu masih relatif tinggi. Harga rata-rata 3.260 ringgit sekitar Rp11 juta per ton antara 2018 dan 2022.

Pada hari Jum’at, sawit berjangka Malaysia diperdagangkan mendekati level terendah tiga minggu di sekitar 3.860 ringgit (13,500 juta rupiah).

Ancaman lain terhadap pasokan minyak nabati termasuk kekeringan terburuk Argentina dalam 60 tahun, yang diperkirakan akan memangkas produksi kedelai menjadi 41 juta ton, turun dari perkiraan sebelumnya 48 juta.***

Editor: Inayah Nurfadilah

Tags

Terkini

Terpopuler