Pengalaman Tak Selalu Jadi Guru Terbaik? Ini Penjelasan Berdasarkan Penelitian Tentang Efek Prevalensi

13 Agustus 2022, 16:18 WIB
Pengalaman Tak Selalu Jadi Guru Terbaik? Ini Penjelasan Berdasarkan Penelitian Tentang Efek Prevalensi /UNSPLASH/Jason Goodman

SRAGEN UPDATE – Pengalaman dipercaya sebagai guru terbaik, itu memang benar, tetapi ternyata tidak sepenuhnya benar.

Sebuah penelitian tentang efek prevalensi menunjukkan bahwa ternyata pengalaman tidak selalu menjadi guru terbaik dalam kehidupan.

Mengapa pengalaman tidak selalu menjadi guru terbaik berdasarkan penelitian tersebut? Simak penjelasannya dengan baik agar tidak miskonsepsi.

Baca Juga: 6 Tanda Keseriusan Laki-laki Sejati, Jangan Sampai Lengah!

Sebelum itu, kita perlu tahu definisi dari efek prevalensi.

Apa itu efek prevalensi?

Kinerja pada tugas tentunya meningkat dengan pengalaman. Dalam psikologi kognitif, bagaimanapun, fenomena efek prevalensi menunjukkan bagaimana pengalaman dapat menjadi bumerang dan menciptakan kesalahan.

Jika kita belajar melalui pengalaman bahwa hasil tertentu jarang terjadi, kita secara tidak sadar menjadi berpuas diri ketika mencari hasil itu.

Membuat kita cenderung tidak menyadarinya ketika hal tersebut justru terjadi.

Baca Juga: 5 Alasan Kenapa Introvert Jarang Bicara: Jangan Memaksa!

Ambil contoh petugas keamanan bandara. Pada hari tertentu, mereka memeriksa ribuan koper melalui mesin sinar-X, mencari senjata atau barang selundupan berbahaya lainnya.

Sementara sebagian besar barang-barang bawaan tidak berisi barang tersebut, gagal memperhatikan senjata dapat memiliki konsekuensi yang menghancurkan.

Penelitian menunjukkan bahwa para petugas cukup terampil dalam mendeteksi senjata, tetapi pada 2017, Departemen Keamanan Dalam Negeri melakukan tes penyamaran.

Baca Juga: Cara Membuat Cokelat Mousse Lembut dan Simple Cuma 2 Bahan, Cocok Buat Hidangan Dessert Karbohidrat Rendah!

Di mana mereka mencoba menyelundupkan senjata ke bandara dunia nyata. Ternyata agen TSA gagal mendeteksi senjata ini lebih dari 70 persen dari waktu yang dihabiskan.

Ketika petugas bandara secara hipotesis mengetahui dari waktu ke waktu bahwa koper jarang berisi senjata, mereka pada akhirnya mendeteksi koper dengan dugaan bahwa itu tidak akan berisi senjata.

Pengalaman mereka yang ‘tidak menemukan senjata’ mengarahkan mereka pada ‘kelengahan’ sadar tidak sadar.

Baca Juga: Suka Makanan Khas Turki? Resep Burger Turki Sederhana ini Bisa Dijadikan Pilihan

Bisakah kita menghindari efek prevalensi?

Sayangnya, efek prevalensi juga sulit untuk diperbaiki.

Dalam studi kedua yang dilakukan Jeff Kukucha Ph.D, dia mengungkapkan bahwa penelitian tentang efek prevalensi menunjukkan bagaimana pengalaman dapat menjadi pedang bermata dua.

Dalam domain seperti ilmu forensik, bahkan kesalahan yang jarang terjadi dalam tugas visual dapat memiliki konsekuensi yang luar biasa.

Jadi, menurut Jeff, alih-alih belajar dari pengalaman itu sendiri, kita mungkin dapat menciptakan guru yang lebih baik dengan mengoptimalkan jenis pengalaman yang diterima para profesional.

Baca Juga: 5 Jurusan Kuliah yang Cocok Untuk Introvert

Kendati demikian, penjelasan tersebut hanya berdasarkan pandangan Jeff Kukucha berdasarkan studi yang dilakukannya berkaitan dengan efek prevalensi.

Pada dasarnya memang segala hal memiliki sisi baik dan buruk, begitu juga dengan pengalaman.

Artikel ini SragenUpdate.com lansir dari laman Psychology Today.***

 

Editor: Arina Nihayati

Tags

Terkini

Terpopuler