Profil Jalaludin Rumi, Sufi Yang Terkenal Akan Puisi-Puisi Cinta Dan Mistiknya

- 30 Juni 2021, 19:15 WIB
Sejumlah siswa membaca puisi saat memperingati Hari Puisi Sedunia di SMP Muhammadiyah 1 Adiwerna, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, Rabu (24/3/2021). Membaca puisi secara serentak yang berjudul "Puisi Cinta Untuk Presiden Jokowi" tersebut sebagai wujud rasa terima kasih siswa atas keberhasilan pemerintah melawan COVID-19 dan kesuksesan vaksinasi secara massal di Indonesia. ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah/wsj.
Sejumlah siswa membaca puisi saat memperingati Hari Puisi Sedunia di SMP Muhammadiyah 1 Adiwerna, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, Rabu (24/3/2021). Membaca puisi secara serentak yang berjudul "Puisi Cinta Untuk Presiden Jokowi" tersebut sebagai wujud rasa terima kasih siswa atas keberhasilan pemerintah melawan COVID-19 dan kesuksesan vaksinasi secara massal di Indonesia. ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah/wsj. /Oky Lukmansyah/ANTARA FOTO

SRAGEN UPDATE – Jalaludin Rumi adalah seorang sufi besar pada zamannya, bahkan hingga kini. Rumi juga merupakan seorang tasawuf dan penyair, hingga ratusan karya lahir dari buah pikirannya. Termasuk puisi-puisi cinta dan puisi yang dinilai orang mistik.

Nama lengkap Rumi adalah Maulana Jalaluddin Rumi Muhammad bin Hasin al Khattabi al Bakri. Ia lahir di Balk (sekarang Afghanistan) pada tanggal 6 Rabiul Awwal tahun 604 Hijriah, atau bertepatan dengan 30 September 1207 Masehi.

Dilihat dari nasabnya, jika ditarik ke atas dari garis ayahnya, dia masih keturunan Abu Bakar Asshidiq.

Ayahnya yang bernama Bahauddin Walad juga seorang cendekia yang shaleh. Ayah rumi merupakan guru terkenal di Bakhl.

Baca Juga: Garuda Indonesia Menyediakan Vaksin Gratis bagi Penumpangnya

Sedangkan dari garis ibunya berasal dari kerajaan Khwarazm. Kerajaan atau dikenal juga dengan kekaisaran khwarezmia adalah dinasti Islam Sunni yang bersal dari mamluk (budak belian kasta statria, kedudukannya lebih tinggi dari budak biasa).

Saat dirinya berusia tiga tahun, keluarga Rumi meninggalkan Bakhl karena serbuan Mongol. Mereka melewati Khurasan dan Suriah, sampai ke Provinsi Rum di Anatolia Tengah, yang merupakan bagian Turki sekarang. Mereka menetap di Qonya, ibu kota Provinsi Rum.

Di tengah pengembaraan dan pengungsian keluarga Rumi, sempat juga singgah di Kota Nishapur yang merupakan tempat kelahiran penyair dan ahli matematika, Omar Khayyam. Di kota inilah Rumi bertemu dengan Attar, seorang sufi penyair legendaris.

Baca Juga: Tersebar Pesan Berisi Klaim Obat Paracetamol P-500 Mengandung Virus Berbahaya, Yuk Cek Faktanya

Attar yang memasuki usia paruh baya itu memberikan hadiah pada Rumi sebuah buku berjudul Asraname. Rumi pun menatap dirinya sembari berkata, “Attar telah melintasi tujug kota cinta, sementara kami hanya sampai di sebuah jalan tunggal”.

Selain menghadiahi Rumi sebuah buku, Attar juga meramal masa depan Rumi. Attar berkata bahwa nanti Rumi akan menjadi sosok besar nan dikenal dunia.

Pada tahun 1244 Masehi, Rumi bertemu dengan guru spiritual lain, Syamuddin dari Tabriz. Syamsuddin menyempurnakan ilmu tasawuf Rumi. Namun ada kisah getir antara Rumi dan Syamsudin.

Syamsudin diharuskan angkat kaki dari bumi kauniyah. Rumi terpukul menerima kenyataan itu, terlebih karena sang guru diusir karena mendapatkan fitnah. Rumi seperti orang gila ditinggal gurunya.

Baca Juga: Terbukti Bersalah, Edhy Prabowo Dituntut 5 Tahun Penjara hingga Pencabutan Hak Pilih

Semenjak itu, ia kerap ditemukan sedang mengitari kompleks perguruannya. Selain itu ia juga membaca sajak setiap harinya.

Dalam suasana ekstase mistis dirinya, Rumi lebih sering menyebut Syamsudin dengan “matahari. Di samping kata “Syamsi” itu sendiri yang mempunyai makna matahari. Apabila ia rindu dengan gurunya dan Tuhannya, Rumi sering menyebut Syamsudin dengan “bulan”, artinya pribadi yang mendapatkan cahaya Tuhan.

Sepeninggal Syamsuddin, Rumi bertemu dengan Husamuddin Ghalabi dan meminta diangkat menjadi muridnya.

Pertemuan tersebut mengilhami Rumi untuk menuliskan pengalaman spiritual dalam sebuah karya monumentalnya, Matsnawi-al Ma’nawi. Ia mendiktekan karyanya kepada Husamuddin sampai akhir hayatnya tahun 1273 Masehi.

Baca Juga: Jokowi Tunjuk Luhut Sebagai Koordinator PPKM Darurat Jawa-Bali, Bagaimana Nasib Jakarta Hingga PTM?

Lebih dari separuh hidupnya, Rumi mencari kebenaran-kebenaran yang terdapat dalam agama.

Banyak karya yang lahir dari buah pikirannya. Karya tersebut banyak yang berisi puisi-puisi bernada sufistik dan mistik.

Rumi mengungkapkan ekspresi dalam dirinya melalui tari-tarian dan puisi. Dalam puisinya juga Rumi sering menggunakan lambang yang ada hubungannya dengan cahaya.
Ramalan Attar ternyata benar.

Terbukti setelah peringatan 800 tahun kelahiran Rumi pada tahun 2007, UNESCO menetapkan sebagai “Tahun Rumi”.***

Editor: Yesa Novianti Putri Ashari


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah