Malaysia Kibarkan Bendera Putih Tanda Keputusasaan Akibat Covid-19, Ibu Hamil Hanya Makan Sekali Sehari

6 Juli 2021, 08:54 WIB
Rumah-Rumah Malaysia Kibarkan Bendera Merah Putih Tanda Keputusasaan Akibat Covid-19, Ibu Hamil Hanya Makan Sekali Sehari /

 

SRAGEN UPDATE – Akibat dari Covid-19, rumah-rumah di Malaysia mengibarkan bendera putih. Hal ini karena keputusasaan warga terhadap kebijakan lockdown yang diterapkan pemerintah.

Lockdown diterapkan karena sudah ada 6.000 kasus baru Covid-19 dalam 24 jam terakhir selama tiga hari berturut-turut, pada Rabu-Jumat, 30 Juni - 2 Juli 2021.

Penerapan lockdown ini tidak akan dicabut sebelum Covid-19 mencapai angka harian di bawah 4.000 kasus.

Sudah sepekan lalu warga Malaysia berkampanye melalui bendera putih yang dipasang di depan rumah-rumah mereka. Kampanye yang ramai di jagat media sosial dengan tagar #benderaputih tersebut menunjukkan keputusasaan ekonomi warga berpenghasilan rendah akibat Covid-19.

Baca Juga: Kibarkan Bendera Putih, Kampanye Warga Malaysia Untuk Saling Beri Dukungan

Tagar #benderaputih dimulai semenjak hari senin, 28 Juni 2021. Bendera putih juga dikibarkan warga sebagai aksi protes terhadap pemerintah. Aksi ini diliputi teriakan warga akar rumput yang meminta makanan dan bantuan di tengah aturan lockdown.

Protes ini serupa dengan negara-negara lain seperti Guatemala dan El Salvador di Amerika Selatan tahun 2020 lalu.

Kepada This Week in Asia, beberapa orang mengatakan bahwa kampanye ini lantaran ada ratusan ribu keluarga yang mengalami keputusasaan akibat diterapkannya lockdown. Bahkan kelaparan dan kebutuhan bantuan dirasakan ibu hamil.

Ibu hamil hanya makan satu kali sehari di beberapa rumah tangga. Para ibu hamil ini lebih memilih menyisihkan makanan untuk anak-anaknya agar tidak kelaparan daripada dimakannya sendiri.

Baca Juga: Setelah Lakukan Penilaian Risiko, Pemerintah Malaysia Putuskan untuk Lanjutkan Kembali Penguncian Total

Mereka memastikan anak-anak mereka makan cukup dan dapat tenang di tengah pandemi Covid-19.

Begitu pun dengan kasus bunuh diri yang mencapai angka 468 orang per 1 Januari - 1 Juli 2021. Angka ini merupakan lonjakan jika dibandingkan dengan 2020 yang hanya 631 kasus sepanjang tahun, dan 609 kasus di tahun 2019.

Meski kondisi ini dialami para warga, bantuan pemerintah tidak kunjung cair sampai Agustus 2021.

Padahal wacana pencairan total RM150 miliar atau sekitar Rp52 Triliun untuk warga yang berpenghasilan rendah dan menengah sudah diumumkan. Dengan rincian rumah tangga berpenghasilan rendah masing-masing menerima RM1.300 atau sekitar Rp4,5 juta.

Kebijakan pemerintah tersebut membuat kecewa warga dan dikecam oleh para kritikus.

Namun Muhyidin selaku Pedana Menteri Malaysia belum mengubah kebijakan pencairan bantuan ini, padahal lockdown sudah diterapkan sejak 1 Juni 2021.

Baca Juga: Malaysia Akan Membatalkan Lockdown Jika Kasus Covid-19 Turun Hingga 4 Ribu Kasus

Mengetahui sikap Muhyidin yang seolah tidak peduli dengan warganya, kritik pedas dilayangkan Kelvin Yii, seorang anggota parlemen dari koalisi oposisi Pakatan Harapan yang menilai pemerintah bergerak lamban mengatasi permasalahan ini.

Padahal warga saat ini sudah menderita dan sekarat.

Yii juga mengatakan keadaan ini sudah darurat, namun para warga juga bingung harus bagaimana.

“Mereka mengatakan tidak tahu apa yang harus dilakukan selanjutnya karena mereka tidak diizinkan bekerja,” ungkap Yii yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh tim Sragen Update.

Meski kritik terus dilayangkan kepada Muhyidin, belum ada tindakan atau alternatif yang diambil pemerintah untuk mengatasi keadaan ini.***

Editor: Ayu Ningrum Asiyah

Sumber: SCMP

Tags

Terkini

Terpopuler