Berikut Isi Surat Terbuka MS untuk Presiden Jokowi yang Dibully Oknum KPI Pusat: Zakarnya Dicoret Spidol

3 September 2021, 11:06 WIB
Seorang pria yang menyebut dirinya Ms mengungkap soal dugaan kasus pelecehan di KPI Pusat yang dialaminya. /Instagram @sinema911

SRAGEN UPDATE – Seorang berinisial MS menulis surat terbuka kepada Presiden Jokowi yang menceritakan pengalamannya buruknya dengan beberapa oknum Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat.

MS telah mengalami pembulian di tempat kerjanya itu sejak 2012, bahkan zakarnya dicoret dengan sembilan tahun.

Hampir sembilan tahun lamanya mendapati perlakuan kasar dari sesama pegawai KPI Pusat, MS harus bekerja di sana karena tanggung jawabnya menafkahi istri dan anak-anaknya.

Berikut isi surat terbuka MZ untuk Joko Widodo yang dibagikannya pada Rabu, 1 September 2021:

Baca Juga: Dugaan Pelecehan dan Perundungan oleh Karyawan KPI Pusat, Inilah Nama-nama yang Ditulis Oleh MS

Rilis pers, Rabu, 1 September 2021

PELECEHAN SEKSUAL BERAMAI RAMAI DI KPI PUSAT, PELAKU-KORBAN SAMA SAMA PRIA

*Tolong Pak Jokowi, Saya Tak Kuat Dirundung dan Dilecehkan di KPI, Saya Trauma Buah Zakar Dicoret Spidol oleh Mereka*

Yang Terhormat Presiden Joko Widodo, saya seorang pria, berinisial MS, hanya ingin mencari nafkah di Komisi Penyiaran Indonesia (KPI Pusat), saya hanya ingin bekerja dengan benar, menunaikan tugas dari pimpinan, lalu menerima gaji sebagai hak saya, dan membeli susu bagi anak semata wayang saya.

Sepanjang tahun 2012-2014, selama 2 tahun saya dibully dan dipaksa untuk membelikan makan bagi rekan kerja senior. Mereka bersama-sama mengintimidasi yang membuat saya tak berdaya. Padahal kedudukan kami setara dan bukan tugas saya untuk melayani rekan kerja. Tapi mereka secara bersama-sama merendahkan dan menindas saya layaknya budak pesuruh.

Sejak awal saya kerja di KPI Pusat pada 2011, sudah tak terhitung berapa kali mereka melecehkan, memukul, memaki, dan merundung tanpa bisa saya lawan. Saya sendiri dan mereka banyak. Perendahan martabat saya dilakukan terus-menerus dan berulang-ulang sehingga saya tertekan dan hancur pelan-pelan.

Baca Juga: Lanjutan Kedua Isi Surat Terbuka MS yang Zakarnya Dicoret Spidol: Bawa Nama Jokowi dan Anies Baswedan

Tahun 2015, mereka beramai-ramai memegangi kepala, tangan, kaki, menelanjangi, memiting, melecehkan saya dengan MENCORAT CORET BUAH ZAKAR SAYA MEMAKAI SPIDOL. Kejadian itu membuat saya trauma dan kehilangan kestabilan emosi. Kok bisa pelecehan jahat macam begini terjadi di KPI Pusat? Sindikat macam apa pelakunya? Bahkan mereka mendokumentasikan kelamin saya dan membuat saya tak berdaya melawan mereka setelah tragedi itu. semoga foto telanjang saya tidak disebar dan diperjualbelikan di situs online.

Pelecehan seksual dan perundungan tersebut mengubah pola mental, menjadikan saya stres dan merasa hina, saya trauma berat, tap mau tak mau harus bertahan demi mencari nafkah. Harus begini bangetkah dunia kerja di KPI? Di Jakarta?

Kadang di tengah malam, saya teriak-teriak sendiri seperti orang gila. Penelanjangan dan pelecehan itu begitu membekas, diriku tak sama lagi usai kejadian itu, rasanya saya tidak ada harganya lagi sebagai manusia, sebagai pria, sebagai suami, sebagai kepala rumah tangga. Mereka berhasil meruntuhkan kepercayaan diri sebagai manusia.

Saya tidak tahu apakah para pria peleceh itu mendapat kepuasan seksual saat beramai-ramai menelanjangi dan memegangi kemaluan saya, yang jelas saya kalah dan tak bisa melawan. Saya bertahan di KPI demi gaji untuk istri, ibu, dan anak saya tercinta.

Baca Juga: Berikut Isi Surat Terbuka MS untuk Presiden Jokowi yang Dibully Oknum KPI Pusat: Zakarnya Dicoret Spidol

Tahun 2016, karena stres berkepanjangan, saya jadi sering jatuh sakit. Keluarga saya sedih karena saya sering tiba-tiba gebrak meja tanpa alasan dan berteriak tanpa sebab. Saat ingat pelecehan tersebut, emosi saya tak stabil, makin lama perut terasa sakit, badan saya mengalami penurunan fungsi tubuh, gangguan kesehatan.

8 Juli 2017, saya ke Rumah Sakit PELNI untuk Endoskopi. Hasilnya: Saya mengalami Hipersekresi Cairan Lambung akibat trauma dan stres.

Pada 2017, saat acara Bimtek di Resort Prima Cipayung, Bogor, pada pukul 01.30 WIB, saat tidur, mereka melempar saya ke kolam renang dan bersama-sama menertawai seolah penderitaan saya sebuah hiburan bagi mereka. bukankah itu penganiayaan? Mengapa mereka begitu berkuasa menindas tanpa ada satu pun yang membela saya? Apakah hanya karena saya karyawan rendahan sehingga para pelaku tak diberi sanksi? Di mana keadilan untuk saya?

11 Agustus 2017, saya mengadukan pelecehan dan penindasan tersebut ke Komnas HAM melalui email. Pada 19 September 2017, Komnas HAM membalas email dan menyimpulkan apa yang saya alami sebagai kejahatan atau tindak pidana. Maka Komnas HAM menyarankan saya agar membuat Laporan Kepolisian.

Baca Juga: Ketua KPI Pusat Malah Berkomentar “Lucu” Terkait Kasus Pelecehan Terhadap MS: Ini Serius, Kok Bercanda Mulu

2017, karena berobat ke dokter penyakit dalam tak kunjung sembuh, berdasarkan saran keluarga akhirnya saya ke Psikiater di RS Sumber Waras. Dari psikiater, saya diberi obat penenang.

Sepanjang 2018, karena tidak kuat dibully dan dimaki, usai tugas kantor selesai, saya sering menyendiri di Musala hanya untuk menangis dalam kesunyian. Kadang saya pulang ke rumah di jam kerja hanya untuk menghindari perundungan yang tak sanggup saya tanggung. Mereka terus merundung dengan kata kotor dan porno seolah saya bahan hiburan mereka. Tapi karena dimarahi ibu agar bekerja sampai tuntas, saya akhirnya terpaksa kembali ke kantor.

Karena saya sering menyendiri di musala, para pelaku memfitnah saya meninggalkan pekerjaan, padahal saya trauma oleh kebejatan mereka dan tugas kantor selalu saya selesaikan dengan baik.

Karena tak betah dan sering sakit pada 2019, saya akhirnya pergi ke Polsek Gambir untuk membuat laporan polisi. Tapi petugas malah bilang, “Lebih baik adukan dulu saja ke atasan. Biarkan internal kantor yang menyelesaikan”.

Baca Juga: Berikut Isi Surat Terbuka MS untuk Presiden Jokowi yang Dibully Oknum KPI Pusat: Zakarnya Dicoret Spidol

Pak Kapolri, bukankah korban tindak pidana berhak lapor dan Kepolisian wajib memprosesnya?

Akhirnya saya mengadukan para pelaku ke atasan sambil menangis, saya ceritakan semua pelecehan dan penindasan yang saya alami. Pengaduan ini berbuah dengan dipindahkannya saya ke ruangan lain yang dianggap “ditempati oleh orang-orang yang lembut dan tak kasar”.

Sejak pengaduan itu, para pelaku mencibir saya sebagai manusia lemah dan si pengadu. Tapi mereka sama sekali tak disanksi dan akhirnya masih menindas saya dengan kalimat lebih kotor. Bahkan pernah tas saya dilempar keluar ruangan, kursi saya dikeluarkan dan ditulisi “Bangku ini tidak ada orangnya”. Perundungan itu terjadi selama bertahun-tahun dan lingkungan kerja seolah tidak kaget. Para pelaku sama sekali tidak tersentuh.

Saya makin stres dan frustasi. Akhirnya berdasarkan saran keluarga, saya konsultasi ke Psikolog di Puskesmas Taman Sari. Hasilnya, saya divonis mengalami PTSD (Post Traumatic Stress Disorder).

Baca Juga: Dugaan Pelecehan dan Perundungan oleh Karyawan KPI Pusat, Inilah Nama-nama yang Ditulis Oleh MS

Karena keterbatasan ruang, maka keseluruhan tulisan akan dilanjutkan pada artikel berikutnya:

Lanjutan Kedua Isi Surat Terbuka MS yang Zakarnya Dicoret Spidol: Sebutkan Nama Pembully Oknum KPI Pusat

Lanjutan kedua dari isi Surat Terbuka MS tersebut juga ditayangkan di SRAGEN UPDATE.***

 

Editor: Ayu Ningrum Asiyah

Sumber: instagram @grasroot.id

Tags

Terkini

Terpopuler