Puasa dan Ketenangan Batin, Puasa Tanpa Stress dan Tenang Berbeda Ketika Berpuasa Ketika Stress

10 Maret 2023, 16:41 WIB
Puasa dan Ketenangan Batin, Puasa Tanpa Stress dan Tenang Berbeda Ketika Berpuasa Ketika Stress /pexels/

SRAGEN UPDATE - Puasa dapat diartikan sebagai kegiatan menahan lapar dan haus serta hawa nafsu dari terbit fajar sampai terbenam matahari.

 

Puasa yang wajib dan dianjurkan Rasullah SAW dilakukan oleh setiap muslim yaitu puasa di bulan Ramadan, sementara yang lain merupakan puasa sunah seperti puasa daud merupakan puasa yang dianjurkan Rasulullah SAW.

Pada saat menjalankan ibadah puasa dalam keadaan tidak tenang dan stress akan merasa berbeda dengan menjalankan puasa dalam keadaan tenang dan tidak stress.

Puasa yang banyak mengeluh dan berkeluh kesah, pasti akan terasa lebih menyiksa: tubuh menjadi lemas dan lesu, haus, lapar akan terasa berat.

Baca Juga: Sejarah Idul Adha Hari Besar Islam Dikenal dengan Lebaran Haji dan Hari Raya Kurban

Hal ini disebabkan karena ketika tubuh merasa tertekan, cemas, dan takut tubuh akan mengaktifkan hormon insulin yang berfungsi mengatur kadar glukosa atau gula dalam darah.

Meskipun kadar gula dala darah tinggi namun apabila insulin tidak diproduksi, gula tersebut tidak dapat diolah dan dikirim ke dalam sel.

Terkait hal tersebut, terdapat kondisi basal metabolic rate atau dasar metabolisme tubuh yang optimal.

Optimalisasi metabolisme tubuh akan terjadi ketika insulin berada dalam kondisi yang ideal, yaitu sedang tenang dan tidak stress.

 

Ketika otak didominasi hormon yang ceria, insulin akan memecah cadangan gula yang akan diproses untuk menghasilkan energi.

Jika kondisi ini berjalan secara efektif, bahkan tidak makan selama satu minggu tanpa mengalami dehidrasi seseorang akan mampu bertahan hidup bahkan sampai berbulan-bulan.

Pada dunia psikologi, terdapat teori reticular activating system (RAS), yang menyebutkan bahwa siste penghubung saraf hanya akan berfungsi optimal pada saat tenang tepatnya ketika gelombang otak berada di alfa dan theta.

Alfa adalah jenis gelombang otak dengan frekuensi 8-12 Hz yang berhubungan denga kondisi rileks dan santai.

Baca Juga: Sholat sebagai Tiang Agama, Pembeda Muslim dan Kafir, Balasan Bagi yang Melalaikan Sholat di Dunia dan Akhirat

Sementara itu, theta berada pada kisaran frekuensi 4-8 Hz yang dihasilkan oleh pikiran bawah sadar.

Ketika berada pada kondisi Alfa aktivitas sistem limbik akan mampu mengontrol rasa takut, cemas, resah, dan gelisah.

Hal tersebut akan membuat setiap sel dalam tubhb teras tenang dan bahagia sehingga dengan energi minimal pun sel bisa menjalankan aktivitasnya dengan optimal.

Kuncinya ada pada keyakinan dalam masalah ini, yang akan meningkatkan hormon seperti endorfin, enkefalin, oksitosin yang akan mengoptimalkan sumber daya untuk bertahan hidup, andai tidak ada akan berhenti bermetabolisme, tatapi tidak mati. ***

Editor: Inayah Nurfadilah

Tags

Terkini

Terpopuler