"Orang kafir itu makan dengan tujuh usus sedangkan orang mukmin makan dalam satu perut." (HR Muslim dari Ibnu Umar ra.)
Analogi tujuh tidak hanya dikenal pada perut, melainkan dalam ilmu tasawuf juga dikenal konsep tujuh yaitu tujuh maqam, tujuh tingkatan atau tujuh terminal untuk bersatu dengan Al-Khaliq.
Pada Al-Qur'an kata tujuh disebut berkali-kali, khususnya dalam konteks penciptaan.
"( Allah-lah) yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis, kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?"
(QS. Al-Mulk [67]:3).
Seiring perkembangan ilmu pengetahuan, konsep tujuh mulai terkuak kebenarannya terlebih pada ilmu melalui pendekatan fisika partikel.
Konsep langit bisa diterjemahkan dan digambarkan sebagai dimensi dan setiap dimensi mempunyai karakteristik sendiri.
Pada saat seseorang makan dan minum dalam dimensi fisik makanan yang dimasukkan harus yang bersifat fisik.