Jika Kamu Ingin Bahagia, Jangan Mengejar Kebahagiaan, Lalu Harus Apa? Begini Penjelasan Psikolog

30 Juli 2022, 09:44 WIB
Jika Kamu Ingin Bahagia, Jangan Mengejar Kebahagiaan, Lalu Harus Apa? Begini Penjelasan Psikolog /Pexels

SRAGEN UPDATE – Semua orang di dunia selalu memimpikan kebahagiaan, bahkan tak jarang ada yang sampai mencari cara untuk menjadi bahagia.

Tak sedikit orang yang terobsesi mengejar kebahagiaan, merasa dirinya selalu dilingkupi kesedihan dan penderitaan.

Namun jika kamu ingin bahagia, jangan mengejar kebahagiaan. Penjelasan dari psikolog mengenai hal tersebut akan dibahas di artikel ini.

Sebagaimana SragenUpdate.com lansir dari laman Psychology Today, sebuah studi baru yang diterbitkan dalam Current Opinion in Behavioral Sciences menjelaskan bahwa secara obsesif berfokus pada kebahagiaan mungkin malah menjadi hambatan.

Baca Juga: Jungkook BTS Bagikan 5 Kisah Keluarganya yang Mengharukan, Salah Satunya Main Basket Bareng Sang Ibu!

“Orang yang menghargai kebahagiaan pada tingkat ekstrem cenderung tidak mencapai kebahagiaan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang,” kata Felicia Zerwas, seorang psikolog dari University of California.

“Salah satu alasan mengapa para ilmuwan berpikir bahwa menghargai kebahagiaan mungkin menjadi bumerang adalah bahwa hal itu dapat membuat orang merasa lebih kecewa pada saat ketika kebahagiaan paling dalam jangkauan,” ujarnya.

Untuk menjelaskan paradoks ini, Zerwas mengutip sebuah penelitian di mana para peneliti menunjukkan kepada satu kelompok peserta sebuah artikel surat kabar palsu yang berfokus pada kebahagiaan.

Di mana itu untuk mendorong penilaian kebahagiaan, sementara kelompok lain membaca tentang topik yang tidak terkait dengan kebahagiaan.

Studi ini menemukan bahwa orang-orang yang diinduksi untuk menghargai kebahagiaan kurang bahagia daripada orang-orang di kelompok lain.

Baca Juga: Tahukah Kamu Berapa Berat Jiwa Manusia? Ini Jawaban Para Ahli

Dengan kata lain, perhatian berlebihan terhadap perasaan bahagia kita sendiri menyebabkan kita berfokus pada “bagaimana jika” dan “mengapa tidak” ke tingkat yang kontraproduktif.

Studi Zerwas ini berfokus pada dua pendekatan berbeda yang diambil orang umumnya ketika menghargai kebahagiaan:

1. Bercita-cita untuk kebahagiaan

Orang yang mengambil pendekatan ini memandang kebahagiaan sebagai tujuan yang sangat penting.

Studi ini menunjukkan bahwa kecenderungan ini relatif tak berbahaya.

2. Kepedulian tentang kebahagiaan

Orang ini cenderung menilai apakah mereka cukup bahagia.

Baca Juga: 5 Langkah Penting untuk Menjadi Lebih Bahagia yang Perlu Kamu Tahu

Kecenderungan inilah menurut Zerwas yang menghalangi pencapaian kebahagiaan dengan memperkenalkan perasaan negatif ke dalam pengejaran kebahagiaan.

“Secara keseluruhan, membiarkan diri sendiri mengalami emosi seseorang, apa pun itu, dengan sikap menerima bisa menjadi alat yang berguna untuk mengejar kebahagiaan,” kata Zerwas.

Bagi siapa pun yang merasa terjebak dalam paradoks kebahagiaan ini, dia menggambarkan dua modalitas intervensi yang dapat membantu:

3. Fokus pada strategi efektif

Intervensi yang berfokus pada pengajaran individu strategi yang efektif untuk berhasil mengejar kebahagiaan.

Terapis dan praktisi kesehatan mental dapat membantu orang mengidentifikasi latihan kebahagiaan mana yang mungkin paling efektif untuk situasi spesifik mereka.

Baca Juga: 6 Film dan Serial Science-Fiction Terbaik di Netflix

4. Fokus pada tujuan

Intervensi berfokus pada perhatian penuh untuk mengurangi tekanan menetapkan tujuan emosional dan kemungkinan merasa buruk tentang emosi seseorang saat mengejar kebahagiaan.***

Editor: Inayah Nurfadilah

Tags

Terkini

Terpopuler