Indonesia Sudah Herd Stupidity Hadapi Lonjakan Covid-19

- 22 Juni 2021, 12:40 WIB
Epidemiolog UI Sebut Indonesia sudah lama dalam kondisi herd stupidity, bukan herd immunity.
Epidemiolog UI Sebut Indonesia sudah lama dalam kondisi herd stupidity, bukan herd immunity. /Pixabay/Geralt

SRAGEN UPDATE - Memasuki pertengahan tahun 2021 ini, lonjakan angka COVID-19 di Indonesia kembali menjadi sorotan.

Pada kasus ini, pemerintah mulai menegaskan untuk penerapan 5M (yang awalnya 3M) kepada masyarakakat. Yaitu: memakai masker, mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, serta membatasi mobilisasi dan interaksi.

Namun, seorang epidemiolog dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI), Pandu Riono mengatakan bahwa Indonesia sudah berada dalam kondisi herd stupidity dalam mengatasi pandemi Covid-19.

Dikutip Sragen Update dari akun Twitter @drpriono1 yang menyatakan, "Indonesia sudah lama dalam kondisi "Herd Stupidity". Perilaku Manusianya yang dorong replikasi virus, memperbanyak diri dan berubah menjadi lebih mudah menular."

"Manusia yang mendapat amanah jadi pejabat dan manusia-manusia lain yang tidak berperilaku 5M dan enggan divaksinasi," tulis Pandu dalam akun Twitter.

Baca Juga: Larangan Isolasi Mandiri di Rumah, Bupati Sragen Tambahkan Ruang Isolasi Pasien Covid-19 Utara Bengawan

Pandu menyebutkan bahwa kondisi tercipta akibat masyarakat maupun pemerintah melakukan kebodohan bersama yang memicu lonjakan kasus Covid-19.

Salah satu kebodohan bersama tersebut adalah ketika masa mudik Lebaran 2021.

Menurut Pandu, hal ini terjadi karena masyarakat tetap 'nekat' melakukan perjalanan mudik, sementara pemerintah tidak membuat kebijakan yang ketat soal larangan mudik tersebut.

"Makanya Indonesia itu herd stupidity. Herd kan komunal, kebodohan bersama. Itu artinya kebodohan bersama. Sudah tahu mudik dilarang, masih pergi. Udah tahu mudik bisa meningkatkan kasus, tidak dilarang dengan ketat. Ya baik pemerintah maupun masyarakat sama-sama abai," ujarnya.

Pandu Riono menganalogikan situasi Indonesia saat ini seperti sebuah kapal besar.

Kita sebagai masyarakat hidup bersama di Kapal Besar NKRI menuju Indonesia yang lebih baik. Namun, ketika Badai datang, kapal kita terancam tenggelam. Maka, kita perlu menyelamatkan kapal ini agar tidak tenggelam.

Baca Juga: China Batalkan Penerbangan di Bandara Udara Internasional Karena Kasus Baru Covid-19

Agar kapal tidak tenggelam, kita perlu kebersamaan dan gotong royong. Kebersamaan dan gotong royong akan selaras jika kita memiliki pemimpin. Maka, kita perlu nahkoda kapal untuk memimpin kita mengatasi ancaman tenggelamnya kapal ini.

Kesimpulannya, kita sebagai masyarakat perlu slearas dengan pemerintah. Pemerintah harus tegas agar masyarakatnya percaya.

Diketahui Minggu, 20 Juni 2021 bahwa kasus positif Covid-19 secara nasional bertambah 13.737. Kini, total kasus positif Covid-19 di Indonesia menjadi 1.989.909 sejak pertama kali diumumkan pada awal Maret 2020 lalu.

Tambahan kasus mencapai 13 ribu lebih tersebut menjadi yang rekor tertinggi lonjakan Covid-19 di Indonesia sejak empat bulan terakhir.

Data Kementerian Kesehatan menyebutkan dari total kasus positif tersebut, sebanyak 1.792.528 orang telah sembuh. Jumlah pasien yang sembuh itu bertambah 6.385 dari hari sebelumnya.

Sementara itu, sebanyak 54.662 orang di antaranya meninggal dunia. Pasien yang wafat usai terinfeksi virus corona bertambah 371 dari kemarin.

Sejumlah pihak pun menyerukan agar pemerintah kembali menerapkan PSBB bukan lagi Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) skala mikro untuk mencegah penyebaran virus corona (Covid-19) semakin masif. Beberapa lainnya menyarangkan pemerintah lockdown regional.

Editor: Nadya Rizqi Hasanah Devi

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah