Network
SRAGEN UPDATE - Sejak dunia memasuki era digital, banyak modus penipuan baru yang muncul.
Center for Digital Society (CfDS) Universitas Gadjah Mada (UGM) bertajuk "Penipuan Digital di Indonesia: Modus, Medium, dan Rekomendasi" menunjukkan hasil studi baru.
Hasil studi tersebut menunjukkan bahwa penipuan berkedok hadiah menjadi modus penipuan digital paling tinggi di Indonesia.
Dari 1.700 responden yang terlibat dalam penelitian tersebut, penipuan berkedok hadiah menempati persentase tertinggi dengan 36,9 persen.
"Dari 1.700 responden, riset menunjukkan 66,6 persen dari mereka (1.132 orang) pernah menjadi korban penipuan digital, dengan penipuan berkedok hadiah (36,9 persen) melalui jaringan seluler sebagai modus yang paling banyak memakan korban," kata Ketua Tim Peneliti CfDS UGM Dr. Novi Kurnia dalam seminar web.
Adapun terdapat 15 modus penipuan digital, beberapa di antaranya adalah berkedok hadiah (91,2 persen), pinjaman online ilegal (74,8 persen), pengiriman tautan yang berisi malware atau virus (65,2 persen), hingga penipuan berkedok krisis keluarga (59,8 persen).
"Pesan penipuan berkedok hadiah cenderung disampaikan secara massal. Selain itu, rendahnya kemampuan ekonomi calon korban menjadi celah penipu untuk melancarkan aksinya, dan modus pesan penipuan digital ini dapat terus berkembang," lanjut Novi Kurnia.
Lebih lanjut lagi, Novi Kurnia mengatakan dari studi tersebut, terdapat setidaknya delapan medium penipuan digital, masing-masing medium memiliki karakter jenis pesan penipuan yang berbeda.
