Baca Juga: Tidak Kunjung Haid Pasca Melahirkan, Normalkah? Simak Selengkapnya
Sebab, sebagaimana dalam perbuatan maksiat lainnya, kafarat juga diberlakukan dengan harapan agar diringankan dosa-dosa pada diri seorang mukmin.
Kafarat juga merupakan termasuk kesempurnaan tobat dari perbuatan maksiat.
Allah SWT berfirmn dalam QS. Al Baqarah ayat 222 yang artinya:
“Mereka bertanya kepadamu tentang haid. Katakanlah, ‘Haid itu adalah kotoran’, oleh sebab itu, hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita pada waktu ia haid; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertobat dan menyukai orang-orang yang menyucikan diri” (QS. Al-Baqarah: 222).
Baca Juga: Penyebab Kehaluan, Inilah 5 Pasangan Drama Korea Tunjukkan Chemistry Kuat dan Mempesona
Apabila suami terus mengajak istri berjimak ketika sedang haid atau nifas, maka istri wajib menolak permintaan suami dan tidak memenuhi permintaannya.
Adapun jika bersenang-senang dengan istri selain jimak, maka tidaklah mengapa. Namun perlu diingat hal itu dilakukan di luar kemaluan istri.
Jika suami mengeluarkan air mani, maka dia wajib mandi. Jika tidak mengeluarkan air mani, maka tidak perlu mandi.
Jika seorang suami mengeluarkan air mani, sementara istri tidak, maka yang wajib mandi hanyalah suami. Begitu pun sebaliknya.