Jenderal Sudirman, Panglima Perang Kemerdekaan Indonesia dengan Taktik Gerilya

17 Agustus 2021, 09:37 WIB
Jenderal Sudirman pahlawan perang kemerdekaan Indonesia /Tangkap layar Youtube/Matahatipemuda

 

SRAGEN UPDATE – Panglima Besar Jenderal Sudirman, merupakan pemimpin prajurit Indonesia dan salah satu jenderal perang terbaik dalam sejarah perjuangan kemerdekaan.

Jenderal Sudirman juga dikenal sebagai tangan kanan Presiden pertama Indonesia Ir. Sukarno dalam perjuangan menyelamatkan Indonesia dari penjajahan Belanda.

Belanda kembali masuk ke Indonesia yang dibantu pasukan sekutu menghadapi Jenderal Sudirman bersama pasukannya berjuang untuk membuat Indonesia tetap merdeka dan diakui dunia internasional.

Panglima besar Jendral Sudirman lahir di daerah Purbalingga, Jawa Tengah pada 24 Januari 1916 sebagai Raden Soedirman.

Berasal dari keluarga sederhana dan Ayahnya adalah seorang pekerja di pabrik gula Kalibagor Banyumas dan ibunya adalah keturunan Wedana Rembang.

Baca Juga: Cara mengenalkan Anak tentang keberagaman kemerdekaan Indonesia Meskipun di Rumah Saja

Sang Jenderal dibesarkan oleh seorang camat yang merupakan pamannya sendiri, Raden Cokrosunaryo setelah diadopsi dari ayah ibunya.

Di usia yang relatif muda 31 tahun, Jenderal Soedirman sudah menjadi seorang jenderal yang dikenal sebagai pejuang yang garang dan tabah dalam memegang prinsip.

Meski sebenarnya menderita penyakit paru-paru (TB) yang parah, Jenderal Soedirman tetap berjuang dan bergerilya bersama tentaranya untuk melawan Agresi Militer Tentara Belanda yang Kedua.

Sebagai anak angkat dari camat, Sang Jenderal mengenyam pendidikan yang layak sejak dini.

Pada usia tujuh tahun, seorang Soedirman diterima di HIS (Hollandsch Indlandsche School) atau sekolah adat, dan pindah ke Taman Siswa pada tahun ketujuh.

Baca Juga: 9 Pahlawan Kemerdekaan Indonesia, Mengorbankan Darah dan Keringat untuk Lepas dari Penjajah

Tahun berikutnya bersekolah di Wirotomo, karena Taman Siswa dianggap ilegal oleh pemerintah Belanda.

Selama menempuh pendidikan, Sang Jenderal aktif dalam kegiatan organisasi Kepanduan Hizbul Wathan.

Dan mengabdikan diri menjadi guru HIS Muhammadiyah, Cilacap dan pembimbing di organisasi Pramuka Hizbul Wathan.

Pada tahun 1944 menjabat sebagai ketua dewan karesidenan yang dibentuk oleh Jepang.

Setelah menjadi anggota PETA (pembela tanah air) di Bogor, setelah lulus dari pendidikannya, Soedirman langsung menjadi komandan batalyon Kroya.

Kemudian menjadi Panglima Divisi V/Banyumas setelah TKR terbentuk. Akhirnya terpilih sebagai Panglima TNI pertama dan termuda.

Perjalanannya di dunia militer terbilang mulus karena kemampuannya memimpin pasukan.

Ketika Agresi Militer Belanda Kedua, dorongan hatinya mengatakan untuk melakukan perlawanan mengingat tanggung jawabnya sebagai seorang pemimpin tentara.

Baca Juga: Kisah Sejarah Dibalik Teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

Terpaksa melanggar perintah Presiden Pertama Indonesia Sukarno, yang a menganjurkannya untuk beristirahat di kota.

Meskipun memimpin perang dengan tandu, Jenderal Sudirman pergi memimpin pasukan untuk melakukan perang gerilya.

Selama kurang lebih tujuh bulan ia berpindah dari gunung ke gunung, hutan ke hutan lain karena kejaran Belanda.

Meskipun dalam keadaan sakit, kepada pasukannya selalu memberi semangat dan bimbingan seolah-olah tidak merasakan penyakit tersebut.

Walaupun harus kembali dari medan gerilya karena tidak bisa memimpin Angkatan Darat secara langsung, pemikirannya tetap dibutuhkan.

Jendral Sudirman meninggal pada tanggal 29 Januari 1950 karena penyakit TBC berat yang dideritanya.

Jenazahnya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kusuma Negara di Semaki, Yogyakarta. Jendral Soedirman wafat Pemakamannya dilakukan di Taman Makam Semaki Pahlawan Yogyakarta.

Baca Juga: Semarak Kemerdekaan! Inilah25 Link Twibbon Untuk Sambut HUT RI ke-76

Jendral Soedirman kemudian dinobatkan sebagai Pahlawan Perjuangan Kemerdekaan Indonesia.

Pada tahun 1997 ia dianugerahi gelar Jenderal Besar Anumerta dengan bintang lima, pangkat yang hanya dimiliki oleh tiga orang di Indonesia sampai sekarang.

Salah satu kalimat pembangkit perjuangan milik Jenderal Sudirman:

“Kemerdekaan suatu negara yang didirikan di atas tumpukan puing-puing ribuan jiwa dan harta benda rakyat dan bangsanya, tidak dapat dilenyapkan oleh manusia manapun.”***

Editor: Ayu Ningrum Asiyah

Sumber: indonesianfirst.com

Tags

Terkini

Terpopuler