Menperin Resmikan Pabrik Daur Ulang Plastik Terbesar di Indonesia, Wujud Peningkatan Pengelolaan Sampah B3

30 Juni 2021, 21:22 WIB
Menteri Perindustrian resmikan pabrik daur ulang plastik terbesar di Indonesia. /Depok Pikiran Rakyat/

SRAGEN UPDATE - Kementerian Perindustrian melalui Agus Gumiwang Kartasasmita meresmikan pabrik daur ulang dan pemrosesan botol plastik yang berjenis PET (Polyethylene Terphthlete) yang berada di bawah naungan kerja sama antara PT Veolia Services Indonesia dengan Danone-AQUA.

“Pembangunan pabrik daur ulang terbesar di Indonesia ini merupakan kerjasama yang terjalin antara PT Veolia Services dengan Danone AQUA Indonesia yang memanfaatkan sampah berupa botol plastik dan juga menunjukkan komitmen yang nyata antara kedua perusahaan dalam mendukung pembangunan yang berkelanjutan,” ujar Agus Gumiwang selaku Menteri Perindustrian.

Pabrik yang memiliki luas lahan 22.000 meter persegi berada di Kawasan Industri Pasuruan Industrial Estate Rembang (PIER), Jawa Timur ini memulai pembangunan pada Maret 2019.

Baca Juga: PT Future View Tech (FVT) akan rilis Vtube Awal Juli 2021

Selain itu pabrik tersebut telah memiliki kapasitas sebesar 25.000 ton per tahun Recycled PET Plastic (RPET) yang merupakan hasil produk olahan daur ulang plastik PET.

Tambahnya bahwa RPET yang diproduksi oleh PT Veolia Indonesia telah memenuhi standar keamanan pangan terbaik (foodgrade).

Pembangunan pabrik daur ulang plastik ini diharapkan oleh Menperin untuk dapat menciptakan Indonesia lebih bersih, memperkuat ekosistem daur ulang dan ekonomi sirkular.

Sehingga dapat mendukung target pemerintah untuk mengatasi masalah sampah plastik yang ada di laut hingga 70 persen pada 2025.

Disisi lain juga hal ini dapat meningkatkan proses pengolahan sampah Bahan Beracun dan Berbahaya (B3) yang termasuk di dalamnya adalah sampah plastik yang belum terkelola sebesar 4,8 juta ton dari 6,8 juta ton sampah.

Baca Juga: Work From Bali, Upaya Mendongkrak Ekonomi Pariwisata Di Tengah Pandemi

Hal ini dijelaskan oleh R Hendro Martono selaku Kepala Pusat Industri Hijau Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industi Kementerian Perindustrian.

“Tentunya membutuhkan investasi untuk dapat dikelola,” katanya.

Akan tetapi, pengembangan pengelolaan sampah dan ekonomi sirkular dari sampah tersebut menghadapai berbagai tantangan.

Hendro mengungkapkan lima tantangan tersebut. Pertama adalah kesadaran dari konsumen untuk dapat bijak dalam penggunaan barang konsumsi dan membuang sampah atau limbah dari produk bekas.

Kedua adanya sistem terpadu yang dilaksanakan secara menyeluruh antara pemilahan, pengumpulan dan pengangkutan sampah yang dapat dilakukan daur ulang sehingga sampah yang digunakan untuk daur ulang layak dan aman untuk lingkungan.

Baca Juga: Erick Thohir Nyatakan Ketegasannya untuk Tolak Gagasan Monopoli Winner Takes All

Selanjutnya ada pada perizinan pemanfaatan limbah B3 yang berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai bahan alternatif energi.

“Sehingga dapat mengurangi penumpukan B3 yang terlalu lama,” ujarnya.

Keempat adalah diberikan edukasi dalam pemilahan dan pengumpulan sama agar lebih aman bagi pelaku dan lingkungan dalam hal tatanan sistemnya.

Berikutnya adalah masih belum memenuhi kebutuhan industri daur ulang yang dimana ketersediaan bahan baku yang layak masih kurang.

Terakhir yang paling penting adalah akurasi data sampah sebagai bahan baku yang belum terekam secara menyeluruh, masih bersifat parsial atau sektoral dari segi lokasi dan jumlahnya.

Sehingga perlu adanya industri yang dapat memproduksi bahan polimer plastik yang mudah terurai dan didaur ulang dan perusahaan yang dapat mendaur ulang sampah botol plastik yang  aman. ***

Editor: Nadya Rizqi Hasanah Devi

Sumber: ANTARA NEWS

Tags

Terkini

Terpopuler