Network
SRAGEN UPDATE – Merindu atau mengidealkan sesuatu yang telah berlalu demi mencari sensasi untuk menghindari ketidaknyamanan atas realita adalah hal yang sangat umum – terutama sejak pandemi.
Pencarian Google untuk "Mengapa saya memimpikan mantan saya?" melonjak 2.450% pada April 2020 dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Aplikasi kencan daring telah mengalami lonjakan aktivitas selama pandemi. Ashley Madison, situs kencan pernikahan terkemuka di dunia, mengalami peningkatan pendaftaran dari 15.500 anggota per hari menjadi lebih dari 17.000 per hari pada awal pandemi.
Baca Juga: Praktik Meditasi Mindfulness, Menjaga Kesehatan Mental saat Pandemi Covid-19
Dr Kent Berridge, profesor psikologi dan ilmu saraf di University of Michigan, mengatakan pengalaman emosional dan stres yang kuat - seperti yang mungkin terjadi setelah dikurung di dalam rumah selama berbulan-bulan karena virus mematikan di seluruh dunia - memperburuk hiper-reaktivitas sistem saraf.
Dengan kata lain, pengalaman-pengalaman ini meningkatkan selera kita akan keinginan (makanan, seks, objek materi, obat-obatan) dan merindu adalah salah satu cara untuk melarikan diri dari ketidaknyamanan atas realita yang terjadi.
Apa yang bisa begitu buruk tentang itu? Sirkuit otak "keinginan" kita telah mendapatkan latihannya tahun ini, dan secara perlahan membangun pola pengulangan yang membuat kita lama-lama terbiasa.
Baca Juga: 4 rekomendasi Film Terbaik untuk Menemani Liburan Kamu Saat Pandemi
"Setiap kebiasaan terbentuk melalui tiga elemen: pemicu, perilaku, dan hadiah," kata Dr Jud Brewer dari Brown University. Jika kecemasan adalah pemicunya, kerinduan mengalihkan perhatian kita. Kegembiraan adalah hadiahnya.
"Lain kali kita cemas, otak kita berkata, 'Ini tidak enak. Mulailah merindukan lagi,' dan perilaku itu diperkuat, ”jelas Brewer.
